Perkuat Daya Saing Anak Muda Lewat Youth Involvement Forum

Jumat, 24 November 2017 – 20:42 WIB
Direktur Eksekutif Indonesia Youth Forum Amizar Isma dalam Youth Involvement Forum di Banyuwangi, 24-27 November. Foto: Istimewa for JPNN

jpnn.com, BANYUWANGI - Perkembangan teknologi yang sangat pesat menuntut sumber daya manusia (SDM) menjadi sosok yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing.

Kemajuan teknologi pula yang saat ini melahirkan banyak cara baru untuk menyelesaikan pekerjaan di berbagai sektor.

BACA JUGA: Tahun Politik, PGRI Minta Kada tidak Manfaatkan Guru

Berdasarkan hasil penelitian Universitas Oxford, Inggris, teknologi memiliki peluang menggantikan pekerjaan sebesar 50 persen.

Hal itu akan berdampak pada lahirnya banyak pengangguran. Karena itu, harus ada paradigma baru di dunia pendidikan untuk beradaptasi dengan kebutuhan industri.

BACA JUGA: Pesta Kahiyang-Bobby Tunjukkan Indonesia Kaya Akan Budaya

Berbagai fakta itu yang membuat Indonesia Youth Forum menggelar Youth Involvement Forum di Banyuwangi, 24-27 November.

Acara itu merupakan salah satu usaha untuk memperkuat daya saing generasi muda Indonesia dalam rangka membangun jaringan dan mendorong revitalisasi pendidikan berbasis dunia usaha industri dan entrepreneurship.

BACA JUGA: Aksi Heroik Pria Tangkap Ular di KRL Bogor-Angke jadi Ramai

Direktur Eksekutif Indonesia Youth Forum Amizar Isma mengatakan, Youth Involvement Forum ini terinspirasi dari kegelisahan mengenai kenaikan indeks daya saing global (the global competitiveness index).

Adanya peningkatan ranking dari 41 pada 2016 menjadi 36 setahun berselang tak berbanding lurus dengan tren peningkatan penyerapan tenaga kerja, khususnya alumni sekolah menengah kejuruan (SMK).

Hal ini diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan tren peningkatan pengangguran lulusan SMK per Februari pada 2015-2017.

“Kondisi ini menunjukkan adanya indikasi minimnya penyerapan tenaga kerja karena gap kompetensi tenaga kerja dengan kebutuhan industri,” kata Amizar, Jumat (24/11).

Dia menambahkan, kondisi itu menuntut SDM yang inovatif, kreatif, dan berdaya saing di semua sektor.

Caranya dengan membangun kesadaran dan tanggung jawab link and match di berbagai sektor.

Hal itu bertujuan supaya SDM yang lahir dari institusi pendidikan bisa sejalan dengan kebutuhan pasar usaha dan industri.

Menurut Amizar, politicall will pemerintah sebenarnya sudah ada dengan keluarnya Inpres nomor 9 tahun 2016 tentang revitalisasi SMK dan rangka peningkatan kualitas dan SDM Indonesia.

Akan tetapi, implementasi masih lambat. Bahkan, keberadaan inpres tersebut belum diketahui oleh banyak instansi teknis.

“Youth Involvement Forum hadir untuk menjembatani itu. Mewujudkan partisipasi aktif generasi muda dan stakeholder dalam gerakan ini. Kegiatan ini diikuti oleh guru produktif SMK, usahawan muda, pegiat pendidikan vokasi, mahasiswa dalam dan luar negeri,” tegas Amizar. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nasdem Puji Malaysia Karena Mengakui Kehebatan Indonesia


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler