jpnn.com, JAKARTA - Pengamat sekaligus Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai pembangunan infrastruktur Presiden Joko Widodo, jelas jauh lebih baik dibanding era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Adi mengajak publik supaya jernih mempelajari fakta perbandingan keduanya untuk menghindari klaim sepihak.
BACA JUGA: Sahabat Sandi di Subang Gelar Pelatihan Barista Kopi
"Infrastruktur misalnya, dalam dua periode pemerintahan Jokowi ini, pembangunan jalan tol sepanjang 1.540,1 km di seluruh Indonesia bisa diselesaikan dengan kurun waktu 7 tahun. Pembangunan infrastruktur Jokowi jelas jauh lebih baik," kata Adi.
Adi menjelaskan, perkembangan pembanguan jalan tol itu sangat pesat dibanding pada masa kepemimpinan SBY.
BACA JUGA: Anies Siap Nyapres, Demokrat Bilang Masuk Dalam Radarnya SBY
Adi menyebut, pada pemerintahan SBY pembangunan jalan tol tidak semasif itu.
"Pembangunan ini sangat mencolok perkembangannya karena pada periode sebelumnya, pada masa presiden SBY sepanjang 189,2 km jalan tol baru rampung setelah pembangunan 10 tahun," tuturnya.
BACA JUGA: Modernland Realty Luncurkan Cluster The Essence Yarra di Jakarta Garden City, Banjir Promo
Dari sisi pembangunan atau konstruksi bandara juga mencolok perbedaannya. Pada masa SBY, sebanyak 24 pembangunan bandara rampung dalam kurun waktu 10 tahun.
Sedangkan pada pemerintahan sekarang, raihannya lebih dari itu.
"Kemudian pada masa kepemimpinan Jokowi sebanyak 29 konstruksi bandara telah selesai dilakukan dan infonya menargetkan 9 konstruksi bandara lagi akan selesai pada 2023, sebelum periode kepemimpinan berakhir,” sambung Adi.
Bahkan, jika melihat hasil survei kepuasan publik kepada pemerintah, pembangunan infrastruktur menempati rangking pertama kepuasaan publik kepada Jokowi.
Adi juga menyinggung pernyataan SBY yang menyebut Pilpres 2024 telah di-setting dua pasangan calon presiden. Menurutnya, hal tersebut merupakan pernyataan politik biasa menjelang pemilu.
"Saat ini situasinya memang sedang hangat jelang tahun politik. Tapi kita semua harus tahu bahwa dua paslon terjadi sejak pilpres 2014 dan 2019 lalu. Tapi tak ada yang menuding itu hasil setting-an," sebut Adi.(chi/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Yessy Artada