jpnn.com, JAKARTA - Nilai mata uang rupiah sudah menembus level Rp 15 ribu dan indeks bursa saham sulit bertahan di level 6.000.
Menurut ekonom Yanuar Rizky, ada dua faktor penyebab rupiah tembus Rp 15 ribu, yaitu teknikal pasar keuangan dan fundamental ekonomi.
BACA JUGA: Rupiah Anjlok, Piaggio Masih Bertahan dengan Harga Lama
"Fundamental Ekonomi, postur neraca perdagangan kita kan memang rapuh, cenderung defisit. Tapi, itu tertutupi kalau uang beredar di pasar keuangan dalam posisi inflow, sehingga kurs rupiah kuat dan sisi daya beli impor juga bagus. Tapi, kalau teknikal uang beredarnya dalam posisi outflow, ya penyakitnya muncul," ujar Yanuar.
Kondisi rupiah dan IHSG mungkin sifatnya fluktuatif dan bisa bersifat jangka pendek. Namun, jika ditilik ke belakang, nyatanya rupiah terus tergerus (Januari-September 2018). Begitu juga dengan IHSG, yang sulit duduk manis di atas level 6.000. Linier dengan hal tersebut, cadangan devisa pun semakin terkuras.
BACA JUGA: Nyaris Rp 15.200 per USD, Bu Ani Sebut Faktor Eksternal
Jika dibiarkan terlalu lama, imbasnya psikologi market juga tertekan dan akan mempertanyakan kemampuan para pemangku kebijakan ekonomi dalam mengatasi tekanan yang bertubi-tubi. Bahkan bisa mengungkit isu reshuffle kabinet tim ekonomi yang sempat santer di akhir 2017.
Dalam hal ini, pejabat fiskal dan moneter yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, berduet dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
BACA JUGA: Dolar Tembus Rp15 Ribu, Jokowi Perlu Pertimbangkan Reshuffle
Saat ditanya, mengenai kemampuan tim ekonomi tersebut, Yanuar pun memberikan masukan.
"Harus ada terobosan mikro dalam kebijakan makro. Kalau kata saya, perlu orang yang mengerti dalam detail-detail, sehingga tidak retorika," tuturnya.
Dia lantas memberikan contoh, mantan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Ben Bernanke. Menurut Yanuar, Ben Bernanke merupakan seorang monetaris aliran makro, namun kebijakan Quantitative Easing (QE) adalah mikro inisiatif.
Sekadar diketahui, QE adalah salah satu instrumen moneter yang bisa dilakukan oleh bank sentral suatu negara. Tujuannya untuk meningkatkan jumlah uang beredar di pasar. Dalam hal ini, baik Darmin maupun Sri Mulyani adalah orang gaek dalam hal makro dan bisa memberikan rekomendasi kepada Bank Indonesia.
"Jadi, kritik saya di tim ekonomi ini perlu ada perubahan gaya bermain. Yang bisa menilai apakah perubahan gaya bermain bisa dilakukan ya Presidennya kan? Kan harusnya sebagai orang-orang dengan global network yang katanya 'Top' diujilah kemampuan diplomasinya. bantu presidennya," sindir Yanuar.(ylc/gob/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dolar Tembus Rp 15 ribu, Fadli Kritik Pertemuan IMF di Bali
Redaktur & Reporter : Yessy