Survei ini dilakukan di tiga desa yakni Desa Subah, Desa Lalang, dan Dusun Pulau Tayan Timur. Wilayah itu merupakan daerah yang berdekatan dengan sejumlah desa di Kabupaten Kubu Raya yang juga banyak mengidap cacing filarial.
Di Desa Subah, jumlah sampel yang diambil yakni 306 orang dan sebanyak 19 orang mengidap cacing micro filarial. Desa Lalang, sampel yang diambil 147 orang, jumlah pengidap cacing penyebab kaki gajah mencapai 14 orang. Sementara di Dusun Pulau Tayan Timur dari 55 sampel tidak satupun ditemui penderita cacing ini.
Pelaksaan pengambilan sampel dilaksanakan pada malam hari, mulai jam 08.00 hingga 02.00. Hal ini karena cacing akan aktif mendekati kulit di malam hari. Sehingga bisa terdeteksi. “Kendalanya memang pada lokasi yang berat. Desa-desa itu harus ditepuh melalui darat dan sungai. Karena pengambilan sampel harus di malam hari, maka jadi makin berat,” cerita Syamsul Bahri.
Pontianak Post sempat berkeliling ke sejumlah desa di Kecamatan Tayan. Kecamatan Tayan memiliki banyak sungai dan rawa-rawa. Di banyak tempat terlihat sampah yang menumpuk di mana mana, bahkan di pinggiran sungai. Beberapa kali menjumpai warga yang membuang sampah di bantaran sungai.
Menurut Syamsul Bahri, kesadaran warga dalam membuang sampah pada tempatnya masih kurang. Padahal kondisi wilayah yang kotor dan dipenuhi sampah-sampah yang digenangi air menjadi tempat berkembangbiak bagi nyamuk pembawa cacing filarial.
Penyakit kaki gajah adalah salah satu penyakit di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh cacing filarial yang berkembang biak di dalam kelenjar getah bening lewat gigitan nyamuk. Cacing inilah yang akan menyumbat saluran getah bening dan menyebabkan pembengkakan. Gawatnya, hampir semua jenis nyamuk berpotensi membawa bibit penyakit ini, terutama nyamuk culex, anopheles juga aedes. Penyakit ini memang tidak mudah terdeteksi kecuali dengan pemeriksaan darah. Biasanya yang terdeteksi justru ketika sudah terjadi pembengkakan.
Menurut Syamsul Bahri, penderita cacing micro filarial tidak langsung mengalami pembengkakan. Proses pembengkakan bisa terjadi selama beberapa tahun. Jika tidak diobati, kebanyakan warga yang mengidap cacing filarial di kecamatan Tayan akan mengalami pembengkakan pada beberapa tahun mendatang. “Jika sudah mengalami pembengkakan tidak bisa dipulihkan kecuali dioperasi plastik,” ujarnya.
Supaya itu tidak terjadi, Puskesmas memberikan obat-obat bagi mereka positif mengidap cacing filarial. Puskesmas juga memberikan pengobatan massal bagi warga lain sebagai upaya pencegahan.
Wahyuni Rahmawati, petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Desa Pedalaman, Kecamatan Tayan Hilir mengatakan, untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk pembawa cacing filarial, warga harus rajin membersihkan lingkungan masing-masing. “Caranya dengan membersihkan sampah dan genangan-genangan air,” ujarnya.(her)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polda Tangkap Tiga Orang
Redaktur : Tim Redaksi