Namun akibat adanya tafsiran yang berbeda, pengembalian empat exco itu gagal dilakukan. Mengapa pengembalian empat exco itu begitu penting untuk mendamaikan sepakbola Indonesia?
Berikut petikan wawancara Mahbub Amiruddin dari JPNN dengan Djoko Driyono, anggota JC yang juga Direktur PT Liga Indonesia di Kantor Liga Indonesia Kawasan Kuningan Jakarta Selatan, Senin (15/9):
Tanggapan Pak Djoko soal syarat pengembalian empat exco yang dibuat Sekjen PSSI Halim Mahfudz?
Saya ceritakan dulu backgroundnya. Sebelum MoU (Memorandum of Understanding) JC ditandatangani, ada pertemuan para pihak untuk merumuskan rekonsiliasi. Salah satu item yang dibicarakan adalah mengembalikan empat exco (La Nyalla Mattalitti, Toni Apriliani, Erwin D Budiawan dan Roberto Rouw).
Kami menganggap pengembalian empat exco ini sangat penting untuk disepakati para pihak. Kenapa? Karena pengembalian empat exco adalah simbol dari proses rekonsiliasi dan menjadi titik awal penyatuan dua pihak.
Makanya menjadi pertanyaan mengapa Halim Mahfud tiba-tiba saja menjadi peradilan hukum lain, karena harus menambahkan persyaratan-persyaratan yang tidak disepakati.
Pengembalian harus ada prosedur kan?
Kita tidak menghalangi adanya prosedur. Tapi substansi prosedur adalah mempercepat, bukan menghambat masuknya kembali empat exco. Ketika prosedur itu ditangkap untuk menghambat pengembalian, ya saya menganggapnya sebagai kegagalan mengaplikasikan isi MoU JC.
Apakah empat exco itu benar-benar mau kembali ke PSSI?
Saya tidak bisa mewakili isi hati empat anggota exco itu, apakah ia mau meminta maaf atau tidak. Tapi saya merasa proses pengembalian exco ini bertele-tele.
Empat exco dari pihak kami tunduk dan menghormati isi MoU. Sebab inilah arahan dari task force untuk melakukan rekonsiliasi.
Lebih tinggi mana, MoU JC atau statuta PSSI?
PSSI harus menyadari rekonsiliasi ini tidak boleh menggunakan payung hukum sendiri, karena ada dua kubu yang mesti disatukan. Rekonsiliasi tidak bertujuan satu pihak harus tunduk pada pihak lain. Disinilah dibutuhkan MoU Joint Committe, dimana dua pihak tunduk dan mau menjalankan isinya.
Saya tekankan, proses rekonsiliasi PSSI dan KPSI tidak boleh menggunakan pendekatan aturan PSSI saja atau aturan KPSI saja. Aproach yang digunakan adalah isi MoU Joint Committe karena di situ ada kesepakatan dua pihak.
Apa benar tidak ada kata-kata tanpa syarat dalam MoU?
Memang tidak ada kata-kata tanpa syarat. Tapi spirit MoU adalah rekonsiliasi, caranya dengan secepatnya empat exco kembali ke PSSI. Bila isi MoU ditangkap tidak ada syarat-syaratnya, maka hal yang salah juga kalau ditafsirkan ada syarat-syaratnya, apalagi sampai ada aturan harus mengundurkan, minta maaf dan membubarkan KPSI. Jadi apa yang dipersyaratkan oleh Halim itu tidak nyambung dengan spirit awal rekonsiliasi.
Berarti Pak Halim salah besar membuat prosedur yang mempersulit?
Membuat prosedur ini dalam konteks administrasi saja. Tidak boleh sekjen mengambil peran-peran dari eksekutif komite, komite etik, apalagi mengambil tugas lintas komite para pihak, itu terlalu jauh. Itulah sebabnya saya menganggap prosedur yang diatur Halim Mahfudz terlalu jauh meleceng dari semangat awal rekonsiliasi.
Jika empat exco benar-benar balik ke PSSI, apakah itu berarti KPSI mengakui kepengurusan Djohar Arifin?
Bukan itu pointnya. Empat exco itu dipilih secara demokratis melalui Kongres PSSI di Solo oleh anggota. Tidak ada urusannya menghormati Djohar atau tidak. Kita ini bukan komunitasnya PSSI, bukan sobordinasi dari PSSI. Pak Nyalla itu Ketua Umum PSSI yang dipilih secara sah di KLB Ancol kemarin.
Bagi empat exco tersebut, cepat atau lambat sebenarnya enggak perduli. Karena kami melakukan bukan karena PSSI, tapi respek terhadap apa yang dilakukan AFC. Jadi sebenarnya tidak ada yang merasa lebih tinggi atau lebih rendah.
Terakhir, apakah terhambatnya empat exco balik ke PSSI mengganggu proses penyatuan liga?
Kata-kata penyatuan liga itu harus dikoreksi. Di MoU disebutkan membentuk satu liga. Sejauh ini kita tetap menjalankan apa yang di MoU. Kita tetap harus memformulasikan satu liga sebelum Desember. Kita setuju tahun depan adalah masa transisi.
Kapan liga baru bisa terealisasi?
FIFA meminta liga baru itu dilakukan 2014-atau 2015. Kita melakukannya "As Soon As Possible". Pertama kita evaluasi dulu liga yang ada baik itu IPL maupun ISL, setelah itu kita menentukan seberapa jauh kita melompat dan seberapa besar rumah yang akan kita bangun. Soal kapan waktunya tergantung persyaratan dan kesiapan klub. Kita tidak boleh memaksakan klub masuk rumah baru jika belum siap. (abu/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yakin Jokowi-Ahok Tidak Pecah Kongsi
Redaktur : Tim Redaksi