Pengaruh K-Beauty Tak Sekadar soal Industri dan Pasar, Masyarakat Harus Kritis

Kamis, 13 Juli 2023 – 20:09 WIB
Praktisi dan juga peneliti budaya dan komunikasi (cultural studies) Wahab Afwan menilai saat ini Indonesi dilanda tren K-Beauty. Foto: source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia mulai memasuki gelombang demam K-Beauty (kecantikan). Disinyalir kemolekan K-Beuaty menarik hati masyarakat seusai gempuran K-Drama (sinetron) dan K-Pop (musik).

Praktisi dan juga peneliti budaya dan komunikasi (cultural studies) Wahab Afwan menilai saat ini Indonesi dilanda tren K-Wave gelombang ketiga.

BACA JUGA: Barenbliss Hadir untuk Para Pecinta K-Beauty di Tanah Air

Namun, berbeda dengan K-Drama dan K-Pop yang lebih pada produk entertainmen saja. Pengaruh K-Beauty lebih luas dan mendalam, karena mengubah orientasi budaya, fisik, dan ekonomi.

“Untuk itu, kita harus lebih kritis, karena pengaruhnya lebih luas, terutama terhadap industri kosmetik nasional Indonesia dan pada budaya kita,” ujar Afwan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (13/7).

BACA JUGA: Para Pecinta K-Beauty, Siap-Siap Dimanjakan Produk BNB

Mahasiswa doktoral ilmu komunikasi di Universitas Padjadjaran itu menuturkan K-Beauty adalah standar kecantikan dan ganteng yang orientasinya ingin meniru artis-artis Korea, yang biasanya berpenampilan wajah glowing, putih, dan kurus.

Hal itu pun membuat industri kosmetik mengisi materi komunikasinya dengan acuannya yang mengarah kepada K-Pop.

Padahal, Indonesia sudah memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda.

Menurut Afwan, produk-produk kosmetik ala K-Beauty lebih cocok untuk masyarakat sub-tropical seperti Korea dan Jepang, sementara kita hidup dan berbudaya dalam alam tropical paradise.

Seakan industri komestik Indonesia, kini mau-nya hanya jualan saja, yang penting jualan laku.

Afwan mengingatkan jangan sampai menuju 2045, ketika Indonesia memanen bonus demografi, nilai-nilai ke-Indonesiaan sudah meluntur, karena mudah sekali dimasuki nilai-nilai dari luar.

Sekarang bisa saja K-Pop, nanti mungkin China-Pop, Eropa-Pop, dan lain-lain.

"Jadi, penting bagi bangsa Indonesia untuk melindungi dan mengaturnya, jangan sampai budaya negara lain bebas dan mudah masuk ke Indonesia,” ujar alumnus dari Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas).

Menurut Afwan, industri kosmetik lokal dan nasional jangan sampai hanya mengejar tren saja, hanya mengejar kepentingan profit semata.
Tetapi, juga perlu memikirkan konten lokal seperti jamu-jamuan yang juga cocok untuk kecantikan orang Indonesia.

Kritik Afwan itu, didukung hasil penelitiannya tentang tren industri kosmetik di Indonesia saat ini, yang berkecenderungan lebih berorientasi pada jualan K-Beauty daripada produk dan potensi nasional.

Padahal pasar kosmetik Indonesia merupakan pasar industri kecantikan terbesar di Asia Tenggara.

Pertumbuhan pasar Indonesia terus berkelanjutan, kelas menengah yang terus meningkat pesat, populasi perkotaan yang terus berkembang, dan kesadaran kecantikan yang meningkat.

"Menjadikan Indonesia merupakan sasaran penting dalam pemasaran kosmetik global, termasuk K-Beauty," ungkap Afwan.

Tidak hanya produk kosmetik, Afwan menyebut, bintang iklan pada produk kosmetik lokal pun, kini banyak yang mengambil artis dari Korea.
Beberapa artis Korea yang menjadi wajah produk Indonesia adalah Han So Hee, Kim Sean Ho, Kim Soo Hyun, Lee Min-Ho, Cha Eun Woo, Song Joong-ki, hingga Park Hyung Sik.

Pemilihan para selebriti Korea oleh brand-brand kosmetik lokal Indonesia untuk memasarkan berbagai produknya itu menunjukkan betapa besarnya pengaruh K-Wave di Indonesia saat ini.

"Khususnya di bidang industri kecantikan dan gaya hidup. Padahal, artis-artis dan selebriti nasional kita sendiri, sebenarnya juga tidak kalah menarik jika dibandingkan para selebriti K-Pop," beber Afwan.

Selain itu, pemilihan para artis Indonesia sendiri sebagai bintang iklan dan brand ambassador produk kosmetik, juga akan menguatkan karakter nasional.

Idealnya, pada 2045 saat Indonesia menjadi negara besar dan maju nanti, tetap berkarakter budaya lokal yang kuat.

"Kita jangan seperti Singapura, yang maju tapi karakter budayanya engga jelas. Idealnya seperti Jepang, maju dan berkarakter,” tambah Wahab Afwan.

Afwan menambahkan saat Indonesia menjadi negara maju nanti, selain dihuni manusia Indonesia yang cerdas dan memiliki intelektualitas tinggi, juga sekaligus memiliki kepribadian dan wawasan ke-Indonesian berkarakter lokal kuat.

“Para pemimpin kita, seperti misalnya Pak Jokowi (Presiden Jokowi), sebenarnya sudah selalu mencontohkan itu, dengan kegemarannya memakai pakaian tradisional di setiap kesempatan penting," pungkas Afwan.(mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler