Dokumen BPK yang diperoleh di Jakarta, Kamis menyebutkan, sebelumnya Badan tersebut menemukan kehilangan potensi pendapatan minimal 139,1 juta dolar AS akibat keterlambatan proyek itu.
Namun, setelah dilakukan pembahasan dan penghitungan kembali bersama Pertamina, potensi kehilangan tersebut menjadi 43,6 juta dolar.
Sesuai dokumen tersebut, Pertamina juga berpendapat, temuan BPK bukanlah kehilangan potensi pendapatan, namun tertundanya potensi pendapatan bersih minimal USD 43,6 juta.
Dokumen BPK berjudul Risalah Pembahasan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Atas Kegiatan Investasi PT Pertamina (Persero) Direktorat Pengolahan tertanggal 15 Desember 2011 dan ditandatangani Saptono, sebagai Ketua Tim dari BPK, Vice President (VP) Refining Project, Mochamad Khamim, dan VP Refinery Internal Audit, Wahyu Widjajanto.
Dalam penjelasannya atas temuan BPK tersebut, Khamim mengatakan, perbaikan proyek selambat-lambatnya pada 16 April 2012.
Proyek pemanfaatan gas buang atau RCC Off Gas to Propylene Project (ROPP) di Kilang Balongan milik Pertamina tersebut dikerjakan konsorsium PT Rekayasa Industri (PT Rekind) dan Toyo Engineering Corporation dengan nilai kontrak USD 238 juta.
Sebelumnya, Juru Bicara Pertamina M Harun mengatakan, pihaknya akan mengenakan denda kepada konsorsium PT Rekind dan Toyo karena keterlambatan pengoperasian proyek tersebut. Perhitungan denda dikaitkan kehilangan pendapatan akibat keterlambatan pengoperasian proyek.
Namun, Rekind mengatakan, pihaknya selalu melaksanakan setiap proyek dengan profesional dan penuh integritas termasuk ROPP Balongan. "Proyek ROPP dibangun melalui tahap-tahap yang ada serta dikerjakan sesuai "scope" kerja yang telah disepakati dalam kontrak," kata Sekretaris Perusahaan Rekind Wilka Osca dalam rilisnya.
Rekind akan mengganti fasilitas operasional ROPP yang tidak berfungsi dengan optimal, menginstalasi serta memastikan agar fungsi operasional dalam fase komisioning berjalan dengan baik.
Proyek ROPP memanfaatkan gas buang yang dihasilkan unit pemisah katalis residu (residue catalytic cracking/RCC) dan sebelumnya hanya dibakar buat menunjang operasi kilang Balongan. Namun, melalui proyek ROPP, gas tersebut selanjutnya diolah kembali menjadi propilen yang bernilai jual tinggi.
Volume gas buang yang dihasilkan unit RCC di Kilang Balongan mencapai 513 ton per hari atau mengandung etilen sekitar 45.000-50.000 ton per tahun.
Produk etilen yang dihasilkan itu selanjutnya dicampur dengan butana yang ada di Mixed C4 untuk diolah menjadi propilen dengan kapasitas 179.000 metrik ton per tahun.
Sesuai kontrak yang ditandatangani pada Januari 2008, seharusnya proyek ROPP Balongan beroperasi secara komersial pada September 2010. Akan tetapi hingga kini proyek belum beroperasi.(lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Pilih Opsi Harga Premium Naik
Redaktur : Tim Redaksi