Penghitungan Ulang, Kerja 28 Jam, Ketua KPPS Badannya tak Bergerak Lagi

Senin, 29 April 2019 – 00:45 WIB
Petugas KPPS Meninggal Dunia: Sejumlah keluarga dan warga yang melayat di rumah duka di Loktuan, Bontang. Foto: Mega Asri/Kaltim Post/JPNN.com

jpnn.com - Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 09 Loktuan, Bontang Utara, Kaltim, Muhammad Azikin menjadi pejuang demokrasi keenam asal Kaltim yang meninggal dunia usai bertugas di Pemilu 2019.

Diduga Azikin kelelahan setelah bekerja mengawal suara di tempat pemungutan suara (TPS) selama 28 jam. Diketahui pada Rabu (17/4) lalu, Azikin sudah bersiap sejak pagi.

BACA JUGA: Berbagi Keceriaan Lewat Syukuran Pemilu 2019 bagi WNI di Selandia Baru

Berangkat pukul 07.00 Wita menuju TPS 09 yang berada tak jauh dari rumahnya. Proses pemungutan suara berjalan lancar hingga tiba proses penghitungan suara di TPS.

Sayangnya, penghitungan harus diulang karena terdapat kekurangan surat suara yang sudah dicoblos. Sehingga semua isi kotak suara dibongkar ulang.

BACA JUGA: 10 Hari Dirawat, Ketua KPPS di Situbondo Meninggal Dunia

“Penghitungan selesai pukul 10.00 Wita, Kamis (18/4). Dan almarhum juga ikut mengantar kotak suara ke kelurahan untuk menjamin kotak sampai dengan aman,” kata Ketua RT 06, Loktuan, Usman Madda yang juga keluarga almarhum Azikin di rumah duka, Jalan RE Martadinata, Loktuan, Sabtu (27/4).

BACA JUGA: Perempuan Petugas KPPS Meninggal, Menyusul Suami di Alam Kekal

BACA JUGA: Gelar Syukuran, Relawan Jokowi: Tidak Ada Lagi Pendukung 01 dan 02

Sabtu (27/4) sekitar pukul 01.00 Wita, alangkah terkejutnya Usman, saat dikabari Nurhasma (istri Azikin) bahwa Azikin kesulitan bernapas. Almarhum, malam itu tidur telentang tanpa mengenakan baju, hanya celana pendek saja.

Dalam posisinya itu, almarhum seperti sesak napas. Sang istri menggoyangkan badan suaminya namun tak ada reaksi. “Dari situ saya menyadari kalau Azikin sudah meninggal dunia,” jelas Usman.

Kata Usman, pada Jumat (26/4) sore, ia masih bertemu dengan almarhum. Kala itu, almarhum bekerja sendiri membuka tenda bekas TPS.

Usman menyebut selama masa hidupnya, Azikin tak pernah mengeluh sakit. Dia juga tak memiliki riwayat penyakit apapun. Hal itu diaminkan anak pertama almarhum, Musdalifah (19).

“Saya lagi di Samarinda, dihubungi sama om (Usman) kalau Bapak sakit dan diminta pulang ke Bontang," ujar mahasiswi semester 2 di Politeknik Negeri Samarinda itu.

Tak lama, ibunya mengabari bahwa bapaknya sudah meninggal dunia. “Saya kaget, karena setahu saya Bapak sehat-sehat saja,” ucapnya sambil berkaca-kaca. Almarhum meninggalkan empat orang anak dan satu istri.

Para tetangga almarhum juga merasa kehilangan. Sarna Wati yang sedang berkumpul dengan ibu-ibu lain tampak sangat berduka. Menurut mereka almarhum seperti tulang punggung di wilayah RT 06, Loktuan.

“Orangnya baik. Diminta tolong apa-apa mau. Kami enggak tahu kalau bapaknya Musda (anak pertama almarhum) tidak ada. Siapa lagi yang bisa kami andalkan?” Ungkap Sarna yang diamini ibu-ibu lainnya.

Muhammad Azikin dikebumikan setelah Asar di TPU Kilometer 3, Lempake, Loktuan, Sabtu. Almarhum merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Kakak pertama almarhum Hasnah mengaku kaget atas kepergian adik bungsunya.

Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bontang, Acis Maidy Muspa turut berdukacita atas kepergian almarhum. Azikin memang dinilai sangat aktif saat menjadi ketua KPPS di TPS 09.

BACA JUGA: 272 Petugas KPPS Wafat, Mendagri Pastikan Pemerintah Tanggung Jawab

Ia langsung mendatangi ke rumah duka, sekaligus mendata korban untuk dilaporkan ke KPU RI. Terkait santunan kematian, Acis mengaku belum mendapat informasi.

Tetapi KPU RI telah mengusulkan ke pemerintah dan sudah disetujui Kementerian Keuangan. “Namun untuk petunjuk teknis (juknis) dan nilainya kami belum mengetahui,” ujarnya.

Kepergian Ketua KPPS di TPS 09 itu juga meninggalkan duka bagi Pemkot Bontang. Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni menyempatkan melayat ke rumah duka di tengah kesibukannya.

Sebelumnya, Ketua KPPS TPS 3, Kelurahan Karang Asam Ulu, Samarinda Wurry Wulansari meninggal dunia Kamis (25/4), sekitar pukul 23.25 Wita. Perempuan 35 tahun itu diduga kelelahan saat mengawal proses pemilu.

Bahkan dia bekerja lebih 24 jam. Kini total ada enam pejuang demokrasi asal Kaltim yang telah meninggal dunia setelah bertugas. (mga/rom/k18)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 272 Petugas KPPS Wafat, Mendagri Pastikan Pemerintah Tanggung Jawab


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler