Perairan Morodemak Dijadikan Pengembangan Kawasan Berbasis Pengelolaan Hasil Sedimentasi Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 – 17:00 WIB
Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono dan Pj Gubernur Jawa Tengah saat Soft Launching Model Pengembangan Kawasan Berbasis Pemanfaatan Hasil Sedimentasi di Perairan Morodemak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Jumat (11/10). Foto Humas Pemprov Jateng.

jpnn.com - DEMAK –  Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah menjadikan perairan Morodemak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, sebagai pilot project pengembangan kawasan berbasis pengelolaan hasil sedimentasi laut secara berkelanjutan.

Proyek itu diluncurkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono bersama Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana di Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak, Kabupaten Demak, Jumat (11/10).

BACA JUGA: Akademisi Sebut PP 26/2023 Tentang Sedimentasi Melindungi Ekosistem Laut

"Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas langkah Pak Menteri Kelautan dan Perikanan yang mengambil suatu kebijakan yang mendukung pengelolaan sedimentasi secara terpadu," kata Nana di sela acara peluncuran.

Nana berpandangan keberhasilan pilot project ini akan memberikan solusi jangka panjang bagi masalah sedimentasi dan abrasi di Morodemak.

BACA JUGA: Tanggulangi Abrasi di Karawang, PHE ONWJ Gunakan Ban Bekas

Namun, lanjut dia, butuh kolaborasi dengan banyak pihak, baik dari pemerintah, swasta, akademisi, maupun masyarakat, untuk keberhasilan proyek ini. 

"Oleh karena itu, kami mengajak semua pemangku kepentingan untuk bersinergi dan berkolaborasi menyukseskan proyek ini,” ungkap Nana.

BACA JUGA: Pemprov Jateng Terima Subroto Award 2024 untuk Kategori Pengelola Air Tanah Terbaik

Menurut dia, proyek tersebut menjadi langkah besar dalam pengelolaan sumber daya laut. Sebab, kawasan Morodemak merupakan salah satu wilayah pesisir yang punya potensi besar dalam hal perekonomian masyarakat,

Namun, wilayah tersebut menghadapi tantangan lingkungan yang berat, di antaranya  masalah sedimentasi, sehingga berdampak pada kegiatan perikanan, kesejahteraan nelayan, dan ekosistem pesisir.

"Sedimentasi ini menghambat akses nelayan ke pelabuhan, memperpanjang waktu operasional, karena mereka (nelayan) harus memutar mengelilingi daripada sedimentasi tersebut, serta menambah biaya bahan bakar bagi para nelayan tersebut," ucapnya.

Selain itu, lanjut Nana, pantai utara Jawa juga dihadapkan pada masalah abrasi. Tingginya abrasi menyebabkan penurunan tanah dan rob, sehingga banyak masyarakat yang kehilangan lahannya.

“Semoga dengan adanya program rehabilitasi di Morodemak ini bisa mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat yang sebagian besar sebagai nelayan dan petambak,” ujar Nana.

Sementara itu, Sakti Wahyu Trenggono menuturkan, pilot project di Morodemak ini masih berskala kecil. Akan tetapi, meskipun dimulai dari yang kecil ini, ada harapan besar untuk memperbaiki ekosistemnya.

"Saya berharap dimulai yang kecil ini, dalam satu, dua atau tiga tahun yang akan datang, seratus hektare itu sudah tumbuh menjadi sebuah hutan mangrove yang bagus,” kata dia.

Wahyu berharap program rehabilitasi atau revitalisasi di kawasan Morodemak ini,  bisa bermanfaat untuk mendukung mata pencaharian masyarakat setempat, memperbaiki ekosistem lingkungan sekitar, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan laut dengan mengatur pengelolaan hasil sedimentasi. (jpnn)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : JPNN.com

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler