Perempuan Dominasi Asam Urat

Meski Dilindungi Estrogen

Senin, 11 Maret 2013 – 10:48 WIB
SURABAYA - Terdapat perbedaan mencolok pada pasien hiperurisemia alias asam urat. Berdasar data rekam medis RSU Haji, pada 2012 terjadi pergeseran jenis kelamin pasien yang menderita asam urat. Yakni, perempuan lebih mendominasi. Jumlahnya 622 di antara 845 pasien. Padahal, dua tahun sebelumnya pasien asam urat didominasi laki-laki.

Menurut spesialis penyakit dalam RSU Haji Surabaya dr Andy Purnomo SpPD, laki-laki memang lebih berisiko terjangkit asam urat. Hal tersebut berkaitan dengan tubuh perempuan yang dilindungi hormon estrogen. ''Kalau laki-laki kan yang dominan hormon testosteron, bukan estrogen. Estrogen bisa membantu membuang kadar asam urat dari tubuh,'' papar dokter yang juga berpraktik di RS Darmo Surabaya tersebut.

Berkaitan dengan data itu, menurut Andy, bisa jadi pasien perempuan lebih banyak yang melakukan deteksi dini. Sebab, kini banyak pemeriksaan-pemeriksaan kadar asam urat di tempat umum.

Misalnya, pemeriksaan kadar asam urat. Dengan hanya menunggu beberapa menit, seseorang akan mengetahui kadar asam uratnya normal atau tidak. Pada laki-laki, batas atas adalah 7 mg/dL, sedangkan untuk perempuan maksimal 5,7 mg/dL. ''Jadi, semakin banyak yang berobat karena mereka telah melakukan deteksi dini,'' ucapnya.

Di sisi lain, tidak sedikit pasien asam urat yang datang dalam kondisi komplikasi menjadi radang sendi. Pada keadaan ini, pasien datang dengan jari kaki yang membengkak, kemerahan, dan nyeri.

Andy memaparkan, asam urat terjadi karena adanya zat purin berlebih. Zat tersebut dihasilkan tubuh dan dibentuk dari luar. Dari dalam, ususlah yang secara otomatis memproduksi asam urat. Dari luar, penyebabnya adalah produksi berlebihan akan makanan yang mengandung asam urat. Misalnya, seafood, kerang, jeroan, daging yang diawetkan, dan asparagus. Terlalu banyak mengonsumsi makanan itu bisa membuat zat purin menumpuk di daerah sendi.

Dampaknya, penyakit tidak akan mengeluarkan gejala, kecuali pasien memeriksa kadar asam uratnya sendiri. Bahkan, sekitar 50 persen pasien asam urat disertai penyakit lain seperti diabetes, hipertensi, dan dislipidemia atau kolesterol tinggi. ''Kalau ada penyertanya seperti itu, bisa ditebak memang gaya hidup pencetusnya,'' paparnya.

Andy berharap agar masyarakat, khususnya yang kadar asam uratnya tidak normal, memodifikasi gaya hidup. Caranya, memakan dengan porsi cukup alias tidak berlebihan. (ina/c8/mik)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Balita Lebih Hapal Lagu Percintaan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler