PALU – Pelaku perampokan yang ditangkap jajaran Polres Parimo, Sulawesi Tengah (Sulteng) beberapa waktu lalu merupakan kalangan perampok profesional. Terbukti, tidak lebih dari sebulan, kelompok rampok ini berhasil melakukan pencurian di lima tempat berbeda. Hal itu diungkapkan langsung Kapolres Parimo, AKBP Hondawan Naibaho, saat menghadirkan tersangka bersama barang bukti di hadapan sejumlah wartawan di Mapolda Sulteng, Senin (7/1).
Kapolres mengungkapkan, tidak sampai sebulan, kelompok ini berhasil melakukan aksi pencurian dengan kekerasan (Curas) di lima tempat berbeda di Kabupaten Parimo. Masing-masing di Tindaki pada 17 Desember, di Desa Masari 27 Desember, di Desa Pandaidi 29 Desember, dan Rumah Makan Dewi-Dewi 1 Januari, serta terakhir di Rumah Makan Sari Laut Desa Torue pada 4 Januari.
“Memang terbilang profesional. Sebab, satu tersangka sudah sering melakukan aksi perampokan di wilayah Sulsel. Pelaku ini juga yang menjadi perencana dan melakukan survey terhadap calon korbannya di Parimo,” terang Hondawan, didampingi Kabid Humas Polda Sulteng AKBP Soemarno, dan Wadir Reskrimum AKBP Dicky.
Satu pelaku berinisial H (30) diungkapkan Hondawan, merupakan otak aksi perampokan sekaligus yang mengajak para tersangka lain, masing-masing berinisial R (22), ZF (18), SP (23), CA (23), dan HU (30), serta A (30). H sendiri baru beberapa bulan bermukim di Parimo, dan difasilitasi oleh tersangka berinisial Z.
Selain tujuh pelaku, polisi juga masih mengejar 4 anggota kelompok rampok ini, yang telah masuk sebagai daftar pencarian orang (DPO) oleh petugas. “Kami masih mengejar empat anggota kelompok ini, yang juga turut serta melakukan perampokan di sejumlah tempat di wilayah Parimo,” ujarnya.
Dua warga Desa Balingara, turut diamankan petugas terkait kasus ini. Kedua warga itu diketahui pemilik gubuk tempat para pelaku bersembunyi, ketika diamankan pada Jumat pagi lalu (4/1). Keduanya diamankan, sebab mengetahui banyak tentang aksi yang dilakukan para pelaku, namun tidak melaporkan kepada pihak kepolisian.
“Warga berinisial A dan D itu, memang tidak terlibat langsung dalam perampokan, tapi mereka yang memberikan tempat bagi para pelaku bersembunyi,” jelas Hondawan.
Selain tersangka dan barang bukti, turut dihadirkan dua korban perampokan. Sandra pemilik Rumah Makan Sari Laut, yang menjadi korban dalam kasus ini menuturkan, pada Jumat dini hari sekitar pukul 02.00 wita, para pelaku masuk ke rumah sekaligus tempat usahanya, dengan cara mendobrak pintu belakang.
“Saya kaget ketika mendengar bunyi pintu seperti dibanting. Saya langsung keluar kamar. Ternyata di luar sudah ada para pelaku yang memegang parang dan linggis,” ungkap Sandra.
Para pelaku lanjut dia, juga sempat menganiaya dirinya dengan menendang dan memukul wajah korban hingga mengeluarkan darah. Sandra, kemudian disekap di kamar bersama karyawannya. “Saya sempat diancam akan dibunuh kalau tidak tunjukan tempat emas disimpan. Mereka akhirnya berhasil ambil uang saya yang disimpan di lemari dan perhiasan emas, bersama handphone dan PS,” kenangnya.
Tidak hanya Sandra, satu korban lainnya yakni Anita, pemilik rumah makan Dewi-Dewi juga menceritakan hal yang hampir sama. Para perampok beraksi di tempatnya pada Selasa 1 Januari lalu. “Saya dan suami juga diperlakukan kasar. Sebelum mengambil barang-barang, mereka juga sempat melakukan tindakan cabul terhadap karyawan saya. Saya sampai teriak-teriak minta mereka tidak melakukan itu,” kata Anita.
Hingga kini, petugas gabungan dari Polres Parimo dan Polda Sulteng masih terus melakukan pengembangan terkait kasus itu. Disinggung tentang keterlibatan kelompok ini, dengan aksi-aksi terorisme yang kerap ada kaitannya, kapolres Parimo mengatakan dari hasil pengembangan sementara belum ditemukan indikasi keterkaitan para pelaku dengan kelompok teror. “Untuk sementara mereka memang murni melakukan tindak pidana Curas,” tandasnya. (agg)
Kapolres mengungkapkan, tidak sampai sebulan, kelompok ini berhasil melakukan aksi pencurian dengan kekerasan (Curas) di lima tempat berbeda di Kabupaten Parimo. Masing-masing di Tindaki pada 17 Desember, di Desa Masari 27 Desember, di Desa Pandaidi 29 Desember, dan Rumah Makan Dewi-Dewi 1 Januari, serta terakhir di Rumah Makan Sari Laut Desa Torue pada 4 Januari.
“Memang terbilang profesional. Sebab, satu tersangka sudah sering melakukan aksi perampokan di wilayah Sulsel. Pelaku ini juga yang menjadi perencana dan melakukan survey terhadap calon korbannya di Parimo,” terang Hondawan, didampingi Kabid Humas Polda Sulteng AKBP Soemarno, dan Wadir Reskrimum AKBP Dicky.
Satu pelaku berinisial H (30) diungkapkan Hondawan, merupakan otak aksi perampokan sekaligus yang mengajak para tersangka lain, masing-masing berinisial R (22), ZF (18), SP (23), CA (23), dan HU (30), serta A (30). H sendiri baru beberapa bulan bermukim di Parimo, dan difasilitasi oleh tersangka berinisial Z.
Selain tujuh pelaku, polisi juga masih mengejar 4 anggota kelompok rampok ini, yang telah masuk sebagai daftar pencarian orang (DPO) oleh petugas. “Kami masih mengejar empat anggota kelompok ini, yang juga turut serta melakukan perampokan di sejumlah tempat di wilayah Parimo,” ujarnya.
Dua warga Desa Balingara, turut diamankan petugas terkait kasus ini. Kedua warga itu diketahui pemilik gubuk tempat para pelaku bersembunyi, ketika diamankan pada Jumat pagi lalu (4/1). Keduanya diamankan, sebab mengetahui banyak tentang aksi yang dilakukan para pelaku, namun tidak melaporkan kepada pihak kepolisian.
“Warga berinisial A dan D itu, memang tidak terlibat langsung dalam perampokan, tapi mereka yang memberikan tempat bagi para pelaku bersembunyi,” jelas Hondawan.
Selain tersangka dan barang bukti, turut dihadirkan dua korban perampokan. Sandra pemilik Rumah Makan Sari Laut, yang menjadi korban dalam kasus ini menuturkan, pada Jumat dini hari sekitar pukul 02.00 wita, para pelaku masuk ke rumah sekaligus tempat usahanya, dengan cara mendobrak pintu belakang.
“Saya kaget ketika mendengar bunyi pintu seperti dibanting. Saya langsung keluar kamar. Ternyata di luar sudah ada para pelaku yang memegang parang dan linggis,” ungkap Sandra.
Para pelaku lanjut dia, juga sempat menganiaya dirinya dengan menendang dan memukul wajah korban hingga mengeluarkan darah. Sandra, kemudian disekap di kamar bersama karyawannya. “Saya sempat diancam akan dibunuh kalau tidak tunjukan tempat emas disimpan. Mereka akhirnya berhasil ambil uang saya yang disimpan di lemari dan perhiasan emas, bersama handphone dan PS,” kenangnya.
Tidak hanya Sandra, satu korban lainnya yakni Anita, pemilik rumah makan Dewi-Dewi juga menceritakan hal yang hampir sama. Para perampok beraksi di tempatnya pada Selasa 1 Januari lalu. “Saya dan suami juga diperlakukan kasar. Sebelum mengambil barang-barang, mereka juga sempat melakukan tindakan cabul terhadap karyawan saya. Saya sampai teriak-teriak minta mereka tidak melakukan itu,” kata Anita.
Hingga kini, petugas gabungan dari Polres Parimo dan Polda Sulteng masih terus melakukan pengembangan terkait kasus itu. Disinggung tentang keterlibatan kelompok ini, dengan aksi-aksi terorisme yang kerap ada kaitannya, kapolres Parimo mengatakan dari hasil pengembangan sementara belum ditemukan indikasi keterkaitan para pelaku dengan kelompok teror. “Untuk sementara mereka memang murni melakukan tindak pidana Curas,” tandasnya. (agg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Melahirkan di Pesawat Merpati
Redaktur : Tim Redaksi