jpnn.com, TOKYO - Penusukan masal terjadai di sebuah halte bus daerah Kawasaki, Jepang kemarin pagi, Selasa (28/5). Beberapa bocah sekolah dasar jadi korban tindakan brutal tersebut.
Toshichika Ishii sedang ngaso di bangku taman dekat Stasiun Noborito. Dia duduk sambil menikmati suasana musim semi yang mungkin bakal hilang beberapa hari lagi. Lamunannya seketika berhenti ketika teriakan dari halte bus di dekatnya terdengar.
BACA JUGA: Keluarga Korban Penculikan Todong Donald Trump di Jepang
''Saya akan membunuhmu!'' begitu teriakan yang didengar Ishii menurut New York Times. Suara yang muncul selanjutnya membuat bulu kuduknya begidik. Suara itu adalah teriakan ketakutan bocah-bocah sekolah dasar.
Pukul 07.45 siswa SD Caritas sedang mengantre untuk masuk ke bus sekolah. Bus keenam dari sekolah baru saja datang. Sekolah Katolik tersebut menyediakan delapan bus untuk menjemput pelajar.
BACA JUGA: Trump Jadi yang Pertama Bertemu Kaisar Naruhito
Sama seperti pagi biasanya, beberapa orang tua sibuk menaikkan anaknya dengan dibantu karyawan sekolah ke bus itu. Mereka tak punya waktu untuk melihat pria paro baya yang baru keluar dari toko swalayan dan perlahan mendekat.
''Saya baru saja membantu siswa keenam naik bus. Kemudian, saya mendengar teriakan,'' ujar salah seorang karyawan sekolah menurut Kyodo News.
BACA JUGA: Gagal di Sudirman Cup 2019, Indonesia Fokus ke Kejuaraan Dunia
BACA JUGA: Reaksi Bima Arya Atas Kasus Penusukan Siswi SMK Bogor
Tanpa alasan yang jelas, pria yang dikabarkan bernama Ryuichi Iwasaki tersebut menyerang siswa Caritas. Dengan dua pisau yang dipegang, tangan pria berusia 51 tahun itu mengayun keras. Dia mengincar leher atau kepala siapa pun yang terlihat atau yang berusaha menghalangi.
Menurut NHK, 19 orang terkena sabetan dan tusukan Iwasaki. Di antara mereka, siswi Caritas Hanako Kuribayashi, 11, dan wali murid sekaligus pegawai Kementerian Luar Negeri Jepang, Satoshi Oyama, 39, dinyatakan meninggal.
''Saat keluar bus, saya melihat pria dengan jas hitam terkapar di genangan darah,'' ujar Kazuhiro Yoshida, salah seorang sopir bus Caritas.
Tak lama setelah itu, Iwasaki menusuk leher sendiri. Dia tak selamat meski sempat dibawa ke rumah sakit. Sementara itu, nasib korban lain yang dilarikan ke St Marianna University School of Medicine juga belum jelas.
Koji Shimazu, salah seorang pejabat rumah sakit, menerangkan bahwa seorang perempuan berusia 40 tahun dan tiga siswi dalam kondisi kritis setelah menjalani operasi. Mereka menderita luka pisau di kepala atau leher.
''Itu adalah kasus yang mengerikan. Pemerintah seharusnya menjamin keamanan anak-anak,'' ujar Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe kepada Agence France-Presse.
Abe benar-benar kalut. Masalah tersebut terjadi saat dia harus menjamu Presiden AS Donald Trump. Kemarin, mereka masih punya agenda untuk mengunjungi kapal perang Jepang. Trump juga mengucapkan belasungkawa.
''Doa saya dan seluruh rakyat AS untuk keluarga korban,'' ucap suami Melania itu.
Serangan masal memang jarang terjadi di Jepang. Jika terjadi, metode yang paling sering ditemui adalah menabrakkan kendaraan atau menggunakan pisau. Sebab, pembatasan penggunaan senjata api di Jepang sangat ketat. (bil/c22/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Raksasa Elektronik Jepang Ikut Menghukum Huawei
Redaktur & Reporter : Adil