jpnn.com, NICE - Presiden Prancis Emmanuel Macron langsung bertolak ke Nice setelah mendengar tentang aksi teror keji yang menewaskan tiga orang di Gereja Notre Dame, Kamis (29/10) pagi waktu setempat.
Seperti diketahui, seorang pria menghabisi tiga jemaat gereja dan melukai beberapa lainnya dengan pisau.
BACA JUGA: Pascateror Berdarah di Gereja, PM Prancis Tetapkan Status Keamanan Level Tertinggi
Laporan polisi menyebutkan bahwa salah satu korban tewas, seorang perempuan berusia 70 tahun, telah dipenggal oleh pelaku.
Sedangkan korban lainnya, pria berusia sekitar 50 tahun, digorok lehernya.
BACA JUGA: Kartun Nabi Bikin Panas, Konsulat Prancis Diserang Pria Berpisau
Pelaku yang hingga kini belum jelas identitasnya tersebut akhirnya dilumpuhkan petugas dengan tembakan dan kini berada di tahanan.
Meski tengah panen kecaman dari muslim dunia karena dianggap anti-Islam, Macron tanpa ragu mengaitkan pembunuhan sadis tersebut dengan agama Muhammad SAW.
BACA JUGA: Pagi Berdarah di Gereja Prancis, Jemaat Dipenggal, Banyak yang Terluka
"Sekali lagi, negara kita kembali diserang oleh teroris islamis," kata Macron kepada awak media usai mengunjungi tempat kejadian perkara.
Wali Kota Nice Christian Estrosi mengatakan bahwa pelaku tak henti-henti mengucap "Allahu Akbar", termasuk saat digelandang polisi dari lokasi.
Beberapa jam setelah serangan teror di Nice, polisi menembak mati seorang pria yang diduga mengancam pejalan kaki dengan pistol di Montfavet, Avignon, Prancis.
Media setempat melaporkan bahwa pelaku aksi ini juga terdengar mengucapkan kalimat takbir.
Masih di hari yang sama, seorang pria Arab Saudi ditahan kepolisian setempat setelah menusuk petugas keamanan kantor Konsulat Prancis di Jeddah.
"Sangat jelas, seluruh Prancis sedang diserang," ujar Macron.
Menurut presiden 42 tahun itu, Prancis jadi target aksi teror karena nilai-nilai yang dianutnya. "Karena kecintaan kita kepada kebebasan," lanjut dia.
Macron pun mengklaim bahwa ada pihak-pihak yang tidak senang lantaran Prancis menjamin kebebasan setiap orang untuk mempercayai apapun, tanpa perlu takut akan ancaman teror.
Seperti dalam pidato kontroversial yang menyulut kemarahan umat Islam dunia, pria yang menikahi guru SMA-nya tersebut dengan tegas mengatakan bahwa Prancis tidak akan menyerah kepada teror dan mengubah nilai-nilainya.
"Saya katakan ini sekali lagi. Kami tidak akan tunduk," pungkas Macron. (ant/BBC/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil