jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Nyarwi Ahmad mengomentari soal baliho dan jargon yang ditonjolkan bacapres 2024, Ganjar Pranowo, yakni Tuanku ya Rakyat.
Nyarwi mengatakan jargon itu tidak hanya ada pada baliho, tetapi juga di bio akun pribadi Ganjar pads Instagram serta Twitter.
BACA JUGA: Ganjar Dorong Kehadiran Event Kreatif yang Tampilkan Pesona Alam di Kecamatan Selo
“Itu sebagai jargon atau tagline dalam kampanye, tagline untuk merebut pengaruh pemilih. Ya wajar gitu loh. Dan itu sudah seharusnya dilakukan oleh sosok Ganjar yang maju sebagai capres,” ujar dia ketika dihubungi JPNN, Kamis (3/8).
Dia pun menyoroti jargon tersebut yang dianggap berlawanan atau kontradiksi dengan status Ganjar sebagai kader dari PDIP.
BACA JUGA: Peran Nyata Ganjar Milenial Dalam Upaya Pencegahan Stunting di Pandeglang
“Ganjar sebagai politisi saya kira memang sudah seharusnya mendeklarasikan rakyat adalah tuan, begitu ya. Karena, dalam demokrasi kan konsepnya begitu,” ujar dia.
Namun, di sisi lain, wajar jika ada yang menilai Ganjar sebagai petugas partai. Sebab, pada kenyataannya memang begitu. Ganjar merupakan petugas partai yang ditugaskan menjadi bacapres.
BACA JUGA: Ganjar Ungkap Arahan Terbaru dari Bu Mega
“Partai itu kan elemennya banyak, ada partai leader atau ketua umum partai, terus juga partai eksekutif orang-orang yang mengelola organisasi partai. Misalnya kayak sekjen, terus staf-staf dan seterusnya,” ujar dia.
“Yang ketiga itu partai officer ya, petugas partai, orang-orang yang ditugaskan oleh partai. Untuk maju sebagai kandidat, maju sebagai ini atau bahkan berkuasa menduduki jabatan publik. Itu juga petugas partai,” sambung dia.
Nyarwi menambahkan semua itu kembali kepada setiap orang yang menafsirkan sebuah partai. Ada yang menganggap partai hanya loyal kepada pimpinan atau terhadap rakyat.
Apabila orang menganggap partai loyal kepada rakyat, maka jargon Ganjar berupa Tuanku ya Rakyat itu tidak kontradiktif.
“Kalau dia menafsirkan petugas partai itu hanya loyal kepada partai dan partai hanya untuk kepentingan dirinya tetapi tidak memikirkan kepentingan rakyat, mungkin itu ada kontradiksi. Tetapi, kalau partainya terus-menerus merawat dan menyadari basis dukungan politik utama adalah rakyat, maka justru itu malah tidak kontradiktif,” kata. (cuy/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ganjar Tekankan Pentingnya Pendidikan Karakter Buat Milenial dan Gen Z
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan