Perguruan Tinggi Berharap Mendikbud Tidak Mengubah Prosedur Pengajuan Guru Besar

Rabu, 12 Februari 2020 – 07:06 WIB
Tiga guru besar diapit Rektor dan senat UT. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, TANGSEL - Universitas Terbuka (UT) kembali mengukuhkan tiga guru besarnya yakni Prof Dr Mohammad Imam Farisi MPd, Prof Dr Ginta Ginting SE MBA, dan Prof Dr Suciati MSc. Dengan pengukuhan ini UT kini memiliki 12 guru besar.

Rektor UT Prof Ojat Darojat mengatakan, pihaknya setiap tahunnya berupa menghasilkan 5-6 guru besar.

BACA JUGA: Kembangkan Mata Kuliah Nasional Metode Daring, AFEBI Gandeng UT

Ini dalam upaya meningkatkan pamor UT sebagai perguruan tinggi negeri (PTN) leader di bidang pembelajaran jarak jauh.

"Dengan makin banyaknya guru besar, posisi UT sebagai Cyber University akan semakin kuat," kata Prof Ojat usai upacara pengukuhan tiga guru besarnya di Kampus UT, Pondok Cabe, Tangsel, Selasa (11/2)

BACA JUGA: Rektor UT Kenalkan Pendidikan Jarak Jauh ke Para Pimred

Ketua Senat UT Prof Dr Hanif Nurcholis menambahkan, eksekutif terus didorong menyiapkan berbagai fasilitas bagi para dosen untuk meningkatkan kemampuannya. Yang dosen S2 didorong kuliah S3. Sedangkan S3 didorong untuk mengejar guru besar.

"Salah satu yang membuat perguruan tinggi dipercaya adalah punya guru besar. Bagaimana bisa dilirik mahasiswa kalau guru besar dan doktornya kurang makanya Senat UT selalu mendorong rektor untuk membuat terobosan agar makin banyak dosen yang kuliah lagi dan membuat jurnal ilmiah internasional bereputasi," beber Hanif.

BACA JUGA: Aturan Baru: 3 Syarat Guru Honorer Bisa Mendapat Gaji dari Dana BOS

Dia menyebutkan kebijakan Direktur Jenderal Sumber Daya Manusia Kemenristek Dikti Ali Gufron Mukti pada pemerintahan periode 2014-2019 sangat membantu perguruan tinggi dalam mencetak guru besar.

Pasalnya, proses pengurusan guru besar biasanya 5-6 tahun kini jadi dua bulan. Prosesnya dipercepat karena menggunakan sistem online.

Kebijakan ini dirasakan Prof Ginta yang meraih guru besarnya dalam waktu dua bulan. Menurut Ginta, program di era Dirjen SDID sangat baik karena bisa memangkas jalur birokrasi.

"Ini yang kami harapkan agar Mendikbud Nadiem Makarim tidak mengubah aturan tersebut. Sebab, aturan yang lalu sangat baik dalam mendorong jumlah guru besar dan doktoral," tandasnya.

Sebelum pengukuhan tiga guru besar UT ini menyampaikan orasi ilmiahnya. Prof Imam membawakan orasi berjudul Pemikiran Pendidikan IPS sebagai synthetic discipline.

Prof Ginta judul orasinya Shared Value Sense: Inovasi dalam Tanggung Jawab Sosial dan Solusi Kreatif Korporasi. Sedangkan Prof Suciati membawakan orasi Transformasi Digital sebagai Terobosan Teknologi Pendidikan.

Terkait program doktoral, Prof Ojat mengungkapkan, peminatnya sangat banyak. Tidak hanya di dalam negeri tetapi juga luar negeri. Saat ini ada 100 mahasiswa doktoral yang diterima dari pelamar lebih dari 150. 100 mahasiswa ini tersebar di UT Serang, Jember, Jakarta, dan Surabaya.

Ojat mengatakan, meski program doktoralnya online tetapi kualitas tetap terjaga. Itu sebabnya, meski peminat bejibun, UT membatasi calon mahasiswa doktoral yang diterima.

"Inikan program doktoral ya jadi tidak seperti S1. Makanya sebelum diterima ada berbagai persyaratan yang harus mereka penuhi. Jadi enggak sembarangan juga," ucapnya. (esy/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler