Mereka juga langsung menduduki klasemen sementara tim dengan koleksi waktu 14 jam 15 menit dan 23 detik
BACA JUGA: Rifat Sungkar Jajal Reli Amerika
Istimewanya, tim domestik Custom Cycling Club (CCC) Solo mengikuti di belakang dengan gap waktu 3 menit 51 detikTabriz benar-benar sukses
BACA JUGA: Cino Buru Gelar WBO Aspac
Sebab, tak hanya satu pembalap yang melejit ke papan atas klasemen umumHossain memimpin perolehan waktu jauh lebih sedikit dibandingkan lawan-lawannya
BACA JUGA: Genjot Sepeda tanpa Adu Cepat
Pembalap Indonesia yang memakai kostum Custom Cycling Club (CCC) Solo, Parno, menjadi pesaing terdekatnyaPria asal Purbalingga, Jawa Tengah, itu tertinggal 28 detikPeringkat ketiga kembali ditempati pembalap Tabriz, Amir Zargari, dengan perolehan waktu 9 jam 57 menit dan 36 detikMelonjaknya akumulasi waktu Hossain dituai setelah finis di urutan pertama dengan catatan waktu 4 jam 56 menit dan 58 detik untuk melahap lintasan sepanjang 187,7 km
Padahal, pada etape III, Hosain masih berada di urutan kelima klasemen umum. Begitu pula Amir ZargariPembalap termuda dalam skuad Tabriz itu finis bersama rombongan kedua 13 detik di belakang Hossain”Hasil ini kami peroleh berkat kerja sama tim,” ujar Hossain.
Kendati sukses merebut jaket kuning dari pembalap Australia, para wakil Iran itu merasa kesuksesan mereka tak komplet dalam hasil tersebutKok, bisa? ”Kami gagal mendapatkan predikat raja tanjakan,” ungkap Amir
Seharusnya, lanjut dia, salah satu pembalap Tabriz dapat menuai jaket polka dot yang kali pertama diperebutkan dalam turnamen berhadiah total USD 100 ribu tersebutSebab, mereka sudah memboyong para jago tanjakan untuk memperkuat tim tersebut, termasuk Ghader Mizbani Iranagh dan raja tanjakan edisi 2006 Mehdi Faridi GovisAmir hanya mampu sebagai runner-up pada perebutan predikat raja tanjakan etape III.
Bukan Tonton Susanto yang menjegal langkah para pembalap Tabriz ituJustru Parno yang berhasil menuai gelar tersebut untuk kali pertamaDengan kesuksesan itu, Parno diganjar USD 100 dan tambahan 9 poin”Saya masih lupa-lupa ingat dengan jalur tanjakan di Desa Karang Reja, PurbalinggaSaya kan lahir di PurbalinggaWaktu kecil, saya suka bermain-main di sana,” kenang ParnoMotivasi lain yang diusung Parno adalah ditunggu sang ayah, SunarjiSebenarnya, dia tak menyangka bisa menuai gelar tersebut
Lagi-lagi, rekan setim yang diproyeksikan merebut jaket itu terseok setelah mengalami kerusakan sepeda. Hendra Wijaya yang sesungguhnya diharapkan menuai jaket polka dot tersebutSayang, Hendra malah kelaparan 500 meter menjelang perebutan raja tanjakanParno berhasrat mempertahankan jaket polka dot ituMeski kemarin dia mengaku sangat kecapaian.
Nah, Tabriz juga berhasrat mempertahankan jaket kuning pada etape selanjutnya, terutama dua etape besok dan lusaMaklum, dua etape berikutnya didominasi rute tanjakanYa, hari ini tanjakan malah dimulai sejak start dengan jarak total 221 km yang sekaligus menjadi etape dengan rute terpanjangNamun, etape itu hanya akan mengulang rute kemarin (25/11) dengan jalur berlawanan. Rute tersebut bakal berlanjut ke Semarang melalui Batang”Besok (hari ini, Red) jalur akan sangat panjangMaka, kami tidak mau ngotot saat ini (kemarin),” tutur Amir.
Bad Hall tak mau ketinggalan. Dengan rute yang sebagian sudah dilewatinya, dia berharap dapat memperbaiki perolehan hari ini”Setelah lepas dari tanjakan, akan banyak jalan yang rutenya tidak terlalu menanjakMaka, itu yang akan saya manfaatkan,” tekad Brad Hall yang baru mengikuti TdI untuk kali pertama(vem/diq)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gelar Libama Tinggalkan Surabaya
Redaktur : Tim Redaksi