jpnn.com, JAKARTA - Pementasan wayang Postrad (Post Tradisionalism) di Kedai Kopi dan Taman Baca Kebun Makna, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (31/10) berlangsung cukup menggugah.
Acara ini juga sekaligus mengingatkan kembali akan sejarah masa lampau bagi penonton yang hadir di acara itu.
BACA JUGA: Gibran Maju jadi Cawapres, Ganjar Tak Takut Suara Jateng Pecah
Budayawan Postrad Yogyakarta Ki Hangno Hartono cukup memukau dalam pementasan itu dengan menghadirkan prototipe tokoh-tokoh Raka yang hidup pada masa itu, yaitu pada abad 5-9 Masehi di tanah Jawa.
Pentas wayang Postrad oleh Ki Hangno Hartono dibantu ilustrasi musik oleh Nino, memulai pementasan dengan menghadirkan tokoh-tokoh raja Mataram Kuno dari Rakai Pikatan sampai Rakai Panunggalan.
BACA JUGA: Survei: Masyarakat Jateng Mulai Masif Mendukung Prabowo-Gibran
Pementasan yang mengangkat kisah kebesaran Mataram Kuno, yang tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan peran sentral para Raka.
Pada masa itu telah meninggalkan bangunan-bangunan yang monumental tingkat dunia sebagai bukti kebesaran masa orde para Raka. Raka adalah penguasa ekonomi politik era Mataram kuno.
BACA JUGA: Polling Institute: Mayoritas Pemilih Jokowi Solid Pilih Prabowo-Gibran di Pilpres 2024
"Nama-nama para Raka tersebut tertulis di Prasasti Mantyasih yang ditemukan di Magelang," kata Ki Hangno.
Lakon Para Raka ini, kata Hangno, mengartikan seorang pemimpin yang mempunyai komitmen yang tinggi terhadap kelestarian ekosistem terus menerus menjaga bumi dari bahaya eksploitasi bumi.
"Karena itu setiap eksploitasi bumi yang hari ini ada, harus menyertakan rehabilitasi bumi, biar leluhur para Raka tidak marah," kata Hangno dalam cuplikan pementaaan itu.
Mbah Roso, sebagai penyelenggara kegiatan itu, dan yang mengatasnamakan ketua komunitas Seniman Merdeka, menyampaikan, kalau pementasan ini murni kajian sajarah dan dikondisikan dengan zaman sekarang yang sedang berlangsung.
Mbah Roso juga menyebutkan bahwa di dalam narasi naskah peran kepemimpinan Cakrawatin mempunyai visi Bumi Pati, penjaga dan penyangga bumi dari kerusakan.
"Visi dalam kesejarahannya jelas tercantum dalam nama gelar Ken Arok yaitu Sang Amurwatbumi," tegas Mbah Roso.
Hadir dalam acara itu, Don Muzakir seniman murni dari Jakarta juga menyampaikan bahwa seni dan kebudayaan masih menjadi satu rangkaian dalam kehidupan ini.
"Karena itu, kita terus gali dan wawasan kebudayaan ini, untuk menghadapi kedatangan peradaban baru di republik ini," kata Don.
"Dan yang sanggup dan bisa menghadapi tantangan peradaban baru dunia, hanya ada dari keturunan para Raka, siapa dia? Tidak lain adalah Gibran Rakabuming Raka, yang bisa menjaga bumi ini dari kerakusan manusia," kata Don sambil mewanti wanti untuk pilpres 2024 nanti.
Pilihlah pasangan Prabowo Gibran, demi masa depan bangsa dan negeri ini.(ray/jpnn)
Redaktur & Reporter : Budianto Hutahaean