jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Relawan Jokowi atau ReJO HM Darmizal MS mengatakan penangkapan dan penetapan dua orang tersangka atas kasus penyiraman air keras yang dialami penyidik senior KPK Novel Baswedan di akhir tahun 2019 menjadi kado terindah penghujung tahun ini dari Kapolri Jenderal Idham Aziz.
Penangkapan kedua orang itu, kata Darmizal, bukti nyata bahwa hukum dan kebenaran harus tegak walau langit akan runtuh sekaligus pembuktian jika Presiden Jokowi tidak melakukan intervensi hukum pada siapapun.
BACA JUGA: Aktivis Milenial Desak Kejagung Tangkap Novel Baswedan, Nih Alasannya
“Tertangkapnya 2 terduga tersangka kasus penyiraman Novel Baswedan menjadi kado terindah presiden Jokowi dan Kapolri bagi bangsa Indonesia di penghujung tahun 2019 ini. Jadi, komitmen Presiden Jokowi untuk penegakan hukum jangan diragukan,” kata Darmizal dalam acara Refleksi Akhir Tahun ReJO, Selasa (31/12/2019).
Di sisi lain, Darmizal juga menyoroti soal kepemimpinan Firli Bahuri di KPK. Dirinya menyebut, Komjen Firli bersama timnya di KPK adalah sosok mumpuni yang tepat memimpin lembaga antirasuah itu 3 tahun ke depan.
BACA JUGA: Penyerang Novel Baswedan tak Mirip di Sketsa, Mahfud MD: Buka Saja di Pengadilan
“Saya menilai Komjen Firli Bahuri merupakan sosok mumpuni yang tepat memimpin KPK kedepan. Apalagi, dikombinasi dengan Dewan Pengawas (Dewas) KPK yang baru saja dilantik berapa hari lalu oleh presiden Jokowi. Saya optimis, pimpinan KPK yang baru dengan UU yang baru pula, akan membuat KPK lehih bertaji dalam pemberantasan korupsi. Penegakan hukum yang baik dan kepastian hukum memotivasi pelaku ekonomi dalam percepatan pembangunan" tuturnya.
Alumni Universitas Gajah Mada ((UGM) Yogyakarta ini menambahkan, komentar tokoh Indonesia Corruption Watch (ICW) yang menuding Firli Cs di KPK adalah pimpinan KPK paling buruk sepanjang sejarah tidak mendasar. Bahkan ICW juga menilai bahwa, ini tahun kehancuran bagi KPK, yang benar-benar disponsori oleh Istana atau Presiden Jokowi dan anggota DPR periode 2014-2019 dan 2019-2024.
BACA JUGA: Prajurit Satban Koarmada II Mengikuti Penilaian Bulan Trisila TNI AL
"Saya rasa kurang cerdas lontaran kalimat demikian dan tidak selayaknya ICW menilai seperti itu. Kommentar itu terkesan sangat prematur, terburu-buru dan emosional," jelasnya.
Darmizal menjelaskan Firli Cs hendaknya diberikan waktu untuk bekerja terlebih dahulu. Menurut dia, jangan menilai kepemimpinan KPK sementara mereka belum bekerja.
"Pandangan dan penilaian ICW tersebut, menurut saya sudah melampaui kewajaran, baik dari aspek dugaan pelanggaran hukum maupun ketidaktaatan pada prinsip dan proses ilmiah. Berilah mereka waktu untuk bekerja," jelas Darmizal.
Darmizal meminta Firli Bahuri tidak perlu menghiraukan komentar ICW yang cenderung emosional tersebut. Firli Cs, lanjut Darmizal, harus fokus bekerja dalam pencegahan dan penindakan korupsi di Indonesia.
"Pak Firli berlarilah kencang untuk melakukan lompatan panjang. Jangan hiraukan mereka yang berteriak miring. Pepatah mengatakan, "anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Tunjukkan pada mereka jika dirimu mampu tidak seperti apa yang mereka tuduhkan dan buktikan diri dengan prestasi ," ungkapnya.
Darmizal menambahkan, jika ada lembaga yang merasa dilecehkan atas komentar ICW tersebut bisa menempuh jalur hukum.
"Silakan saja kalau DPR, KPK dan Istana mau menempuh upaya hukum. Toh, negara kita adalah negara hukum. Tidak ada yang kebal hukum dinegara ini. Semua sama dimata hukum," pungkas pria berdarah Minang ini.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich