PEKANBARU - Pembunuhan sadis kembali terjadi di Pekanbaru. Kali ini menimpa Sukiman (46), yang akrab dipanggil Amin seorang pengusaha perkebunan sawit. Jumat (29/6) pagi. Ia tewas dengan usus terburai akibat dibacok di lantai 3 rumahnya, Jalan M Yamin No 47 A, Kecamatan Senapelan.
Sementara itu, istri dan dua anak korban, berada dalam keadaan kritis. Bahkan, salah satu anak korban akhirnya juga menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian ini terjadi pagi. Sekitar pukul 07.00 WIB salah seorang saksi mata, Ujang, penjual rokok yang kedainya berada di dekat ruko berlantai tiga milik korban, melihat anak korban Jefri meminta tolong dari lantai 2. "Ada orang melambai-lambai dari lantai 2. Berteriak minta tolong. Badannya sudah penuh darah," jelas Ujang.
Saat itulah, beberapa warga yang berada di sekitar lokasi ramai mengerubungi pintu depan lantai satu tempat tinggal korban. "Warga lalu ramai-ramai mendobrak pintunya," lanjut Ujang.
Setelah berhasil mendobrak, warga yang berusaha membantu lalu masuk dan mencoba naik ke atas. Namun, lagi-lagi pintu menuju lantai 2 juga terkunci. Warga sendiri akhirnya menghubungi pihak kepolisian dan memberitahukan hal ini.
Setelah polisi tiba, pintu di dalam yang terkunci lalu didobrak. Saat petugas berada di lantai 3, tampaklah pemandangan yang memilukan. Sukimin beserta istri, Aliang (32) dan kedua anaknya Jefri (14) dan Tomi (18) terkapar bersimbah darah. Saat dilakukan pemeriksaan dilakukan oleh petugas yang ada, Amin sudah tidak bernyawa. Ia ditemukan dalam posisi duduk tersandar mengenakan celana pendek dengan luka pada sekujur tubuhnya. Diketahui, Amin mengalami luka tusuk dan sabetan di bagian perut dan punggung.
Istri beserta anak korban yang saat ditemukan masih dalam keadaan hidup, segera dilarikan ke Rumah Sakit Santa Maria untuk mendapatkan pertolongan atas luka-lukanya. Akibat peristiwa ini, lingkungan di sekitar rumah korban mendadak ramai. Warga berkerumun untuk melihat apa yang terjadi. Pihak kepolisian sendiri tampak berjaga di depan lokasi kejadian yang saat itu dipasangi garis polisi (police line).
Salah seorang tetangga korban yang enggan disebutkan namanya kepada Riau Pos (Grup JPNN) mengatakan sehari-hari ia tidak terlalu mengenal korban. Namun yang ia tahu, korban adalah pengusaha sawit yang dahulunya berbisnis pada bidang seluler.
Keluarga korban tampak sangat kehilangan atas kejadian ini. Pantauan di ICCU Rs Santa Maria, beberapa keluarga korban tampak berkumpul. Keluarga korban ini menolak untuk diwawancarai dengan alasan masih trauma dan berduka atas apa yang menimpa Amin. Anak korban, Tomi akhirnya meninggal dunia sekitar pukul 11.00 WIB setelah mendapatkan perawatan. Ia diketahui menderita luka tusukan parah pada bagian leher, perut robek serta ditusuk.
Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Drs R Adang Ginanjar kepada wartawan mengatakan, dugaan sementara pembunuhan ini terjadi karena dendam. "Korbannya satu orang tewas di lokasi dan satu lagi di rumah sakit setelah mendapatkan perawatan. Untuk sementara diduga motifnya balas dendam. Karena barang-barang di dalam rumah korban itu tidak ada yang hilang," ujar Kapolresta.
Diungkapkan Kombes Pol Adang, dari informasi yang diperolehnya, korban beserta keluarga berencana pindah dalam waktu dekat. Hal ini diperkuat juga dengan barang-barang korban yang sudah tersusun rapi. Sementara itu, seorang pembantu dan supir korban berinisial MR menghilang beserta mobil Nissal X Trail BM 777 SW setelah kejadian. "Pelaku saat ini masih dalam pengejaran," kata Kapolresta.
Mobil korban yang hilang saat kejadian, ditemukan kosong, terkunci dan terparkir sekitar pukul 10.30 WIB di Jalan Karet. Belum diketahui siapa dan berapa orang yang membawa mobil tersebut hingga tiba disana. Diduga, mobil itu belum lama ditinggal, karena mesin mobil masih hangat saat ditemukan.
"Kami lagi ngopi tadi sekitar pukul 08.00 WIB. Pas mau kerja, mobil itu sudah ada. Sata tidak lihat siapa yang memarkirkan," katanya. Setelah polisi turun ke lokasi, mobil itu lalu diderek ke Mapolresta Pekanbaru.
Kriminolog, Syahrul Akmal Latif menilai, peristiwa ini terjadi karena korban sudah menjadi target pelaku. "Pelaku ini orang yang dikenal korban. Solah-olah dibuat seperti perampokan, tapi berlatar dendam," jelasnya. Menghadapi kasus seperti ini, Syahrul mengatakan pengungkapan kasus seharusnya tidak terlalu lama.
Sementara itu, gaya eksekusi pelaku yang dengan sadisnya melukai semua anggota keluarga Amin, dikatakan Syahrul merupakan upaya pelaku menghilangkan jejak. "Sadis tidak sadis itu tergantung. Intinya pelaku melakukan dalam keadaan sadar, namun upaya menghilangkan jejak ini yang sadis. Hal seperti itu tidak bisa dilakukan sendiri, orang bisa melakukan apa saja ketika situasi dan kondisi memaksa. Konsentrasi kekejamanan itu kita lihat dari kondisi korban. Karena pelaku tidak ambil pusing terhadap hal itu," paparnya.(Ali)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Astaga... Ibu Kandung Dipukuli Demi Cinta
Redaktur : Tim Redaksi