Perang Sosmed Pilpres, 27 Ribu Akun Robot Muncul

Sabtu, 21 Juni 2014 – 13:37 WIB
Direktur Indeks Digital Jimmi Kembaren memberikan penjelasan pada acara diskusi Perang Social Media di Jakarta, Sabtu (21/6). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Jelang Pilpres mendatang, ribuan akun palsu atau yang biasa disebut akun robot bermunculan di media sosial. Menurut Direktur Indeks Digital, Jimmi Kembaren dari hasil penelusuran pihaknya, jumlah akun-akun robot itu berbeda setiap hari. Paling banyak mencapai 27.164 dalam sehari.

"Pada tanggal 19 Juni kemarin jumlahnya sampai 27 ribu. 18 Juni mencapai 23.629," ujar Jimmi dalam diskusi 'Perang Media Sosial' di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, (21/6).

BACA JUGA: Dipotong Rp 9,62 Triliun, Kemen PU Sudah Amankan Proyek Strategis

Menurut Jimmi, akun-akun robot ini menulis berbagai tema yang berbeda. Ada yang mendukung capres-cawapres baik dari Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Maupun menjelek-jelekkan pasangan capres-cawapres tersebut.

Meski begitu Jimmi mengklaim, tidak bisa terlihat siapa pihak atau dari kubu mana yang menciptakan akun robot tersebut

BACA JUGA: Jokowi-JK Punya Tim Negative Campaign

Menurutnya akun robot ini biasanya bertujuan menggiring opini sehingga diliput oleh media massa konvensional dan mengincar pemilih baru. Pihak official seperti Twitter pun tidak dapat mengontrol menjamurnya akun-akun robot tersebut

Jimmi mengungkapkan sulit untuk mengenali akun palsu tersebut. Mengingat akun palsu juga memiliki tampilan layaknya akun asli. Kendati demikian, Jimmi mengaku, pihaknya memiliki sistem dan parameter yang dapat mengendus keberadaan akun robot tersebut.

BACA JUGA: Terapkan E-Money untuk Transaksi Napi di Penjara

”Kalau lihat langsung susah karena dia punya foto, punya follower, punya bio tapi yang paling gampang itu kalau dari mesin, kami tahu kapan dibuatnya akun itu kapan dibuatnya, (contohnya) kalau buatnya seminggu yang lalu tapi tweetnya sudah 2000 itu pasti robot,” imbuh Jimmi.

Jimmi menambahkan, fenomena akun - akun robot ini merupakan pembohongan publik lantaran mengarah kepada pembentukan opini. Untuk itu masyarakat atau pengguna sosmed diimbau jeli dalam melihat isu di sosmed.

”Makanya saya tekankan, masyarakatnya lebih pintar melihat, hanya by design karena kalau kita melarang agak susah,” tandas Jimmi.(flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dukungan Masyarakat untuk Jokowi-JK Lewat RMI Luar Biasa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler