jpnn.com, JAKARTA - Generasi muda atau saat ini bisa disebut pemuda milenial menjadi penentu kemajuan pertanian di masa depan. Estafet petani selanjutnya adalah pada pundak generasi muda, mereka mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan pertanian.
“ini sebagai tindak lanjut dari arahan Bapak Presiden Joko Widodo dan Bapak Menteri Pertanian bahwa pada tahun 2019 ini pemerintah tengah fokus pada pengembangan sumber daya manusia. Karena itu, ke depan akan lebih ditingkatkan lagi untuk menciptakan SDM profesional melalui pendidikan dan pelatihan di sektor pertanian. Selain itu kemajuan teknologi dan era pertanian 4.0 menuntut kami untuk fokus pada penyiapan SDM yang siap bersaing dan menciptakan SDM profesional di sektor pertanian,” tutur Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Prof. Dr. Dedi Nursyamsi dalam keterangan yang diterima redaksi, Kamis (8/8).
BACA JUGA: Berhasil Kembangkan Beras Tarabas, Indonesia Nihil Impor Japonica
Dedi juga menyampaikan bahwa membangun pertanian memang amat penting. Terlebih di era revolusi industri yang ke-empat ini atau biasa disebut juga Industri 4.0. Revolusi industri ini ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomatis yang terintegrasi dengan jaringan internet. Sektor pertanian juga perlu beradaptasi dengan teknologi 4.0 untuk menjawab tantangan ke depan. Pasalnya, pertanian tak mungkin bisa mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah tanpa teknologi. Ini juga yang jadi gagasan Bapak Presiden Jokowi.
BACA JUGA: Kementan Siap Tumbuhkan Eksportir Milenial
BACA JUGA: Dorong Ekspor Mangga, Balitbangtan Rekomendasikan Teknologi Hot Water Treatment
Di era keterbukaan informasi pada pertanian 4.0, sistem informasi pertanian dan mekanisasi pertanian menjadi tools yang sangat strategis bagi institusi pendidikan di bawah Kementrian Pertanian yaitu Polbangtan dan PEPI dalam upaya menghasilkan lulusan yang adaptif terhadap teknologi, yang siap terjun ke dunia kerja dan wirausaha agribisnis, berorientasi ekspor serta menjadi agents of changes dalam pembangunan pertanian, utamanya penyebaran informasi pertanian bagi stakeholders dan modernisasi pertanian. Pengembangan sistem informasi pertanian (ICT, IoT, artificial intelligent) diperuntukkan bagi kepentingan penyebaran informasi baik secara internal maupun secara eksternal dengan maksud memberikan layanan terhadap informasi secara cepat, tepat, akurat dan kekinian yang dapat mendukung institusi dalam pengambilan keputusan.
Dekan Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc. menyampaikan bahwa pertanian itu sejatinya menyatukan antara darat, lautan, dan udara yang kegiatannya meliputi dari lahan hingga sampai ke meja makan, Itulah mengapa kita tidak bisa membatasi keilmuan kita melainkan perlu menjadikannya sebagai pendekatan transdisiplin. Intinya, pertanian 4.0, dibutuhkan keterhubungan dan keterpaduan bekerja sama yang terintegrasi sehingga nantinya pertanian 4.0 mampu menjadikan teknologi sebagai sarana yang memudahkan petani, bukan sekedar hiburan saja.
BACA JUGA: Kementan Komitmen Amankan Produksi Padi Saat Kemarau
“Pertanian 4.0 bercirikan pertanian yang aktifitas dan atau proses bisnisnya harus melibatkan teknologi informasi dan jaringan internet yang menghubungkan semua unit operasinya dengan berbagai instrumen (sensor, satelit, drone) dan peralatan (robot dan mesin) yang memungkinkan itu semua bekerja secara sinergis, cepat, akurat dan cerdas berdasarkan data dan informasi relevan terkini. SDM yang kita miliki harus paham akan hal tersebut, sehingga peran dari generasi muda atau generasi milenial ini yang menjadi penggerak pertanian 4.0, “ ungkap Kudang.
Gegap gempita pertanian 4.0 harus diiringi kesiapan sumber daya manusia dan perubahan paradigma berfikir untuk terus maju membangun sektor pertanian sebagai penggerak perokonomian rakyat, dan tulang punggung ekonomi masyarakat Indonesia. Diperlukan komitmen bersama dan kuat untuk menjaga predikat bahwa lembaga Pendidikan di Sektor pertanian sebagai pencipta sdm yang lulusannya sebagai lulusan yang siap menjadi tenaga kerja pertanian yang siap kerja (job seeker) maupun siap menjadi wirausaha pertanian (job creator), dan terjaga kualitas, kuantitas dan eksistensinya dalam rangka menyongsong era pertanian 4.0.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jurus Kementan Tingkatkan Kapasitas Produksi Petani Garut
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh