Penjual Jamu, Sayur, dan Susu Jahe di Tengah Gempuran Wabah Corona

Jumat, 03 April 2020 – 07:19 WIB
Darman dan dagangannya saat melayani pembeli. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com - Jumlah warga positif terjangkiti virus corona Covid-19 di Indonesia makin hari terus bertambah. Hingga 2 April 2020, angkanya mencapai 1.790 orang. Ini membuat masyarakat waswas, takut tertular Covid-19.

Mesya M, Jakarta

BACA JUGA: Pelanggan Prabayar Mendapat Token Gratis dari PLN

DI balik musibah, pasti ada sisi positifnya. Seperti yang dirasakan tiga pedagang kecil ini yaitu Sri Lestari sang tukang jamu, Darman si tukang susu jahe merah, dan Kang Asep penjual sayur keliling.

Di saat banyak sktor ekononi tidak berdaya dihantam badai corona, ketiganya tetap eksis. Mereka bahkan jadi incaran para pembeli.

BACA JUGA: Begini Cara Urus Penundaan Cicilan Kredit, Debt Collector Jangan Ikut Campur

Darman, 54, baru saat ini merasakan "panen" hasil jualan susu jahe. Biasanya dia hanya menjual susu jahe sedandang ukuran sekitar 15 liter dari pukul 16.30 sampai pukul 00.00. Itupun jarang habis dan selalu bersisa.

Namun, sejak virus Covid-19 memporak-porandakan kehidupan masyarakat dunia termasuk Indonesia, Darman malah kebanjiran pesanan.

BACA JUGA: Bapak Ibu Guru, Ini Ada Hal Menarik dari Kemendikbud

Sebelum mulai jualan, Darman sudah ditunggui para pembeli. Sekali beli, minimal dua dan tidak sedikit yang borong sampai 20 bungkus.

Kala pertama Covid-19 mendera, ayah tiga anak itu menjual per bungkusnya Rp 5000. Corona makin menggila, Darman terpaksa menaikkan jadi Rp 6000 karena harga jahe merah terdongkrak dari Rp 40 ribu jadi Rp 80 ribu per kilogram.

"Sebenarnya jahe naiknya dari 40 ribu ke 50 ribu, naik lagi 60 ribu. Saya masih bertahan jual 5 ribu karena jaga pelanggan. Namun, ketika jahe 80 ribu dengan terpaksa saya naikkan 6 ribu. Enggak apa-apa ambil untung dikit asal lancar," tutur Darman yang biasa mangkal di kawasan Modernhill, Pondok Cabe, Tangerang Selatan.

Walaupun dinaikkan, dagangan Darman malah laris. Dagangannya dalam beberapa jam ludes. Dia pun bisa pulang ke rumah selepas Isya.

Terbiasa pulang tengah malam, membuat Darman menambah kuota dagangannya. "Saya bawa cadangan dua jeriken ukuran masing-masing 10 liter. Alhamdulillah ludes sampai jam 10 malam. Banyak yang beli susu jahe karena katanya bisa menangkal corona," ucapnya.

Rezeki nomplok juga dirasakan Sri Lestari. Ibu dua anak yang berprofesi sebagai tukang lulur, pijat, dan jamu ini kebanjiran pesanan.

Membanjirnya pesanan jamu lantaran Sri yang doyan bermain medsos ini menyebarkan hasil riset Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga Chaerul Anwar Nidom.

Sang profesor mengungkapkan virus Corona bisa dilawan dengan ramuan yang mengandung curcuma, seperti jahe, temulawak, kunyit, kayu manis, dan sereh.

Cara membuatnya digodog direbus jadi satu dan supaya enak ditambah gula merah sedikit. Menurut Prof Nidom meskipun ada yang terinfeksi virus corona tetapi bila digempur tiap hari dengan minum ramuan tradisional tersebut, akan mengurangi dampaknya.

Bagi yang sehat sebaiknya rutin tiap hari minum ramuan mpon-mpon untuk daya tahan tubuh.

"Informasi itu saya sebar ke semua langganan dan banyak yang pesan," kata Sri, tukang jamu keliling yang tinggal di kawasan Meruyung, Depok.

Perempuan usia 50 tahun ini mengaku tiap harinya menerima lebih dari 250 botol per hari sejak ada informasi antisipasi Corona.

Meski banyak pembeli, Mba Sri, sapaan akrabnya, menjual dengan harga standar Rp 25 ribu per botol. Tadinya Rp 20 ribu per botol, tetapi mendadak jahe merah dan temulawak naik harganya.

"Yang paling mencolok temulawak ya. Kalau jahe merah kan memang mahal. Lah temulawak dijual mahal juga karena tahu bisa jadi ramuan untuk penangkal Corona," tuturnya.

Dia menambahkan, setiap hari orderan ramuan mpon-mpon terus bertambah. Lantaran, banyak disebar lewat mulut ke mulut.

"Pelanggan saya kan banyak yang kerja jadi tidak ada waktu bikin mpon-mpon. Nah teman-temannya di kantor juga pesan. Makanya alhamdulilah beberapa hari ini orderan makin banyak saja," terangnya.

Sama halnya dengan Kang Asep, pedagang sayur keliling di kawasan Pondok Cabe. Meski waswas dengan corona, dia tetap ke Pasar Cimanggis membeli bahan dagangan untuk kebutuhan pelanggan.

Laki-laki asal Cilacap ini mengaku, selama corona, pendapatannya meningkat karena banyak emak-emak memilih masak sendiri ketimbang beli makanan jadi. Alhasil dagangannya laris manis.

"Alhamdulillah habis terus dagangan saya. Bahan pangan sekarang naik harga, tetapi saya enggak berani naikin banyak karena kasihan banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena corona," tuturnya.

Untuk menyiasatinya Kang Asep memperbanyak dagangan sayuran, tempe, tahu, ikan asin, dan kerupuk. Ayam, daging sapi, dan ikan basah jumlahnya dibatasi karena harganya lebih mahal.

"Dalam situasi sulit begini, orang-orang lebih berpikir asal kenyang saja. Soal lauknya tempe dan tahu tidak masalah. Saya kadang suka kasihan juga dengar emak-emak mengeluhkan karena suaminya tidak dapat duit karena hanya diam di rumah," ungkapnya.

Walaupun ketiban rezeki, baik Darman, Sri, dan Kang Asep berharap wabah Corona segera berakhir.

Sebab, aktivitas masyarakat jadi berkurang lantaran takut terkena virus Corona. Selain itu makin banyak masyarakat yang susah karena kehilangan pekerjaan. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler