JAKARTA - Langkah pemerintah menghapus bea masuk kedelai ternyata tidak efektif menurunkan harga bahan baku tahu dan tempe itu.Sebab, harga kedelai di pasaran tetap mahal.
"Penghapusan bea masuk tidak efektif dalam mengendalikan harga kedelai, dan hanya akan menguntungkan importir saja," kata Ketua Umum Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI), Arif Satria, di Jakarta Sabtu (11/8).
Menurutnya, harga rata rata kedelai Indonesia selalu lebih tinggi dibandingkan dengan harga kedelai dunia. Penyebabnya, karena peningkatan konsumsi kedelai per kapita per tahun dari 8,13 kg/kapita/tahun pada 1998 menjadi 9,97 kg/kap/tahun di 2012."Harga kedelai mengalami peningkatan hingga Rp 8.000/Kg, peningkatannya hampir mendekati 60 persen dari kondisi normal," jelas Arif.
Untuk menekan laju harga kedelai, imbuhnya, maka pemerintah harus menumbuhkan kembali swasembada kedelai. Hal itu bisa dilakukan dengan tiga cara.
"Pertama, pemberian insentif produksi kepada petani. Kedua, pemanfaatan potensi lahan, dan ketiga peningkatan produktifitas," jelasnya.
Pemberian insentif produksi kedelai kepada petani dilakukan dengan memberikan benih unggul kedelai dan pupuk gratis dan bantuan pengolahan lahan. Sedangkan untuk pemanfaatan potensi lahan dilakukan dengan tumpang sari, peningkatan intensitas tanam, dan pemanfaatan waktu bera.
Pemerintah, kata Arif, juga bisa memanfaatkan lahan eks tambang dan lahan terlantar untuk kedelai. "Diperlukan pengembangan komoditi substitusi kedelai, salah satunya adalah pengembangan Kacang Koro," terang Arif. (abu/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Telkom Sewa Satelit Lain
Redaktur : Tim Redaksi