JAKARTA - Setumpuk persoalan akan menjadi kendala pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Sumut. Selain masalah lahan, belum sesuainya kawasan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dan pemda yang punya kepentingan sendiri, masih ada persoalan lain yang di luar urusan teknis.
Menurut Ketua umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi, sikap PTPN yang selama ini dinilainya tidak merangkul pengusaha-pengusaha sawit di Sumut, juga akan menjadi persoalan tersendiri.
"Saya sudah tanya teman-teman pengusaha di Sumut, katanya PTPN tak mau merangkul mereka. Ini tidak baik," ujar Sofyan Wanandi kepada JPNN di Jakarta, kemarin (19/7).
Apa dampak yang dimaksud Sofyan Wanandi? Ambil contoh PT. Unilever Indonesia Tbk yang melalui PT Unilever Oleochemical Indonesia, siap membangun pabrik pengolahan minyak sawit (palm oil fractionation plant) di Sei Mangkei.
Sudah pasti, PT Unilever Oleochemical Indonesia nantinya membutuhkan pasokan bahan baku, berupa kelapa sawit, yang akan diolah menjadi bahan jadi. Lantaran para pengusaha sawit raksasa yang berkiprah di Sumut merasa tidak pernah dirangkul PTPN, maka mereka akan malas untuk memasok bahan baku yang dibutuhkan perusahaan asing tersebut.
"Raja-raja sawit belum tentu mau memasok ke Unilever. Saya tahu pemain-pemain besar sawit di Sumut," ujar Sofyan Wanandi.
Nah, mengapa pengusaha-pengusaha "raksasa" tidak mau memasok bahan baku itu? Selain karena merasa tidak pernah dirangkul PTPN, para pengusaha sawit kelas raksasa itu sendiri sudah mencoba menjajaki untuk ikut masuk ke Sei Mangkei, yang lahannya milik PTNP III.
"Tapi, PTPN menjual tanahnya dengan harga sangat mahal. Mestinya PTPN jangan jual tanah mahal-mahal, jangan ceri untung besar dengan menjual lahan," ujar Sofyan, pria Sawahlunto, Sumatera Barat, 3 Maret 1941, itu.
Dia juga tidak begitu yakin, Unilever bakal dipastikan jadi menanamkan investasinya sebesar 110 juta EURO yang setara dengan sekitar Rp1,276 triliun. Bila masih banyak persoalan, niat Unilever bisa saja dibatalkan.
"Mereka pasti juga punya hitung-hitungan bisnis. Kalau teman-teman pengusaha sawit di Sumut, katanya, daripada banyak hambatan, kepentingan pemda juga besar, mereka lebih memilih Riau," terangnya.
Sofyan mengaku mengikuti terus rencana pembangunan KEK Sei Mangkei ini. Dari awal, Sofyan menyatakan sudah pesimis. Selain sejumlah kendala yang disebutkan di atas, masalah infrastruktur juga belum memadai. "Nyatanya, sudah enam bulan ini tak jalan-jalan," imbuhnya.
Dia juga menilai, ada ketidaksinkronan niat pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Pusat, katanya, sampai mendorong-dorong pengusaha agar mau berinvestasi ke Sei Mangkei. "Pusat mau, tapi pemda banyak kepentingan, bagaimana?" ucapnya. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ramadan, Pemerintah Jamin Sembako Aman
Redaktur : Tim Redaksi