Penyerang Lapas Cebongan Pakai Sepatu Dinas

Kabareskrim Turun Gunung Pimpin Pengusutan

Selasa, 26 Maret 2013 – 05:03 WIB
JAKARTA --- Mabes Polri rupanya berusaha menjawab keraguan publik dalam pengusutan penyerangan Lapas Cebongan Sleman. Kapolri Jenderal Timur Pradopo menjamin pemeriksaan kasus ini berjalan transparan dan menyeluruh.
   
"Kami mulai dari pelanggaran hukumnya (korban, red), penetapan sebagai tersangka, sampai pada penitipan tersangka ke Lapas," ujar Timur usai rakornis Divisi Humas Polri di Mabes Polri, Senin (25/03). Hadir dalam forum itu seluruh humas Polda se- Indonesia.
   
Menurut Kapolri, pengusutan di lapangan berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (tkp). "Itu dilakukan secara cermat dan juga didukung laboratorium agar benar-benar akurat," kata alumni Akpol 1978 itu.
   
Wakapolri Komjen Nanan Soekarna menambahkan, Mabes Polri sangat serius mengusut kasus ini. "Kabareskrim (Komjen Sutarman,red) sekarang berada di Jogja untuk memimpin langsung," katanya.
   
Mabes juga akan memeriksa para pejabat di Polda DIJ yang terkait kasus ini. "Untuk menelusuri alurnya, perlu didengar keterangan. Jadi, latar belakang termasuk soal motif masih didalami," kata Nanan.    
     
Ditanya kemungkinan pelaku berasal dari anggota TNI. Nanan mengungkapkan pihaknya tidak mau menduga-duga sebelum tertangkap pelakunya. "Penyelidikan ada mindsetnya,  jadi jangan beropini, tapi dasar hukumnya yang harus ditegakan. Prosedur justice sistemnya harus jelas sesuai prosedur olah TKP dan sebagainya agar tidak ada saling opini dan diperdebatkan," katanya.
     
Soal senjata, Nanan juga menyebut masih dalam proses uji balistik. Sementara yang ditemukan jenis peluru 7,62 mm yang bukan standar TNI maupun Polri.  "Banyak juga yang punya senjata diluar. Pelurunya siapa? uji balistik masih berjalan," kata mantan Kadivhumas Polri ini.
     
Di tempat yang sama, Kabidhumas Polda DIY AKBP Anny Pudjiastuti menjelaskan, satu demi satu data lapangan mulai terkumpul. "Ciri-ciri secara umum (pelaku) menggunakan sebo (penutup wajah), rompi warna hitam, sepatu kets ada yang hitam dan sepatu panjang PDL, celana jeans warna biru dan hitam," ujarnya.
     
Kendati jelas mengenakan PDL namun perwira dengan dua melati dipundaknya ini, tidak serta merta mengarahkan telunjuknya jika yang menyerbu adalah oknum tentara yang membalas dendam. "Belum mengarah ke sana. Kita masih pendalaman yang jelas sepatu PDL, hitam panjang," katanya.
     
Ani menceritakan jika korban yang tewas itu sebenarnya dikurung bersama dengan 35 napi di blok A5. Tanpa meleset, sang eksekutor pun berhasil menembak keempatnya dan tidak melukai yang lain. "Dari keterangan saksi-saksi, eksekutor memang ada satu. Ini masih kita cari," katanya.
     
Terpisah, di gedung Kementerian Hukum dan HAM, Wamen Denny Indrayana mengatakan kalau pihaknya bakal mengevaluasi Standar Operasional Prosedur (SOP) pengamanan Lapas. Dia tidak ingin peristiwa memilukan itu sampai terjadi untuk kedua kalinya. "Manajemen pengamanannya harus dievaluasi," katanya.
   
Namun, Denny tidak menutup mata kalau ada factor lain yang membuat SOP menjadi seolah-olah lemah. Yakni, proses penyerangan yang sangat terencana dan rapi. Perbuatan oleh pihak terlatih itu membuatnya menepis tudingan bahwa SOP lemah dan petugas lalai dalam menjalankan tugas.
   
"Tidak mungkin ada kelalaian. Petugas lapas tak menggunakan senjata api," tuturnya. Itulah kenapa, saat para penyerang mengancam petugas pintu utama dengan senjata api dan granat membuat petugas lapas tak berkutik. Pemaksaan itulah yang membuat pihaknya tidak berkutik dihadapan penyerang.
   
Saat ini pihaknya berusaha keras untuk mengusut tragedi tersebut. Langkah pentingnya adalah dengan menggandeng berbagai pihak seperti Polri dan TNI. Tetapi dia menegaskan koordinasi itu bukan berarti bahwa pihaknya sudah menuding pelaku penembakan dari unsur TNI seperti yang ramai dibicarakan.
   
Denny menyebut bahwa hukum tidak bisa didasarkan pada dugaan. Oleh sebab itu, mereka akan berusaha mencari alat bukti untuk membuktikan siapa sebenarnya dibalik penyerangan di Lapas Sleman itu. Penyarian fakta yang membutuhkan waktu membuat Denny meminta masyarakat untuk bersabar.
     
"Jangan khawatir, seluruh pimpinan lembaga tadi meyakinkan siapapun pelaakunya harus diungkap," tuturnya. Dia yakin, laboratorium forensik yang sedang memeriksa proyektil bakal memberi titik terang. (rdl/dim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penguni LP Cebongan Diberi Siraman Rohani

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler