Yang Huiyan, perempuan terkaya di Asia kehilangan lebih dari setengah kekayaannya selama setahun terakhir karena sektor properti Tiongkok diguncang krisis keuangan.
Pemegang saham mayoritas di raksasa properti Country Garden ini, kehilangan kekayaan lebih dari 52 persen menjadi AS$ 16,1 miliar (Rp 239 triliun), dari sebelumnya AS$ 33,9 miliar.
BACA JUGA: Dalam Dokumen yang Diajukan ke PBB, Indonesia Khawatirkan Soal Teknologi Kapal Selam Nuklir
Rabu kemarin, nilai kekayaan Huiyan mengalami pukulan besar ketika sahamnya di Country Garden yang terdaftar di bursa Hong Kong turun 15 persen setelah perusahaan itu mengumumkan penjualan saham baru untuk mendapatkan uang tunai.
Huiyan mewarisi kekayaan ketika ayahnya, pendiri Country Garden, Yang Guoqiang, melakukan transfer seluruh sahamnya kepadanya pada tahun 2005.
BACA JUGA: Azan Berkumandang di Kampus Monash University Saat Tempat Beribadah Minta Diperbaiki
Dia menjadi perempuan terkaya di Asia dua tahun kemudian, setelah penawaran umum perdana perusahaan pengembang ini di bursa saham Hong Kong.
Tapi status itu sekarang mendapatkan tantangan dari taipan bahan kimia, Fan Hongwei yang menjadi 'runner-up' dengan kekayaan bersih AS$ 16 miliar pada hari Kamis (28/07).
BACA JUGA: Harga Bahan Pangan di Australia Naik, Pengusaha Restoran Indonesia Khawatir Konsumen Lari
Sebelumnya Pemerintah Tiongkok memperketat utang berlebihan di sektor properti pada tahun 2020, menyebabkan pemain utama seperti Evergrande dan Sunac kesulitan untuk melakukan pembayaran.
Raksasa properti tersebut terpaksa melakukan negosiasi ulang dengan kreditur saat mereka nyaris jatuh bangkrut.
Konsumen properti di Tiongkok marah karena konstruksi rumah yang mereka beli mengalami keterlambatan serta penundaan. Para konsumen menghentikan pembayaran cicilan KPR untuk rumah yang mereka beli namun belum selesai.
Meskipun Country Garden relatif tidak terpengaruh oleh gejolak industri properti, namun para investor khawatir dengan pengumuman perusahaan yang berencana mengumpulkan lebih dari AS$ 490 juta melalui penjualan saham, sebagian untuk membayar utang.
"Hasil dari penjualan saham akan digunakan untuk membiayai kembali utang luar negeri yang ada, modal kerja umum dan untuk pembangunan di masa depan," kata Country Garden dalam keterangan kepada bursa saham Hong Kong.
Regulator perbankan Tiongkok telah mendesak lembaga pemberi pinjaman untuk mendukung sektor properti dan memenuhi "kebutuhan pembiayaan yang wajar" di tengah kekhawatiran krisis ini akan menular ke sektor keuangan.
Sektor properti diperkirakan menyumbang 18 hingga 30 persen dari PDB Tiongkok dan merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi negara itu.
Para analis memperingatkan bahwa industri ini telah terjebak dalam "lingkaran setan" yang semakin mengurangi kepercayaan konsumen, menyusul pertumbuhan terburuk sejak pandemi Covid-19.
AFP
Diproduksi oleh Farid Ibrahim untuk ABC Indonesia
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dituduh Antek Tiongkok, Mantan PM Malaysia Puji Lawatan Jokowi ke Beijing