jpnn.com, JAKARTA - Hampir seluruh negara di dunia menutup sekolah selama pandemi. Diperkirakan sebanyak 1,6 miliar murid di seluruh dunia terdampak kebijakan penutupan sekolah.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) selaku Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20 (Chair of the G20 Education Working Group), Iwan Syahril menuturkan sejumlah negara di dunia memberlakukan kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan kualitas bervariasi dari satu negara ke negara lain.
BACA JUGA: Pakar COVID-19 Desak Agar Sekolah di Australia Mulai Pembelajaran Tatap Muka
Dia mengatakan pemulihan pendidikan global sangat penting dibahas untuk meraih tujuan pulih bersama.
Indonesia memimpin Presidensi G20 tahun 2022 dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengemban amanat pemulihan bersama.
BACA JUGA: Ganjar Tinjau Pembelajaran Tatap Muka dan Vaksinasi Anak di Kebumen
“Siswa di seluruh dunia menghadapi masalah akses mendapatkan pembelajaran dan resiko kehilangan pembelajaran atau learning loss. Ini yang harus disikapi bersama-sama,” tutur Iwan, Jumat (8/7).
Menurut Iwan, lewat pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah, murid-murid mendapatkan lingkungan belajar yang lebih baik.
BACA JUGA: Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah Lebih Memberi Kemudahan untuk Siswa dan Guru
Selain itu, berbagai studi menunjukkan bahwa pembelajaran tatap muka masih merupakan metode paling baik bagi para siswa maupun siswa.
Senada itu Chief of Education, United Nations Children’s Fund (UNICEF), Katheryn Bennett mengungkapkan bahwa pertemuan tatap muka antara guru dan murid, serta murid dengan teman-teman sekolahnya, tidak bisa tergantikan di negara mana pun.
Diakuinya, pembelajaran digital memang telah menolong masyarakat global lebih mudah mengakses pembelajaran. Namun, anak-anak belajar paling efektif kalau mereka duduk di kelas, berinteraksi dengan guru, dan bergaul dengan teman sekelas.
"PTM tidak ada gantinya. Ini pentingnya menjaga sekolah tetap buka. Mari kembalikan semua siswa ke sekolah,” tegas Katheryn.
Katheryn mengapresiasi upaya Indonesia yang telah memprioritaskan vaksinasi bagi guru dan tenaga pendidik, sehingga tercipta ruang aman bagi siswa untuk kembali ke sekolah.
Katheryn menilai, dampak buruk pandemi tidak hanya pada pembelajaran, tetapi juga kualitas hidup anak, terutama karena isolasi dan pembatasan sosial.
"Semua harus paham bahwa sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi tempat anak bersosialisasi dan mengembangkan kedewasaan emosional anak," ujar Katheryn.
Penelitian menunjukkan, lanjut Katheryn, makin lama anak-anak berada di luar sekolah, kian kecil juga kemungkinan mereka kembali ke sekolah.
“Semua memang belum ke luar dari pandemi, tetapi harus punya tindakan-tindakan pengamanan pemahaman yang lebih baik tentang virusnya, vaksin, dan lain sebagainya,” terangnya. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad