Stage pertama Lombok Audax 26 Januari mendatang langsung menyuguhkan tantangan luar biasa. Para peserta harus menaklukkan curamnya tanjakan di kawasan Pegunungan Pusuk. Surabaya Road Bike Community (SRBC) bersiap menghadapi tantangan itu dengan menjajal rute di ketinggian Trawas, Mojokerto.
UMAR WIRAHADI, Surabaya
MINGGU pagi (20/1) sebagian ruas jalan Kota Surabaya masih basah oleh guyuran hujan malam sebelumnya. Namun, cuaca pagi itu cukup cerah. Tepat pukul 05.30, sekelompok pesepeda beriringan membelah Jalan Ahmad Yani yang masih lengang. Mereka meluncur dalam formasi dua baris ke arah selatan. Di bagian paling depan, dua polisi dari Satlantas Polrestabes Surabaya sigap memberi pengawalan.
Rombongan yang mengenakan jersey dominan warna kuning itu adalah para cyclist SRBC. Start di depan RSAL dr Ramelan Surabaya, mereka mengayuh sepeda menuju kawasan perbukitan di Jati Jejer, Trawas. Sebuah kawasan dataran tinggi di Kabupaten Mojokerto yang memiliki banyak tanjakan curam. "Ini adalah salah satu persiapan kami sebelum bertempur di Lombok Audax," kata Ketua SRBC Teddy Moelijono kepada Jawa Pos sebelum start.
Dia menyatakan, mayoritas anggota SRBC sudah mengetahui bahwa Lombok Audax 2013 adalah event bersepeda jarak jauh yang cukup "mengerikan". Trek yang dilalui tak main-main. Peserta akan mengayuh sepeda 17 jam dengan panjang rute lebih dari 300 kilometer. Mereka bakal mengelilingi Pulau Lombok dari ujung ke ujung dengan rute yang komplet. Ada yang datar, menurun, berkelok, bahkan tanjakan yang sangat curam.
Untuk menghadapi tantangan itu, Teddy mengaku butuh mental, nyali, dan tentu saja persiapan matang. Menjajal Surabaya"Jati Jejer dengan panjang lintasan 112 km pulang pergi adalah pilihan yang cukup rasional sebagai persiapan. "Touring persiapan ini diikuti sekitar 30 orang," terang dia.
Dari Surabaya, rombongan melaju ke arah Mojokerto melalui Trosobo, Kabupaten Sidoarjo. Semula, iring-iringan itu melaju tanpa hambatan. Kecepatan rata-rata mereka 30"40 kilometer per jam. Namun, speed mulai berkurang saat memasuki kawasan Trawas yang penuh tanjakan.
Rombongan yang semula berbaris teratur sedikit demi sedikit mulai tercecer. Jarak antara satu anggota dan lainnya kian berjauhan. Sebab, kemampuan tiap-tiap anggota dalam menaklukkan tanjakan berbeda-beda.
Memasuki Desa Sukosari, sekitar 10 kilometer di garis finis, sebagian peserta mulai angkat tangan. Sebab, jalanan yang harus dilalui benar-benar mananjak tajam. Warga setempat memberi nama kawasan itu Jurang Waru. Beberapa peserta terpaksa turun dari sepeda. Tubuh mereka benar-benar bermandi peluh dengan napas ngos-ngosan. "Benar-benar rute yang tidak biasa," ungkap Fitri Heriyanto, salah seorang peserta, sambil menarik napas.
Kendati demikian, ada juga peserta yang nekat menaklukkan "siksaan" Jurang Waru dengan tetap mengayuh pedal. Salah satunya Candra Irawan. Dia akhirnya berhasil tiba di puncak dengan tetap berada di atas sepeda. "Rutenya sangat menantang. Siksaannya banyak, tapi sangat asyik," ujarnya.
Jawa Pos yang menyaksikan touring persiapan itu bisa mengukur beratnya medan yang ditempuh. Sepuluh kilometer terakhir, banyak tanjakan yang benar-benar "menyiksa" para cyclist. Bahkan, 4 di antara total 20 tanjakan yang dilalui memiliki gradien 15 persen.
Tepat pukul 08.40, para cyclist akhirnya sampai di garis finis dengan ketinggian mencapai 920 meter di atas permukaan laut (dpl). Tentu saja mereka tidak datang secara bersamaan. Bahkan, beberapa peserta yang tiba paling akhir berjalan sambil menuntun sepeda. Kor tawa langsung lepas dari para peserta yang tiba lebih dulu. "Canda-canda seperti ini biasa. Lumayan untuk menghilangkan lelah. Ini juga untuk saling memotivasi," ungkap Sekretaris SRBC Siswono Wardojo.
Tempat yang difungsikan sebagai titik finis adalah sebuah joglo yang biasa digunakan sebagai sekretariat Pramuka Ranting Trawas. Sambil bercanda ria, rombongan menikmati santapan ala kadarnya. Sekitar 30 menit berselang, petualangan dilanjutkan. Mereka menempuh jalan yang berbeda dari rute berangkat.
Saat perjalanan pulang itulah semua kelelahan terasa terbayar lunas. Anggota SRBC merasa seperti mendapat "bonus" yang berupa turunan panjang. Di kiri-kanan jalan juga terhampar bukit dengan pemandangan indah. Tak berlebihan jika touring itu juga dianggap sebagai rekreasi. "Kelelahan ini seperti terbayar oleh pemandangan yang hijau ini," ungkap Candra.
Meski demikian, rute balik itu tetap memiliki tantangan berupa bongkahan batu di kiri-kanan jalan. Bahkan, ada jalan menanjak yang menyebabkan rantai road bike Aris Utama, anggota SRBC, putus. Dia terlalu cepat menggenjot pedal sepeda saat mengoper gigi. Tetapi, no problem! Sebab, tim teknis SRBC dengan sigap memperbaiki dan kembali memasang rantai tersebut.
Perjalanan kembali dilanjutkan dengan menuruni kawasan Jolotundo, lalu Ngoro, terus ke Watukosek, Kejapanan, hingga Gempol. Peserta tiba di Graha Pena Surabaya sekitar pukul 11.30. Jarak Surabaya"Trawas mencapai 56 kilometer sehingga total jarak tempuh pergi-pulang (PP) 112 kilometer.
Teddy berharap trek Surabaya-Trawas yang dilalui bisa menjadi bekal dalam melahap medan Lombok Audax. Tak berlebihan, trek tersebut bisa menjadi gambaran tanjakan rute Lombok Audax yang akan dihadapi pada 25"27 Januari mendatang. Apalagi, kontur alam Trawas dianggap mirip dengan tanjakan Pusuk Pass di Pulau Lombok. "Tanjakan dan turunan di Trawas sedikit tidak bisa menjadi parameter saat menaiki Pusuk Pass," imbuhnya.
Sebagai gambaran, Pusuk Pass adalah salah satu trek dengan tanjakan yang sangat curam. Di sepanjang kiri jalan terdapat jurang yang dalam. Memang di pinggir terdapat pembatas jalan dari besi. Namun, ketinggiannya hanya sekitar 1 meter.
Di puncak kawasan itu para peserta bisa menikmati panorama alam yang indah. Memandang ke arah utara, akan terhampar perbukitan yang di ujungnya menyajikan view debur pantai.
Lokasi itu dekat dengan tiga gili eksotis di Pulau Lombok, yakni Gili Meno, Gili Air, dan Gili Trawangan. Hutan Pusuk merupakan bagian dari hutan Rinjani yang keasriannya dijaga. Sebagai hutan lindung, area itu dihuni aneka binatang yang dilindungi, terutama monyet. Mereka bebas berkeliaran tanpa harus merasa terancam oleh lalu lalang pengendara. Kontur alam di sana yang memikat juga mirip dengan kawasan Puncak di Bogor. Tak berlebihan, kawasan itu kerap menjadi tujuan utama wisatawan yang berkunjung ke Pulau Lombok.
SRBC sebenarnya sudah berkali-kali berlatih untuk menghadapi Lombok Audax. Setiap Minggu pagi mereka selalu gowes dengan menempuh beragam rute. Utamanya menjajal rute yang memiliki tanjakan curam dengan turunan yang menantang. Bahkan, beberapa anggota SRBC rutin gowes tiap hari.
Teddy menjelaskan, tak semua anggota SRBC turut ambil bagian dalam Lombok Audax. Yang ikut mencapai 20 orang. Pihaknya tak mau memaksa para anggota. Sebab, tiap-tiap anggota bisa mengukur diri sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Dia memastikan bahwa seluruh anggota SRBC yang ikut Lombox Audax adalah cyclist profesional. Mereka biasa mengikuti event yang termasuk kategori long distance cycling. Karena itu, dia optimistis mampu melahap rute Lombok Audax dengan tepat waktu. "Saya sangat yakin bisa menaklukkan tantangan di Lombox. Itu juga sudah menjadi tekad kami," ujarnya.
Candra, yang juga bendahara SRBC, mengaku beruntung karena bisa ambil bagian dalam Lombok Audax 2013. Selain diikuti pesepeda dalam negeri, event dengan moto start together, ride together, finish together itu menggaet banyak penggila sepeda dari luar negeri. Antara lain, Italia, Jerman, Malaysia, dan Singapura. Keuntungan dari mengikuti event itu pun banyak. Sudah pasti kemampuan bersepeda akan semakin terasah.
Bukan hanya urusan gowes, dia juga berharap pertemanan antarnegara sudah bisa terjalin akrab pada momen tersebut. Para peserta pun bisa memanfaatkannya sebagai ajang komunikasi bisnis. "Sudah terbayang, pasti sangat seru dan manfaatnya banyak," ungkapnya.
Kemarin pagi (21/1) segala kebutuhan anggota SRBC untuk mengikuti Lombok Audax sudah di-loading di depan Graha Pena Surabaya. Pada pukul 10.00 berbagai material panitia juga diangkut dengan truk ke Lombok. Untuk sementara, semua material akan disimpan di gedung Graha Pena, markas Lombok Post (Jawa Pos Group), sebelum diangkut ke Hotel Holiday Resort.
Sementara itu, peserta SRBC dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Lombok (BIL) Jumat mendatang (25/1) pada pukul 10.00 Wita. Dari sana, mereka akan merakit sepeda malamnya untuk persiapan gowes sejak pukul 04.00 keesokan harinya. (*)
UMAR WIRAHADI, Surabaya
MINGGU pagi (20/1) sebagian ruas jalan Kota Surabaya masih basah oleh guyuran hujan malam sebelumnya. Namun, cuaca pagi itu cukup cerah. Tepat pukul 05.30, sekelompok pesepeda beriringan membelah Jalan Ahmad Yani yang masih lengang. Mereka meluncur dalam formasi dua baris ke arah selatan. Di bagian paling depan, dua polisi dari Satlantas Polrestabes Surabaya sigap memberi pengawalan.
Rombongan yang mengenakan jersey dominan warna kuning itu adalah para cyclist SRBC. Start di depan RSAL dr Ramelan Surabaya, mereka mengayuh sepeda menuju kawasan perbukitan di Jati Jejer, Trawas. Sebuah kawasan dataran tinggi di Kabupaten Mojokerto yang memiliki banyak tanjakan curam. "Ini adalah salah satu persiapan kami sebelum bertempur di Lombok Audax," kata Ketua SRBC Teddy Moelijono kepada Jawa Pos sebelum start.
Dia menyatakan, mayoritas anggota SRBC sudah mengetahui bahwa Lombok Audax 2013 adalah event bersepeda jarak jauh yang cukup "mengerikan". Trek yang dilalui tak main-main. Peserta akan mengayuh sepeda 17 jam dengan panjang rute lebih dari 300 kilometer. Mereka bakal mengelilingi Pulau Lombok dari ujung ke ujung dengan rute yang komplet. Ada yang datar, menurun, berkelok, bahkan tanjakan yang sangat curam.
Untuk menghadapi tantangan itu, Teddy mengaku butuh mental, nyali, dan tentu saja persiapan matang. Menjajal Surabaya"Jati Jejer dengan panjang lintasan 112 km pulang pergi adalah pilihan yang cukup rasional sebagai persiapan. "Touring persiapan ini diikuti sekitar 30 orang," terang dia.
Dari Surabaya, rombongan melaju ke arah Mojokerto melalui Trosobo, Kabupaten Sidoarjo. Semula, iring-iringan itu melaju tanpa hambatan. Kecepatan rata-rata mereka 30"40 kilometer per jam. Namun, speed mulai berkurang saat memasuki kawasan Trawas yang penuh tanjakan.
Rombongan yang semula berbaris teratur sedikit demi sedikit mulai tercecer. Jarak antara satu anggota dan lainnya kian berjauhan. Sebab, kemampuan tiap-tiap anggota dalam menaklukkan tanjakan berbeda-beda.
Memasuki Desa Sukosari, sekitar 10 kilometer di garis finis, sebagian peserta mulai angkat tangan. Sebab, jalanan yang harus dilalui benar-benar mananjak tajam. Warga setempat memberi nama kawasan itu Jurang Waru. Beberapa peserta terpaksa turun dari sepeda. Tubuh mereka benar-benar bermandi peluh dengan napas ngos-ngosan. "Benar-benar rute yang tidak biasa," ungkap Fitri Heriyanto, salah seorang peserta, sambil menarik napas.
Kendati demikian, ada juga peserta yang nekat menaklukkan "siksaan" Jurang Waru dengan tetap mengayuh pedal. Salah satunya Candra Irawan. Dia akhirnya berhasil tiba di puncak dengan tetap berada di atas sepeda. "Rutenya sangat menantang. Siksaannya banyak, tapi sangat asyik," ujarnya.
Jawa Pos yang menyaksikan touring persiapan itu bisa mengukur beratnya medan yang ditempuh. Sepuluh kilometer terakhir, banyak tanjakan yang benar-benar "menyiksa" para cyclist. Bahkan, 4 di antara total 20 tanjakan yang dilalui memiliki gradien 15 persen.
Tepat pukul 08.40, para cyclist akhirnya sampai di garis finis dengan ketinggian mencapai 920 meter di atas permukaan laut (dpl). Tentu saja mereka tidak datang secara bersamaan. Bahkan, beberapa peserta yang tiba paling akhir berjalan sambil menuntun sepeda. Kor tawa langsung lepas dari para peserta yang tiba lebih dulu. "Canda-canda seperti ini biasa. Lumayan untuk menghilangkan lelah. Ini juga untuk saling memotivasi," ungkap Sekretaris SRBC Siswono Wardojo.
Tempat yang difungsikan sebagai titik finis adalah sebuah joglo yang biasa digunakan sebagai sekretariat Pramuka Ranting Trawas. Sambil bercanda ria, rombongan menikmati santapan ala kadarnya. Sekitar 30 menit berselang, petualangan dilanjutkan. Mereka menempuh jalan yang berbeda dari rute berangkat.
Saat perjalanan pulang itulah semua kelelahan terasa terbayar lunas. Anggota SRBC merasa seperti mendapat "bonus" yang berupa turunan panjang. Di kiri-kanan jalan juga terhampar bukit dengan pemandangan indah. Tak berlebihan jika touring itu juga dianggap sebagai rekreasi. "Kelelahan ini seperti terbayar oleh pemandangan yang hijau ini," ungkap Candra.
Meski demikian, rute balik itu tetap memiliki tantangan berupa bongkahan batu di kiri-kanan jalan. Bahkan, ada jalan menanjak yang menyebabkan rantai road bike Aris Utama, anggota SRBC, putus. Dia terlalu cepat menggenjot pedal sepeda saat mengoper gigi. Tetapi, no problem! Sebab, tim teknis SRBC dengan sigap memperbaiki dan kembali memasang rantai tersebut.
Perjalanan kembali dilanjutkan dengan menuruni kawasan Jolotundo, lalu Ngoro, terus ke Watukosek, Kejapanan, hingga Gempol. Peserta tiba di Graha Pena Surabaya sekitar pukul 11.30. Jarak Surabaya"Trawas mencapai 56 kilometer sehingga total jarak tempuh pergi-pulang (PP) 112 kilometer.
Teddy berharap trek Surabaya-Trawas yang dilalui bisa menjadi bekal dalam melahap medan Lombok Audax. Tak berlebihan, trek tersebut bisa menjadi gambaran tanjakan rute Lombok Audax yang akan dihadapi pada 25"27 Januari mendatang. Apalagi, kontur alam Trawas dianggap mirip dengan tanjakan Pusuk Pass di Pulau Lombok. "Tanjakan dan turunan di Trawas sedikit tidak bisa menjadi parameter saat menaiki Pusuk Pass," imbuhnya.
Sebagai gambaran, Pusuk Pass adalah salah satu trek dengan tanjakan yang sangat curam. Di sepanjang kiri jalan terdapat jurang yang dalam. Memang di pinggir terdapat pembatas jalan dari besi. Namun, ketinggiannya hanya sekitar 1 meter.
Di puncak kawasan itu para peserta bisa menikmati panorama alam yang indah. Memandang ke arah utara, akan terhampar perbukitan yang di ujungnya menyajikan view debur pantai.
Lokasi itu dekat dengan tiga gili eksotis di Pulau Lombok, yakni Gili Meno, Gili Air, dan Gili Trawangan. Hutan Pusuk merupakan bagian dari hutan Rinjani yang keasriannya dijaga. Sebagai hutan lindung, area itu dihuni aneka binatang yang dilindungi, terutama monyet. Mereka bebas berkeliaran tanpa harus merasa terancam oleh lalu lalang pengendara. Kontur alam di sana yang memikat juga mirip dengan kawasan Puncak di Bogor. Tak berlebihan, kawasan itu kerap menjadi tujuan utama wisatawan yang berkunjung ke Pulau Lombok.
SRBC sebenarnya sudah berkali-kali berlatih untuk menghadapi Lombok Audax. Setiap Minggu pagi mereka selalu gowes dengan menempuh beragam rute. Utamanya menjajal rute yang memiliki tanjakan curam dengan turunan yang menantang. Bahkan, beberapa anggota SRBC rutin gowes tiap hari.
Teddy menjelaskan, tak semua anggota SRBC turut ambil bagian dalam Lombok Audax. Yang ikut mencapai 20 orang. Pihaknya tak mau memaksa para anggota. Sebab, tiap-tiap anggota bisa mengukur diri sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Dia memastikan bahwa seluruh anggota SRBC yang ikut Lombox Audax adalah cyclist profesional. Mereka biasa mengikuti event yang termasuk kategori long distance cycling. Karena itu, dia optimistis mampu melahap rute Lombok Audax dengan tepat waktu. "Saya sangat yakin bisa menaklukkan tantangan di Lombox. Itu juga sudah menjadi tekad kami," ujarnya.
Candra, yang juga bendahara SRBC, mengaku beruntung karena bisa ambil bagian dalam Lombok Audax 2013. Selain diikuti pesepeda dalam negeri, event dengan moto start together, ride together, finish together itu menggaet banyak penggila sepeda dari luar negeri. Antara lain, Italia, Jerman, Malaysia, dan Singapura. Keuntungan dari mengikuti event itu pun banyak. Sudah pasti kemampuan bersepeda akan semakin terasah.
Bukan hanya urusan gowes, dia juga berharap pertemanan antarnegara sudah bisa terjalin akrab pada momen tersebut. Para peserta pun bisa memanfaatkannya sebagai ajang komunikasi bisnis. "Sudah terbayang, pasti sangat seru dan manfaatnya banyak," ungkapnya.
Kemarin pagi (21/1) segala kebutuhan anggota SRBC untuk mengikuti Lombok Audax sudah di-loading di depan Graha Pena Surabaya. Pada pukul 10.00 berbagai material panitia juga diangkut dengan truk ke Lombok. Untuk sementara, semua material akan disimpan di gedung Graha Pena, markas Lombok Post (Jawa Pos Group), sebelum diangkut ke Hotel Holiday Resort.
Sementara itu, peserta SRBC dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Lombok (BIL) Jumat mendatang (25/1) pada pukul 10.00 Wita. Dari sana, mereka akan merakit sepeda malamnya untuk persiapan gowes sejak pukul 04.00 keesokan harinya. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Incen, Bayi Nahas yang Dibuang di Gerobak Tambal Ban
Redaktur : Tim Redaksi