Perjuangan Brand Fesyen Lokal Asal Malang di Tengah Pandemi

Selasa, 26 Oktober 2021 – 17:41 WIB
Brand fesyen Kattoen bertahan di tengah pandemi. Foto: Kattoen

jpnn.com, JAKARTA - Pandemi yang melanda secara global sejak 2020, berdampak pada hampir seluruh lini bisnis termasuk clothing line.

Hal itu dirasakan pula oleh salah satu brand clothing line asal Kota Malang, Kattoen. Penjualan yang awalnya lebih banyak melalui website kemudian beralih ke marketplace.

BACA JUGA: Brand Fesyen Muslimah Ini Tonjolkan Gaya Vintage, Cocok untuk Acara Apa Pun

Rizky, owner Kattoen mengaku bersyukur bisnisnya masih dapat bertahan dengan mengandalkan penjualan kaus polos.

Dia mengamati setiap konsumen yang membeli produknya, kemudian menjadikannya sebagai peluang baru.

BACA JUGA: 4 Langkah Penting Membentuk Identitas Brand Fesyen

“Kebanyakan orang yang membeli produk kami itu karena untuk mengoleksi warna,” kata Rizky dalam keterangan tertulisnya, Selasa (26/10).

Menurut Rizky, pihaknya masih terus berinovasi dengan menghadirkan produk yang eksklusif.

BACA JUGA: Strategi Menjual Produk Fesyen Lokal di Tengah Pandemi

"Kami mengeluarkan series lima sampai sepuluh warna, tetapi cuma kami yang jual,” bebernya.

Kattoen memulai bisnisnya dengan tujuan agar orang lain bisa membuat brand dengan lebih mudah. Mereka memilih kaus polos sebagai produk utamanya.

Setelah hampir setahun berjalan akhirnya tercetuslah nama Kattoen. Nama itu kini sudah terdaftar di HAKI.

Kattoen memberanikan diri membuat event berskala kecil di Malang Town Square setelah bisnisnya berjalan dua tahun.

“Waktu awal 2015 sampai 2017, kami sudah kesulitan dari sisi penjualan. Kami baru bisa hidup kalau ikut event," kenang Rizky.

Di tengah kondisi yang semakin sulit, tepatnya pada November 2017, Kattoen mengalami kerugian hingga ratusan juta.

 

Rizky pun berusaha mencari solusi lantaran ada kewajiban yang tetap harus dipenuhi. Dia menguatkan diri dengan mencari cara untuk bangkit dari bangkrut di internet.

Dari situ dia melihat berbagai macam penawaran, salah satunya adalah internet marketing.

“Saya beranikan diri untuk belajar online. Saya cuma punya waktu belajar sebulan. Desember awal saya mulai belajar, 2018 langsung saya praktekkan,” tuturnya.

Belajar dari kegagalan sebelumnya, Kattoen menyadari bahwa sebagian besar konsumennya berasal dari luar Malang, mulai Singapura dan Malaysia. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler