Dengan dibukanya perbatasan Australia, tidak semua warga di Australia kemudian bisa ke luar negeri. Siapa saja yang masih akan dibatasi untuk melakukannya?
Reuben, seorang bayi berusia enam bulan belum pernah bertemu dengan kakek neneknya, hal yang dialami ribuan bayi di Australia selama 18 bulan terakhir.
BACA JUGA: Taiwan Mengaku di Ambang Peperangan Melawan Tiongkok, Australia Diminta Turun Tangan
Ayahya, Hugh Lumb, berusia 26 tahun, mengatakan keluarganya berada dalam "keadaan sulit" karena keluarga istrinya tinggal di Amerika Serikat, sehingga kakek nenek Reuben tidak bisa melihat langsung perkembangan bayinya.
"Ini jadi waktu paling lama bagi istri saya tidak bertemu keluarganya," kata Hugh.
BACA JUGA: Lockdown Melbourne Pecahkan Rekor Dunia, Pemerintah Australia Klaim Wabah Mulai Reda
Ketika meninggalkan Amerika Serikat sebelum Reuben lahir, rencananya mereka kembali lagi ke Amerika Serikat untuk tinggal di sana.
Namun karena pandemi, Hugh dan istrinya memutuskan untuk sementara menetap di Darwin, Kawasan Australia Utara.
BACA JUGA: Museum dari Sampah Plastik di Gresik Ingatkan Masalah Lingkungan di Indonesia
Dengan rencana akan dibukanya kembali perbatasan internasional Australia setelah target vaksinasi terpenuhi, muncul harapan baru baginya.
"Saya senang dengan kemungkinan kami bisa segera terbang lagi, namun istri saya masih ragu. Dia bilang tidak mau terlalu percaya dulu."
Hari Jumat kemarin Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan perbatasan internasional akan dibuka di bulan November, tapi tanggal pastinya tergantung tingkat vaksinasi di berbagai negara bagian.
"Sudah waktunya memberikan kembali kehidupan kembali untuk warga Australia," kata PM Morrison.
Masih banyak ketidakpasian mengenai bagaimana perjalanan internasional dari Australia akan bisa dilakukan
Sebagai contoh, Hugh mengatakan keluarganya berharap kakek nenek Reuben akan bisa berkunjung ke Australia, kemudian mereka bersama-sama akan ke Amerika Serikat.
Namun menurut pengumuman yang dikeluarkan baru-baru ini hanya warga negara Australia dan mereka yang memiliki status warga permanen yang sudah mendapatkan vaksin penuh yang diperbolehkan pergi ke luar negeri dan kembali dengan hanya menjalani karantina di rumah, tidak lagi di hotel.
"Mereka sudah mempersiapkan uang untuk ke Australia, namun keuangan mereka juga tidaklah berlebihan," kata Hugh.
"Enam bulan pertama adalah masa-masa perkembangan bayi yang sangat mengesankan, jadi mereka sudah banyak kehilangan momen tersebut."
Berbagai masalah praktis lain yang kemungkinan akan harus dipertimbangkan bagi mereka yang mau melakukan perjalanan internasional dari Australia adalah lokasi untuk transit penerbangan, karena tidak semua negara "aman" atau menerima kedatangan untuk transit. Masalah 'stopover' dari Australia
Sebagai negara yang terletak relatif jauh dari benua seperti Eropa dan Amerika Serikat, maka penerbangan pesawat dari Australia kadang memerlukan transit atau 'stopover' sebelum sampai ke tujuan akhir.
Kebanyakan transit bagi perjalanan dari Australia adalah negara-negara di Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia dan Thailand atau di kota-kota di Timur Tengah, seperti Dubai dan Abu Dhabi.
Namun pengamat masalah penerbangan Neil Hansford mengatakan dia akan ragu-ragu untuk melakukan transit di beberapa negara tersebut.
Alasannya adalah kekhawatiran tertular COVID-19 di bandara internasional, tempat para penumpang internasional melakukan transit dari berbagai negara.
"Satu-satunya tempat transit dalam perjalanan ke Eropa yang saya percayai hanyalah Singapura," katanya.
Meski semua penumpang harus menjalani tes PCR sebelum diizinkan naik pesawat, Neil mengatakan dia masih tidak sepenuhnya percaya dengan proses tes PCR di berbagai negara. Tak akan banyak diskon tiket
Maskapai penerbangan Australia sudah mengumumkan beberapa perjalanan internasional yang dibuka namun tampaknya pada awal-awalnya jumlah kursi untuk penumpang masih akan sangat terbatas.
Saat ini maskapai Qantas hanya terbang tiga kali seminggu antara Sydney dan London atau Los Angeles, sementara rute penerbangan lain akan ditambah jika permintaan memang meningkat.
"Kami sudah menjual semua kursi penerbangan internasional untuk bulan Desember, dan melihat adanya permintaan tinggi untuk penerbangan dari dan ke London dan Los Angeles, jadi kami yakin akan banyak peminat bagi penerbangan di rute ini," kata CEO Qantas, Alan Joyce dalam pernyataannya minggu lalu.
Neil mengatakan kecil kemungkinan akan terjadi kenaikan harga tiket, meski permintaannya akan meningkat.
Namun sepertinya tidak banyak tawaran diskon yang diberikan oleh maskapai seperti saat sebelum pandemi.
"Yang bakal tidak ada lagi adalah harga tiket yang murah karena begitu banyaknya penerbangan yang tersedia untuk jalur Australia-Inggris, jalur yang dikenal dengan nama jalur Kangguru," kata Neil.
"Harga tiket tidak akan murah karena maskapai tidak memiliki banyak pesawat yang terbang." Masalah karantina di rumah
Dengan dibukanya perjalanan internasional, Pemerintah Australia juga mengubah ketentuan mengenai karantina bagi mereka yang datang, dengan mengganti ketentuan menjalani karantina 14 hari di hotel menjadi karantina selama 7 hari bagi warga negara atau 'permanent resident' yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh.
Ini berarti misalnya seorang warga asal Sydney yang sudah divaksinasi bisa tiba di bandara Kingsford Smith di Sydney, kemudian pulang ke rumah untuk menjalani isolasi mandiri selama sepekan.
Tapi bagaimana dengan mereka yang memiliki rumah yang jaraknya beberapa jam dari bandara?
Rincian mengenai bagaimana karantina akan dijalankan di berbagai negara bagian masih belum ada, meski ini menjadi masalah yang lebih harus diperhatikan.
Menurut Neil besar kemungkinan mereka yang datang dari luar Australia nantinya tidak akan bisa menggunakan transportasi publik, tapi harus menyewa mobil sendiri atau meminta keluarga untuk menjemput dari bandara, agar tidak melakukan kontak dengan warga lainnya.
Sementara itu mereka yang belum divaksinasi sama sekali masih harus melakukan karantina di hotel selama 14 hari. Pemegang visa sementara tidak dapat kemudahan
Sejauh ini ketentuan melakukan perjalanan internasional hanya diperuntukkan bagi warga negara Australia atau mereka yang berstatus 'permanent resident' (PR).
Oleh karena itu mereka yang masih menggunakan visa lainnya tidak diizinkan melakukan perjalanan.
Penghalang terbesar bagi mereka yang ingin bepergian tahun ini adalah lokasi di mana mereka tinggal di Australia, karena tiap negara bagian memiliki aturan masing-masing.
"Masalah utamanya adalah keputusan yang diambil itu selalu tidak berlaku universal di seluruh Australia," kata Neil.
Setelah pengumuman dari PM Morrison pekan lalu, Menteri Utama Australia Barat, Premier Mark McGowan mengatakan negara bagiannya dengan ibu kota Perth tidak akan dibuka sampai setidaknya tahun depan, meski tingkat vaksinasi sudah tercapai.
"Australia Barat akan membuka diri untuk perjalanan internasional pada waktunya," katanya.
Menteri Utama Tasmania Peter Gutwein berencana untuk membuka diri setelah warganya mencapai tingkat vaksinasi 90 persen, meski tidak menutup kemungkinan bagi warga Tasmania untuk terbang ke luar negeri.
"Namun aturannya adalah ketika mereka kembali ada aturan mengenai karantina yang harus mereka patuhi," katanya.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News
BACA ARTIKEL LAINNYA... Melbourne Menjadi Kota Paling Lama di Dunia Yang Mengalami Lockdown COVID-19