Perasaan terasing dan kehidupan yang keras adalah hal biasa yang dialami para imigran. Itulah mengapa profesi perawat khusus, seperti yang digeluti Suzette Herft, sangat diperlukan.
Saya adalah seorang perawat kejiwaan. Saya telah bergelut dengan profesi ini selama 28 tahun. Belakangan ini, istilah 'perawat kejiwaan' telah digantikan dengan istilah yang lebih moderen, yakni 'perawat kesehaan mental'.
BACA JUGA: Balikpapan Ikut Ramaikan Pertandingan Final Footy Australia
Tapi saya lebih suka menyebut profesi ini 'perawat kejiwaan'. Asal-mula kata Yunani 'psyche' merujuk pada jiwa, pikiran, atau roh. Kekuatan tak nampak yang membawa kehidupan. Saya suka istilah itu. Ia membuat saya melihat seseorang dengan penyakit kejiwaan lebih dari sekedar orang dengan penyakit yang cuma bisa disembuhkan lewat obat-obatan atau dengan penanganan medis. Hal itu juga berjalan seiring dengan pemahaman saya tentang penyembuhan serta fokus sistem kesehatan mental pada pemulihan.
(Foto: Suzette Herft)
BACA JUGA: Acara Festival Indonesia Terbesar di Australia Kembali Digelar di Adelaide
Saya melihat 'penyembuhan' sebagai 'kebugaran', sebuah perjalanan menuju sehat. Sebuah penambal yang menyatukan integritas pikiran, tubuh dan jiwa. Saya melihat cita-cita saya sebagai perawat kejiwaan berhubungan dengan perjalanan spritual penyembuhan saya sendiri. Ia juga terhubung dengan cita-cita saya lainnya yakni menjadi penyanyi dari lagu-lagu yang membawa kesembuhan.
Saya besar di Sri Lanka dalam sebuah keluarga 6 anak. Saya adalah anak perempuan tertua. Keluarga saya tak mengalami kelaparan tapi menghadapi masalah keuangan yang pelik. Saya juga tersentuh oleh kerasnya hidup yang dialami orang-orang di sekitar saya. Saya melihat banyak pengemis di jalan, dan pengalaman ini begitu membekas di dalam diri saya. Saya memiliki pemahaman ynag terbatas soal penderitaan, tapi saya bisa melihatnya dan merasakannya di lingkungan sekitar. Saya juga mengalami kekerasan seksual semasa kecil dan itu menambah pengalaman penderitaan saya. Saya tak kenal siapa-siapa yang kelihatan sakit jiwa kala itu, tapi saya melihat bukti-bukti adanya orang yang bertahan dari penderitaan.
BACA JUGA: Beruang Kutub dari Queensland Dikirim ke Habitatnya
Ketika saya datang ke Australia pada tahun 1972, saya adalah satu-satunya yang berkulit cokelat dari 800 siswi. Pengalaman terasing, tak condong ke satu kelompok, mendapat perlakuan rasis, semakin membekas dan semakin sedikit kepercayaan diri yang saya miliki.
Suzette (kiri ujung) dengan keluarganya setelah tiba di Australia pada 1972 (Foto: Suzette Herft)
Ketika saya berusia 16 tahun, adik termuda saya tiba-tiba meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan kuman virus. Ia saat itu masih berusia 4 tahun. Saya seperti ibu kedua baginya, mengingat ia lahir setahun setelah kami tiba di Australia. Kondisi itu membuat keluarga saya berantakan. Ibu saya merasa hancur. ia mengurung diri di dalam kamar selama berbulan-bulan. Pad akhirnya, ia dimasukkan ke rumah sakit dengan diagnosa penyakit kejiwaan -pulmonary embolism atau tersumbatnya arteri paru. Saya suka menyebut kondisi ini sebagai dampak fisik dari patah hati. Artinya, dalam terminologi medis, penderitanya akan didiagnosa mengalami depresi berat. Aspek ini sempat hilang dari serangkaian perawatan ibu saya.
Saya telah melihat bagaimana diskoneksi dalam keluarga dan budaya bisa menciptakan isolasi dan membatasi akses dukungan bagi orang-orang yang membutuhkan.
Keluarga saya adalah salah satu contoh betapa sebagian besar waktu, kami ditinggalkan sendiri. Ketika saya mulai praktek sebagai perawat kejiwaan di tahun 1987, saya bekerja di Rumah Sakit Jiwa Footscray (kini ak beroperasi lagi). Ada begitu banyak orang Vietnam yang menunjukkan kondisi psikotik. Banyak dari mereka memiliki pengalaman traumatik dan hanya ada sedikit kesempatan untuk memahami budaya mereka atau dukungan yang tersedia bagi mereka saat itu.
Mereka takut bertanya kepada penerjemah karena saat itu jumlah penerjemah sangat terbatas dan orang tua kami percaya bahwa penerjemah ini akan bergosip tentang mereka di tengah komunitas Vietnam yang kecil dan menceritakan aib mereka.
Pemahaman mereka tentang penyakit adalah bahwa seseorang yang telah memberi kutukan atau 'ilmu hitam' pada mereka juga ditindak saat itu. Saya ingin mengatakan bahwa hal ini telah berubah. Sebagai anggota medis, saya diingatkan untuk menimbang aspek budaya dari seseorang yang kita rawat dan mencoba mengerti mengapa mereka mau mewakili pengobatan ini. Kami tak hanya mencoba menghilangkan penderitaan, tapi sekaligus tertantang untuk menyimak kisah ketangguhan dan harapan yang mereka punya.
Dalam video ini, Suzette menyanyikan 'Old Brown Suitcase' untuk menggambarkan keluarganya di Sri Lanka dan Australia (Foto: Suzette Herft)
Saya merasa penderitaan dan pengalaman terasing yang saya rasakan, mengarah pada panggilan hidup saya sebagai perawat kejiwaan. Saya merasa dipanggil 'si penyembuh luka'. Saya bisa memahami bagaimana rasanya tak memiliki siapa-siapa dan patah hati...sesuatu yang pasien saya tahu cukup dalam. Kesempatan untuk duduk dan berbicara soal luka mereka yang begitu dalam adalah salah satu anugerah bagi mereka. Hal ini juga mengajarkan saya soal ketangguhan dan harapan serta keinginan seseorang untuk hidup sebaik-baiknya dan lebih melihat diri mereka di luar diagnosa. Mereka mengajarkan saya tentang arti keberanian sesungguhnya...untuk hidup sebaik-baiknya di samping adanya kekurangan.
Orang dengan gangguan kesehatan mental dan fisik memiliki harapan hidup 15-25 tahun lebih pendek ketimbang rata-rata populasi. Ini menyedihkan.
Suzette dan teman-teman sekolahnya. (Foto: Suzette Herft)
Fokus di layanan kesehatan mental saat ini adalah pemulihan, yang terkait erat dengan ide penyembuhan sebagai sebuah perjalanan menuju kesehatan tubuh, pikiran dan jiwa. Kerangka Pemulihan Nasional milik Pemerintah Australia menekankan pada harapan dan keyakinan, keterhubungan dan identitas, serta arti dan tujuan, dan yang peling penting, pemberdayaan. Ini soal memberi ruang bagi warga untuk menyuarakan pengalaman penyembuhan yang mereka lalui.
Kami berhubungan dengan banyak orang dari berbagai bangsa dengan cerita penderitaan mereka masing-masing tapi juga terselip ketangguhan serta harapan, dan bahwa kisah seperti ini harus kita simpan selalu di dalam diri kita.
Suzette bekerja sebagai perawat kejiwaan di layanan kesehatan mental Melbourne. Ia juga penyanyi/penulis lagu profesional yang setiap minggu rutin tampil di Melbourne dan mengadakan kursus menyanyi serta sesi penulisan lagu. Lihat dan dengar musiknya di website pribadi Suzette.
Mental As… adalah kampanye yang dilakukan Australian Broadcasting Corporation sebagai bagian dari Pekan Kesehatan Mental di Australia. IJika anda merasa stres, atau butuh saran atau dukungan, anda sebaiknya berkonsultasi dengan profesional medis terdekat di kota anda. Jika anda berada di Australia, dukungan bisa disalurkan via Lifeline 13 11 14 dan SANE Australia 1800 18 SANE (7263) www.sane.org.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lima Cara Agar Anda Tidak Memenangkan Penghargaan Nobel