Sophie Lewis lahir dengan sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser (MRKH). Penyakit langka itu mengakibatkan uterus atau rahim tidak mampu berkembang secara normal. Kasus sindrom MRKH terjadi pada satu di antara 5.000 perempuan di dunia.
Namun, berkat kemajuan pesat dalam dunia medis, saat ini namanya sudah masuk daftar tunggu pasien yang bakal menjalani transplantasi rahim. ”Saya divonis terkena sindrom MRKH pada usia 16 tahun,” terang Sophie kepada MailOnline. ”Semua temanku sudah haid, aku belum. Ibuku mulai mengkhawatirkan kondisiku dan membawaku ke dokter,” kisahnya.
Dokter lalu melakukan laparoskopi, sebuah tindakan operasi kecil untuk memastikan kondisi Sophie. ”Setelah menjalani tindakan medis tersebut, dokter memastikan bahwa saya terlahir tanpa rahim. Saat itu saya tidak mengerti apa artinya. Saya bahkan belum berpikir untuk memiliki anak,” paparnya.
Seiring waktu berjalan, Sophie mulai menyadari masalah yang dihadapinya. Ketika banyak teman sebayanya yang sudah memiliki momongan, perempuan yang bekerja pada agen penaksir kredit tersebut ingin menjadi seperti mereka. ”Sangat sulit untuk mengatasi masalah yang saya hadapi ini,” keluhnya.
Sophie dan kekasihnya, Tilden Lamb, 35, mulai berpikir tentang surrogacy atau program bayi tabung dan adopsi. Keduanya telah tiga tahun hidup bersama dan terus mencari jalan untuk memiliki buah hati. Tapi, mereka memilih mundur karena terganjal prosedur hukum. ”Ketika saya tahu tentang kemungkinan dilakukannya cangkok rahim, saya sangat bahagia. Perasaan senang yang luar biasa, memberikan harapan kepada saya,” ucapnya.
Tahun lalu tim dokter di Turki berhasil melakukan cangkok rahim pertama di dunia kepada seorang perempuan 22 tahun, Derya Sert. Awal pekan ini Rumah Sakit Akdeniz University di Antalya mengumumkan bahwa Derya tengah hamil enam minggu dan dokter sudah bisa mendengarkan detak jantung sang calon bayi dalam kandungan.
Prosedur yang sama sedang diupayakan di Swedia. Dua ibu telah mendonorkan rahim untuk putri-putri mereka. Dr Richard Smith, seorang konsultan ginekolog, memelopori program transplantasi rahim di Inggris. Dia mendirikan yayasan amal Womb Transplant UK yang bertujuan menggalang dana GBP 500 ribu (Rp 7,5 miliar). Uang tersebut akan digunakan untuk menjalankan proyek lima operasi pertama.
Seluruh rahim berasal dari donor multiorgan. Para perempuan yang akan menjadi pasien transplantasi itu harus menunggu setidaknya satu tahun untuk memastikan bahwa tubuhnya tidak menolak organ baru sebelum menjalani IVF (in vitro fertilisation). IVF adalah penyuburan sel telur oleh sperma di luar tubuh manusia.
Para pasien juga harus mengonsumsi immunosuppressant untuk memastikan sistem kekebalan mereka tidak menolak organ baru, yang rawan mengakibatkan infeksi.
Namun, keuntungan dari transplantasi rahim adalah Sophie bisa memiliki anak sebanyak yang diinginkannya. Juga, ketika sudah tidak diperlukan, rahim tersebut bisa diangkat.
Dr Smith menyatakan, tidak ada alasan kuat bahwa kehamilan yang sedang dijalani Derya akan mengalami kegagalan. ”Dia (Derya) memiliki rahim yang berfungsi normal dan akan melahirkan melalui operasi Caesar pada usia kehamilan 38 atau 39 minggu,” terangnya kepada Guardian. (DailyMail/Guardian/cak/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Inggris Diminta Tak Beri Ruang ke OPM
Redaktur : Tim Redaksi