JAKARTA - Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zainul Majdi menyatakan perlunya umat Islam di Indonesia menerapkan konsep dan pemahaman Islam yang moderat dengan menghargai semua umat beragama. Menurutnya, sikap moderat akan menghindarkan umat Islam dari konflik di internal umat Islam sendiri maupun dengan umat agama lain.
“Jika pemahaman Islam yang moderat atau lebih sering disebut moderasi Islam dipakai, gesekan maupun konflik tidak akan terjadi. Karena itu, konsep Islam yang moderat harus lebih kokoh menghujam di bumi Indonesia,” kata Zainul Majdi, di sela-sela pertemuan Multaqa Nasional II dan Seminar Internasional Tentang Moderasi Islam yang diselenggarakan alumni Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, di Jakarta, Sabtu (7/7).
Menurutnya, kokohnya pemahaman tentang Islam moderat akan berimbas pada perilaku umat yang menjunjung tinggi perbedaan dan toleransi. “Inilah yang dibutuhkan umat saat ini di tengah perubahan sosial yang terjadi,” ujarnya.
Selaku alumni dan panitia Multaqa Nasional II dan Seminar Internasional Tentang Moderasi Islam, Zainul mengungkapkan, hasil penelitian alumni Al Azhar yang tersebar di seluruh tanah air mengindikasikan bahwa pemahaman dan implementasi Islam yang kurang moderat menyebabkan munculnya benih-benih konflik. Karena itu, alumni Al Azhar menegaskan perlunya pemahaman dan implementasi lebih jauh mengenai moderasi Islam.
"Forum ini menjadi ajang silaturahim para alumni Al Azhar dan sharing tentang berbagai persoalan menyangkut pemahaman agama dan sumbangsih para alumni bagi kemajuan umat dan bangsa," tegasnya.
Padangan sama juga disampaikan Wakil Mufti Besar Mesir, Prof. Mohammad Anwar Salabi dan Wakil Rektor Universitas Al Azhar, Prof. Hasan Awad yang menegaskan perlunya moderasi Islam lebih diterapkan di Indonesia. Sebab, Indonesia memiliki keragaman suku, agama dan ras.
Dubes Mesir untuk Indonesia, Ahmed El Kewaisny yang hadir dalam acara tersebut menyarankan ormas-ormas Islam di Indonesia agar menjauhi pola-pola kekerasan dan lebih menekankan pada sikap-sikap moderat.
Multaqa Nasional II dan Seminar Internasional Tentang Moderasi Islam diikuti 350 tokoh alumni Al-Azhar dari berbagai daerah di Indonesia dan utusan dari Universitas Al-Azhar Mesir itu dibuka Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali.
Dalam pidatonya, Menag menekankan pentingnya pemahaman dan implementasi moderasi Islam.
Dalam kaitan itu, dia mengungkapkan dua tantangan besar Islam Indonesia. Pertama adanya kelompok yang makin ekstrim dan menganggap dirinya paling benar sehingga seringkali menyalahkan pihak lain.
Kedua, kecenderungan umat Islam yang makin longgar dan makin tunduk pada budaya barat, sehingga nilai-nilai Islam terkubur. “Dalam konteks inilah pentingnya pembahasan sekaligus pemahaman dan praktik moderasi Islam agar posisi umat Islam tetap berada di tengah atau moderat. Di sini peran alumni Al Azhar yang dikenal sebagai garda terdepan pemahaman soal moderasi, bisa lebih banyak menyumbangkan dharma baktinya,” kata Suryadharma.
Menag juga menyinggung kelompok Islam liberal yang cenderung mengabaikan aturan dan hukum padahal tidak ada kebebasan yang tanpa aturan. “Saya sering disebut tokoh garis keras ketika berpendapat soal Ahmadiyah dan lain-lain. Padahal saya hanya ingin menempatkan sesuatu pada posisi yang benar,” ujarnya.
Dalam forum ini Menag juga menginformasikan akan adanya seminar internasional tentang Moderasi Islam yang digagas dan diselenggarakan para alumni Al Azhar di bawah pimpinan Quraish Shihab di Istana Negara, Senin (9/7) mendatang. Acara yang akan dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu juga akan menjadi forum “Presidensial Lecture”. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Johan Budi: Gedung KPK Ibarat Warnet
Redaktur : Tim Redaksi