Penulis dan Pegiat Tulis Buku Kebaya Kaya Gaya, Ada Pesan Khusus

Senin, 05 Agustus 2024 – 10:41 WIB
Atie Nitiasmoro (kiri), penggagas penulisan buku Kebaya Kaya Gaya---Selaras Mengikuti Zaman untuk menambah literasi tentang kebaya di Indonesia. Foto dok. Atie

jpnn.com, JAKARTA - Lima Pegiat kebaya dan penulis berkolaborasi menulis buku Kebaya Kaya Gaya-Selaras Mengikuti Zaman untuk menambah literasi tentang kebaya di Indonesia.

Buku setebal 200 halaman ini ditulis oleh Atie Nitiasmoro, Indiah Marsaban, Rini Kusumawati, Tingka Adiati dan Elvy Yusanti.

BACA JUGA: Srikandi Pegadaian Resmi Dikukuhkan di Hari Kebaya Nasional 2024

Sebagai penggagas, Atie mengatakan buku ini sebagai wujud kegembiraan ditetapkannya Hari Kebaya Nasional oleh Presiden Jokowi melalui Keppres Nomor 19 Tahun 2023.

Buku ini juga untuk mendokumentasikan kisah panjang perjuangan ratusan perempuan yang tergabung dalam berbagai komunitas mengampanyekan kebaya kembali menjadi pakaian sehari-hari perempuan Indonesia.

BACA JUGA: Hari Kebaya Nasional 2024, Kowani Hadirkan Expo UMKM

"Ditetapkannya Hari Kebaya Nasional bermula dari harapan para pegiat kebaya yang tak kenal lelah mengampayekan kebaya menjadi pakaian sehari-hari perempuan Indonesia  sekaligus menjadi perekat persatuan nasional," ujar Atie, Senin (5/8). 

Data Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebutkan Indonesia terdiri dari 1.340 suku dan sub suku serta 718 bahasa daerah. 

BACA JUGA: HKN 2024: Ada 8 Kebaya Legendaris Koleksi Ibu Tien Soeharto

Atie yang juga anggota Timnas Pengajuan Hari Kebaya Nasional mengungkapkan, gerakan berkebaya yang digaungkan lebih dari 10 tahun ini,  tidak hanya mengingatkan untuk melestarikan  budaya bangsa, tetapi juga sekaligus memberi multiplier effect bagi perekonomian Indonesia.

Permintaan akan kebaya meningkat pesat pada designer dan UMKM yang sebagian besar pelakunya adalah perempuan. 

Tingka Adiati dan Elvy Yusanti menulis menggeliatnya bisnis kebaya dengan perlengkapannya seperti  wastra -- batik, tenun dan asesoris. Buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas ini juga mengulas sejarah masuknya kebaya di Indonesia. 

Rini Kusumawati, Doktor Sosiologi menyajikan awal mula masuknya kebaya ke nusantara, jauh sebelum negara Indonesia berdiri. 

Rini menelusuri jejak masuknya sejarah berdasarkan tahun tahun masuknya para pedagang dari Portugis, Persia, Tionghoa, Belanda dan Arab ke nusantara. 

Kebaya merupakan proses persilangan budaya yang panjang. Kata kebaya juga bermula dari kata Cabai, Qaba, Cambay maupun Cambaia. Model kebaya-pun semula berbentuk blus dengan kerah V, lalu berkembang menjadi baju luaran seperti jaket, panjang hampir menyentuh mata kaki.

Dalam perkembangannya model kebaya beragam mengikuti karakteristik masing daerah di pulau Jawa dan luar pulau Jawa. Indiah Marsaban, anggota Timnas Hari Kebaya dan juga pengajar di FIB UI menyajikan berbagai jenis kebaya di tanah air, baik model dan sejarahnya, seperti kebaya noni, kebaya janggan dan kebaya labuh. Nama kebayapun juga beragam di berbagai daerah.

Sementara itu, Pendiri dan Ketua Rumah Budaya Sekar Ayu Jiwanta menyambut baik terbitnya buku Kebaya Kaya Gaya. Emi sepakat bahwa kebaya menjadi pemersatu Indonesia.

"Peringatan Hari Kebaya Nasional yang pertama ini kita jadikan momentum untuk saling bergandengan tangan, bekerja sama untuk kemajuan Indonesia," ajak Emi kepada semua perempuan Indonesia. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler