jpnn.com - Belum genap sebulan sejak buah hati dilahirkan, bayi Kartika Putri harus dirawat di RS karena sakit kuning. Lalu apa penyebab kondisi tersebut?
Dikatakan oleh dr. Theresia Rina Yunita dari KlikDokter, sakit kuning (jaundice) pada bayi yang baru lahir terjadi akibat penumpukan bilirubin di dalam tubuhnya.
BACA JUGA: Kartika Putri Curiga Bayinya Sakit Kuning Sejak Lahir
Bilirubin adalah pigen air empedu berwarna kuning kemerahan (sering ditemukan di dalam empedu, darah, dan tinja) yang merupakan hasil dari pemecahan sel darah merah oleh hati. Pada bayi, jumlah bilirubin yang normal adalah di bawah 5,2 mg/dL dalam 24 jam pertama kelahiran.
Sakit kuning pada bayi merupakan keadaan yang umumnya terjadi secara normal (fisiologis). Ciri yang menandakan bahwa jaundince terjadi secara normal dan dapat hilang sendiri adalah timbul pada hari ke-2 atau ke-3 setelah bayi lahir dan kadar bilirubin tidak melewati12 mg/dL atau 10 mg/dL (prematur).
BACA JUGA: Bayi Kartika Putri Dilarikan ke Rumah Sakit
Berdasarkan pemberitaan yang beredar, kadar bilirubin bayi Kartika mencapai 17 mg/dL. Ini artinya, sakit kuning pada putri Kartika tergolong sebagai kondisi tidak normal (patologis) yang perlu penanganan dokter.
Penyebab bilirubin pada bayi meningkat
Selama masa kehamilan, organ hati ibu akan menyaring bilirubin keluar dari darah yang berada di sekitar janin. Setelah lahir, proses tersebut kemudian diambil alih oleh organ hati si Kecil yang baru lahir.
Namun, karena organ hati pada bayi yang baru lahir masih belum sempurna, fungsinya dalam menyaring bilirubin juga belum optimal, sehingga zat tersebut butuh waktu untuk keluar dari tubuh.
Menurut dr. Adeline Jaclyn dari KlikDokter ikut memberikan keterangan, bilirubin akan menumpuk di dalam darah dan menyebabkan warna kuning pada permukaan kulit.
“Saat penyakit kuning tidak kunjung menghilang, kemungkinan ada faktor pemicu lain, misalnya infeksi aliran darah, infeksi virus, enzim tidak normal, atau sel darah yang tidak normal,” tutur dr. Adeline.
“Kadar bilirubin yang sangat tinggi pada bayi dapat menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran dan kerusakan otak. Risiko ini lebih tinggi pada bayi prematur, sehingga perlu ditangani segera dengan terapi yang tepat,” tambahnya.
Apa penanganan yang bisa dilakukan?
Sakit kuning pada bayi yang sudah sampai menyebar ke dada atau perut biasanya akan membutuhkan pemeriksaan kadar bilirubin. Keputusan terapi apa yang dilakukan selanjutnya bergantung pada hasil pemeriksaan tersebut serta maturitas bayi.
“Pemberian ASI juga mesti dilakukan sesering mungkin, yaitu antara 8–12 kali sehari. Hal itu dapat membantu bayi mengeluarkan bilirubin dari tubuh dan mencegahnya mengalami dehidrasi. Bila tidak ada ASI, susu formula bisa diberikan sebanyak 30–60 mililiter setiap 2 atau 3 jam,” kata dr. Adeline.
Untuk kasus sakit kuning yang parah, bayi membutuhkan tindakan fototerapi. Jenis terapi ini menggunakan cahaya untuk memecah kadar bilirubin berlebih dalam tubuhnya.
Dalam prosesnya, bayi akan diletakkan di tempat tidur khusus di bawah cahaya spektrum biru, dengan hanya menggunakan popok dan kacamata pelindung khusus. Selimut khusus juga diletakkan di bawah bayi.
Apabila sakit kuning disebabkan oleh perbedaan golongan darah antara bayi dan ibu, maka bayi memerlukan transfusi imunoglobulin melalui pembuluh vena.
Imunoglobulin berfungsi untuk menurunkan kadar antibodi yang berasal dari ibu.
Jika kondisinya sudah benar-benar parah, prosedur transfusi darah mungkin diperlukan. Tujuannya agar darah bayi akan diganti dengan darah dari pendonor untuk mengencerkan bilirubin dan antibodi si ibu yang ada di dalam aliran darah bayi. Transfusi darah harus dilakukan di ruang intensif rumah sakit yang dikhususkan bagi bayi baru lahir.(NB/RN/klikdokter)
Redaktur & Reporter : Yessy