Pentingnya Pemahaman Sekolah Mengelola Krisis

Rabu, 17 Februari 2016 – 18:18 WIB
Rektor Universitas Darma Persada, Dadang Solihin (tengah) berbincang dengan praktisi public relation Dody Rochadi dan Dian Agustine Nuriman. Foto: Ist

jpnn.com - JAKARTA – Rektor Universitas Darma Persada Dadang Solihin mengatakan, seminar bertajuk Peran Humas Sekolah dalam Membangun Citra dan Mengatasi Krisis sekolah punya arti penting.

Seminar yang dilangsungkan di Universitas Darma Persada, Rabu (17/2) itu bertujuan memberi solusi terkait tantangan yang dihadapi institusi pendidikan. Terutama terkait komunikasi dan bisnis pendidikan di tengah masyarakat yang makin terbuka.

BACA JUGA: Menyedihkan! Nyaris Roboh, Ruang Kelas Terpaksa Diganjal Bambu..Lihat ni Fotonya

Agenda itu dihadiri praktisi humas Dody Rochadi dan Dian Agustine Nuriman. Selain itu, ratusan Wakil Kepala Sekolah Bimbingan Konseling (BK) dan Wakil Kepala Sekolah Bagian Kehumasan dari Jakarta Timur dan Bekasi juga ambil bagian.

Di sisi lain, Dian mengatakan, saat ini fungsi kehumasan di sekolah masih terabaikan karena posisinya yang tidak sentral. Padahal, humas menjadi garda terdepan menjaga citra institusi ketika terjadi krisis.

BACA JUGA: Adhyaksa: Pramuka Itu Setia, Loyal dan Jaga Kewibawaan

''Saat ini yang terjadi sekolah menempatkan humas secara mendadak, padahal ketika terjadi krisis di sekolah, individu yang menjadi humas tidak saja harus paham berkomunikasi namun harus mengerti kondisi sekolah dengan sangat baik,'' ujar Direktur Nagaru Communications itu.

Karena itu, sambung Dian, diperlukan trik mengelola guru, siswa hingga staf menghadapi kemungkinan krisis yang akan terjadi. Termasuk bagaimana pihak sekolah menghadapi media secara cerdas sehingga tidak memperburuk situasi.

BACA JUGA: Ulama: Jangan Lengah, Kampanye LGBT Ada di Mana-mana

Sementara itu, Dody mengatakan, semua organisasi termasuk sekolah rentan terhadap krisis. Karena itu, tidak ada alasan bagi sekolah untuk tak memiliki persiapan menghadapi krisis.

''Seluruh institusi yang berhubungan dengan masyarakat harus peka dan paham menangani krisis. Sementara untuk penanganan krisis yang terjadi di sekolah haruslah melibatkan seluruh pemangku kepentingan dari guru hingga orang tua murid,'' papar Dody.

Pemahaman terhadap suatu krisis yang tidak ditangani secara terbuka akan berakibat buruk pada institusi yang bersangkutan. Umumnya, institusi tanpa pemahaman komunikasi yang baik akan berusaha menutupi krisis yang melandanya, atau berupaya menanganinya secara tertutup yang akibatnya justru akan mengundang lebih banyak kecaman.

Sebaliknya, situasi akan semakin baik apabila suatu institusi mampu mengatasi krisis yang melanda dengan baik secara terbuka, mampu menerima kritikan dengan lapang dada, kemudian berusaha mencari jalan keluar atas permasalahan yang terjadi.

Kedua pembicara mencontohkan kondisi-kondisi krisis yang sungguh mengagetkan namun terjadi di institusi pendidikan. Di antaranya ialah siswa yang mengalami kecelakaan, bencana, keracunan massal, kesurupan, guru bunuh diri hingga aksi kekerasan berujung kematian di sekolah.

''Tanpa pernah mempersiapkan institusi sekolah dengan kondisi-kondisi yang hadir mendadak justru kepanikan yang melanda individu penanggung jawab di institusi pendidikan dan menimbulkan tindakan tak terarah bahkan justru memperburuk kondisi yang ada. Terutama bagaimana mengatasi krisis ke dalam dan ke luar institusi yang tertimpa krisis tersebut,'' ujar Dody. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menyedihkan, Ada Sekolah Tak Lagi Kibarkan Bendera dan Nyanyikan Indonesia Raya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler