Lakon yang diperankan kata dia, belatar belakang kisah penyerangan Kerajaan Mataram ke Batavia pada tahun 1528-1529. Di mana pada penyerangan pertama, Mataram mengalami kegagalan disebabkan lumbung logistiknya yang berada di Bekasi dan Kerawang dibakar oleh penjajah Belanda. “Nah, pada penyerangan kedua inilah, Sultan Agung mengirim Pangeran Purboyo menyerang ke Batavia,” terang Bang Adji.
Terkait pentas tersebut, dia mengajak dan mengundang para awak media dan masyarakat untuk hadir dalam pementasannya. “Saya punya keinginan agar Jakarta bisa mencontoh Kota Madrid di Spanyol yang bisa menghidupkan pariwisata dari seni dan budaya,” ujar bang Adji. Menurut dia, Madrid adalah kota di Eropa yang mampu menyedot pemasukan tinggi dari pariwisata, seni dan budaya. “Kalau Jakarta mampu meningkatkan pendapatan dari pariwisata, maka APBD DKI tidak harus tergantung pada pajak kendaraan saja,” ungkapnya.
Pariwisata di Jakarta memiliki potensi besar meraup pendapatan. Sayangnya, tidak diberdayakan secara optimal. Seperti wisata Kota Tua yang tidak berkembang karena gedung tua yang rusak dan tidak terawat.
Adapun untuk pentas seni dan budaya, masyarakat Jakarta masih mengandalkan Taman Ismail Marzuki yang dibangun di zaman Bang Ali Sadikin. Jakarta sebagai wajah Indonesia, harus bisa menampilkan aneka budaya kepada tamu internasional. “Kalau budaya Bali bisa dikemas di Denpasar, seharusnya budaya Indonesia bisa ditampilkan di Jakarta,” pungkasnya. (dai)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Golkar Jakut Siap Amankan Suara
Redaktur : Tim Redaksi