Pengamat Sebut Motif Kematian Tidak Wajar Anggota Polri Penting Diungkap, Singgung Pembinaan Mental

Sabtu, 27 April 2024 – 22:48 WIB
Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto. (ANTARA/HO-Bambang Rukminto)

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat kepolisian Bambang Rukminto meminta aparat kepolisian mengungkap motif kematian tidak wajar anggota polisi, sebagai bahan evaluasi terkait pembinaan mental personil Polri.

Menurut Bambang, sering kali pengusutan kasus kematian tidak wajar anggota kepolisian tidak tuntas dan berhenti hanya pada penyebab kematian, tidak sampai mengungkap motif di baliknya.

BACA JUGA: Keluarga Keberatan Jenazah Brigadir RA Diautopsi, Alasannya Begini

“Pengungkapan motif ini penting dilakukan untuk evaluasi pembinaan mental anggota,” kata Bambang dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Kasus anggota kepolisian yang meninggal dengan tidak wajar, kembali terjadi. Oknum anggota polisi Polresta Manado, Sulawesi Utara, ditemukan tewas dengan luka tembak di dalam sebuah mobil di Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, dan diduga melakukan bunuh diri.

BACA JUGA: Lihat Langsung CCTV, Keluarga Brigadir RA Datangi TKP di Mampang

Bambang mengatakan kejadian di atas merupakan yang ke sekian kalinya. Dan bisa terjadi pada level Tamtama sampai perwira, dari ajudan Kapolda sampai perwira kepala satuan.

“Fenomena seperti ini tentu mengejutkan publik. Bagaimana tidak mengejutkan, seorang personel kepolisian yang dididik dengan mentalitas yang kuat ternyata juga bisa serapuh itu sehingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya,” katanya.

BACA JUGA: Polisi Temukan Luka di Kepala Brigadir RA yang Tewas di Mampang

“Pertanyaan yang muncul adalah ada apa dengan pembinaan mental anggota kepolisian kita?” ujar Bambang lagi.

Menurut dia, permasalahan tekanan kerja ataupun psikologis anggota berat adalah fenomena umum yang tidak bisa dijadikan pembenaran perilaku anggota yang mengakhiri hidupnya.

Hal ini, kata Bambang, dapat diartikan ada permasalahan individu pada masing-masing anggota, apakah itu masalah keluarga, fisik bahkan tekanan pinjaman daring (pinjol) seperti juga terjadi pada anggota masyarakat lainnya.

“Menelisik motif kematian anggota itu penting untuk bahan evaluasi, dan itu mendesak dilakukan agar tidak muncul lagi kematian-kematian anggota yang percuma,” kata Bambang.

Kasus kematian tidak wajar anggota Polri bukan yang pertama. Pada 1 Mei 2023, Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrits Towoliu tewas tertabrak kereta di rel kereta api Stasiun Jatinegara.

Kemudian, pada 22 September 2023, pengawal pribadi Kapolda Kalimantan Utara Brigpol Setyo Herlambang ditemukan tewas di dalam kamar di rumah dinas Kapolda. Juga kasus kematian Bripka Arfan Saragih, anggota Satlantas Polres Samosir diduga bunuh diri dengan cara minum racun sianida, pada Februari 2023.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Budianto Hutahaean

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler