Peparpenas IX: Prestasi dan Air Mata di Tengah Keterbatasan

Selasa, 12 November 2019 – 19:13 WIB
Atlet dan pelatih di Peparpenas IX. Foto: Kemenpora

jpnn.com, JAKARTA - Senyum kebahagiaan tak pernah lepas dari wajah atlet boccia, Fauzi Saputra usai bertanding. Sambil duduk di atas kursi roda, Fauzi bertepuk tangan dan melempar senyum ketika melewati kerumunan penonton.

Pelatihnya Ati Rosita yang mendorong kursi roda Fauzi ikut meneteskan air mata kebahagian atas torehan prestasi anak asuhnya itu. 

BACA JUGA: Menpora Akan Usulkan Pahlawan Olahraga jadi Pahlawan Nasional

“Boccia ini olahraga baru, tetapi kami beruntung, Fauzi Saputra (atlet pelajar disabilitas cabor boccia perwakilan Provinsi Banten) semangatnya tinggi. Kami bangga, medali ini adalah hasil kerja keras tim selama beberapa bulan belakangan," kata Ati Rosita atau yang biasa dipanggil Ceuceu, setelah upacara penghormatan pemenang cabang olahraga boccia diselenggarakan di Gelanggang Remaja Kecamatan Matraman, Senin (11/11) sore.

Fauzi mendapatkan medali perak pada gelaran Pekan Paralympic Pelajar Nasional (Peparpenas) IX di Jakarta.

Kondisi yang sama juga dialami atlet pelajar disabilitas cabor atletik asal Sumatera Utara, Robby Syahrul Ramadhan yang mendapatkan medali emas 100 meter putra. Ia menangis setelah penyelenggaraan upacara penghormatan pemenang dilaksanakan.

BACA JUGA: Menpora Bangga Terhadap Perjuangan Timnas Indonesia U-19

“Medali ini saya kirimkan untuk almarhum bapak saya. Saya ingin bapak bangga sama saya," ucapnya sambil menangis.

Selain menyediakan wadah dan mengukur prestasi atlet-atlet pelajar disabilitas, Peparpenas yang selalu menjadi ajang rutin Kemenpora ini selalu memiliki cerita haru dan bahagia. Ketika pembukaan, Menpora Zainudin Amali menggendong atlet renang asal Riau, Latifah Fitri untuk menyulutkan api ke kaldron. Usai pembukaan pun Menpora terharu melihat semangat Latifah.

BACA JUGA: Kemenpora Minta Pelaku Dunia Usaha Dukung Perkembangan eSports

"Saya terharu melihat semangat mereka (atlet disabilitas). Semangat mereka luar biasa. Itu yang membuat saya bersama teman-teman dari Kemenpora terharu," ucapnya.

Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Raden Isnanta menyampaikan mendapati diri sendiri adalah seorang disabilitas yang memiliki kekurangan fisik dan mau menerima keadaan itu adalah sesuatu yang hebat. "Lebih lebih lagi dengan munculnya kemauan untuk menggali potensi diri yang membuat diri sendiri harus melawan kekurangan yang dimiliki," katanya.

"Memiliki kekurangan fisik sebenarnya bukan sesuatu hal yang harus disesali terus menerus. Pemerintah melalui Kemenpora memberikan wadah untuk aktualisasi diri melalui olahraga. Peparpenas adalah salah satu wadah yang akan mengantarkan pelajar disabilitas Indonesia menjadi atlet profesional di kemudian hari. Mungkin banyak hal lain yang bisa dilakukan dalam keterbatasan. Olahraga memberi pelajaran tentang nilai berjuang, memberi keluarga baru yang senasib sepenanggungan, serta juga memberi kesempatan untuk mengharumkan nama daerah/bangsa dengan prestasi olahraga," tambahnya.

Pekan Paralympic Pelajar Nasional IX berlangsung di Jakarta pada 6-13 November 2019. Adapun tema Peparpenas IX adalah “Wujudkan Kesetaraan, Tingkatkan Prestasi”. Cabang olahraga yang dipertandingkan pada tahun 2019 adalah boccia, renang, atletik, tenis meja, bulutangkis, dan catur. (*/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler