JAKARTA - Wakil Ketua Panitia Kerja (Panja) Revisi RUU Pemilu, Ganjar Pranowo mengungkapkan bahwa tata cara penghitungan suara hasil pemilu masih menjadi persoalan utama dalam pembahasan RUU Pemilu. Menurutnya, penggunaan teknologi informasi (TI) bukan isu hal prinsip, karena penghitungan suara pemilu lebih pada persoalan kepercayaan.
"Problem sebenarnya menurut saya bukan soal penghitungan suara melalui IT atau manual, tetapi masalah kepercayaan. Sistim apapun, IT atau manual masih ada yang tidak percaya," kata Ganjar Pranowo dalam diskusi dengan wartawan di gedung DPR, Senayan Jakarta, Rabu (1/2).
Selain Ganjar, diskusi yang mengambil tema "Revisi UU Pemilu: Penghitungan suara pemilu 2014 menggunakan IT atau Manual" itu juga menampilkan pembicara lainnya sepetti Wakil Sekjen PPP Bidang IT, Sigit Haryanto dan peneliti dari Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Very Juanedi.
Menurut Ganjar, sampai saat ini belum ada keputusan apakah penghitungan suara pemilu akan menggunakan IT atau secara manual. Opsi lainnya adalah menggunakan gabungan dari kedua metode tersebut. "Tapi kami belum ada keputusan apakah gunakan (IT) e-counting atau manual atau gabungan," tegas Ganjar.
Sementara Sigit mengatakan, berdasarkan pengalaman selama ini ternyata sistim IT yang digunakan KPU sangat mengecewakan. Sebab, muncul banyak kesalahan dalam pengihtungan suara.
Karenanya Sigit menganggap gabungan dari penghitungan manual dan digital bisa dilakukan. "Menurut kami, sistim IT dan manual bisa digabungkan," saran Sigit.
Sedangkan Very Junaedi menegaskan, semestinya penggunaan teknologi harus memudahkan persoalan. Kalaupun akhirnya penghitungan digital disepakati dalam UU Pemilu yang baru, hal itu harus diikuti dengan ketersediaan sumber daya manusianya.
Untuk itu, Very menyarankan agar sistem IT diterapkan terlebih dulu dalam sekala terbatas. "Kami usulkan sebaiknya digunakan di Pilkada dulu," kata Very. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cabut Pengawalan untuk Anggota DPR
Redaktur : Tim Redaksi