jpnn.com, DAMASKUS - Selama perang Suriah berkecamuk, banyak orang terpaksa harus menunda impian mereka. Namun, bagi Samer al-Homsi, seorang kolektor satwa berusia 43 tahun, perang bukanlah alasan untuk berhenti menggapai impiannya membangun kebun binatang terbaik di wilayah tersebut.
Homsi mulai mengembangkan hobinya mengoleksi satwa liar sejak masih muda. Kecintaannya terhadap hewan mulai tumbuh saat dia memelihara kucing di rumahnya.
BACA JUGA: Perang Tak Halangi Pemuda Suriah Wujudkan Mimpi Jadi Pemain Biola Sukses
Melihat kucingnya tumbuh dan melahirkan bayi-bayi kucing yang mungil, Homsi mulai mengenal dunia hewan dan takjub akan cara kucingnya merawat bayi-bayi kucing tersebut.
Kemudian, dia ingin menggali lebih dalam lagi saat sang ayah menjadi pedagang yang sering bepergian dan membawa serta Homsi.
BACA JUGA: Waspada! Alumni Perang Suriah Menyebar di Seluruh Indonesia
Dia lalu membeli bayi satwa liar pertamanya dan memelihara bayi itu sebagai hewan peliharaan. Ini memulai langkah awalnya untuk menjadi kolektor dan pelatih satwa liar ternama di Suriah.
Samer al-Homsi (43), seorang kolektor satwa, berbincang dengan seekor harimau di kebun binatang pribadi miliknya di Jaramana, pinggiran Damaskus, ibu kota Suriah, pada 11 November 2019. (Xinhua/Ammar Safarjalani)
BACA JUGA: Bocah yang Wajahnya Hancur Akibat Perang di Suriah Kini Menetap di Australia
"Saya mulai berpikir untuk memelihara satwa liar di rumah saya, kemudian saya mendatangkan hewan-hewan lain dan berpartisipasi dalam banyak festival," ujarnya kepada Xinhua.
Setelah mendapatkan izin legal untuk mengelola sebuah kebun binatang di wilayah ibu kota Damaskus, al-Homsi memindahkan koleksi hewannya yang beragam ke sebuah lahan di dekat jalan menuju bandara. Namun, perang Suriah kemudian meletus. Banyak hewan miliknya mati dibunuh para pemberontak saat mereka menyerang area di sekitar bandara.
"Sebelum perang meletus, saya memiliki sebidang lahan di dekat jalan menuju bandara tempat saya melatih beberapa hewan, termasuk hewan-hewan liar serta jerapah dan citah hitam. Namun, selama perang, para pemberontak mencuri hewan-hewan saya dan membunuh mereka," ujarnya.
Melihat hewan-hewannya dibantai, hati Homsi pilu karena dia sangat menyayangi hewan-hewan tersebut. Namun, musibah ini tidak menghalangi langkah Homsi untuk mewujudkan impiannya.
Homsi berhasil menyelamatkan beberapa hewan miliknya dan memindahkan mereka ke lahan kecil milik keluarganya di Jaramana, kawasan pinggiran di sebelah timur Damaskus. Dia kemudian mendatangkan lebih banyak satwa ke lokasi tersebut.
Di tempat barunya, Homsi memiliki 35 jenis satwa, termasuk harimau, singa, beruang, gazel (sejenis antelop kecil), anjing, domba dan burung pemangsa langka.
Dia membeli pakan hewan dengan uangnya sendiri, yang biayanya mencapai sekitar USD 150 per hari, di samping pemeriksaan medis mereka.
Warga Suriah tersebut merawat hewan-hewan liar itu layaknya hewan piaraan, memberi mereka nama dan bahkan bermain bersama mereka di dalam kandang.
Homsi mengatakan kepada Xinhua bahwa hewan favoritnya adalah seekor singa betina berusia sembilan tahun bernama Shaima, yang langsung melompat dan memeluk Homsi saat pria tersebut masuk ke kandang dan bermain bersamanya. Ada pula singa jantan bernama Ashab, yang merupakan anak dari Shaima.
"Hewan mungkin tidak mengenali orang tua mereka namun mereka bisa merasakan cinta yang ada di sekitar mereka, dan itu membuat saya kagum," tutur al-Homsi.
Sejauh ini, hewan-hewan tersebut tinggal di tempat pribadi milik Homsi yang tidak dibuka untuk umum. Homsi kini sedang mengajukan permohonan untuk berinvestasi di Kebun Binatang Adawi Damaskus yang jumlah koleksi satwanya sangat sedikit akibat perang.
"Saya bercita-cita mendirikan kebun binatang terbaik di Suriah di mana saya bisa menunjukkan semua jenis satwa kepada masyarakat," tutur Homsi. (xinhua/antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek