Perang Saat Lebaran

Senin, 18 Juni 2018 – 08:38 WIB
Dahlan Iskan.

jpnn.com - Tidak ada saling memaafkan. Perang dagang itu akhirnya: jadi. Antara kekuatan ekonomi nomor satu dunia dengan runner up-nya: Amerika Serikat Vs Tiongkok.

Pembicaraan antar-delegasi tingkat tinggi itu sia-sia. Yang di Beijing (dua kali) maupun Washington DC (dua kali). Konsesi-konsesi yang sudah disepakati tidak berlaku lagi.

BACA JUGA: Lebaran di Rumah Sakit

Trump juga tersandera politik dalam negerinya. Juga tersandera gertakannya sendiri.

Awalnya Trump menggertak dengan kerasnya. Kongres Amerika mendukungnya. Terutama fraksi partainya sendiri.

BACA JUGA: Tiada Maaf Bagi TrumpKim

Belakangan Trump sebenarnya melunak. Tapi Kongres terlanjur ikut keras. Trump dengan mudah bisa memerankan diri sebagai ‘lidah tak bertulang’.

Tapi Kongres tidak semudah itu. Mengapa?

BACA JUGA: Serunya Bukber di Kunming

November nanti ada pemilu: memilih separuh anggota kongres. Tinggal empat bulan lagi. Mencla-menclenya lidah bisa berbahaya.

Caleg-caleg dari Republik bisa kalah. Kongres bisa dikuasai Demokrat. Trump bisa lebih susah.

Maka putusan menaikkan tarif impor barang Tiongkok jadi diberlakukan. Menjadi 25 persen.

Serunya, Tiongkok membalas. Hanya beberapa jam setelah putusan Amerika diberlakukan.

Bahkan barang Amerika yang dikenakan tarif 25 persen tidak tanggung-tanggung: 600 jenis barang. Terutama produk pertanian, peternakan dan otomotif.

Perang benar-benar berlangsung. Perang dagang.

Kita akan amati dengan tegang. Ini bisa mengacaukan perdagangan dunia.

Kita lihat perkembangan besok! (***)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Trumpkim Summit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler