jpnn.com - JAKARTA – Rencana PT Pertamina (Persero) menandatangani production sharing contract (PSC) Block East Natuna pada September dibenarkan Kementerian ESDM. Malah, karena berbentuk penugasan kepada BUMN energi, pemerintah menyiapkan pola bagi hasil khusus. Namun, sampai sekarang, beberapa opsinya masih digodok.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Wiratmaja Puja menyatakan, pola penugasan sudah dipilih pemerintah. Jika dibutuhkan, Pertamina dipersilakan untuk mencari mitra dalam upaya pengembangan blok itu. ’’Harapannya, setelah PSC ditandatangani, dalam tiga tahun bisa berproduksi,’’ katanya kemarin.
BACA JUGA: Pasar Furnitur Premium Terdongkrak Apartemen
Sesuai rencana, produksi awal berfokus pada cadangan minyak lebih dulu. Sementara itu, cadangan gas yang diperkirakan mencapai 222 triliun kaki kubik digarap kemudian. Alasannya, kandungan karbondioksida di tempat tersebut mencapai 72 persen.
’’Gas masih menunggu TMR (technology market review). Jadi, pengembangannya menyesuaikan itu,’’ imbuhnya. Untuk PSC yang ditandatangani Pertamina, term and condition sudah dibuat fix, yaitu 30 tahun dan bisa diperpanjang 20 tahun. September menjadi waktu penandatanganan supaya segera berproduksi.
BACA JUGA: Tertekan The Fed, IHSG Berada di Zona Merah
Kapasitas minyak di Block East Natuna diprediksi mencapai 36 juta barel. Lantaran PSC yang ditandatangani nanti bersifat penugasan, Wirat menyatakan, ada insentif yang disiapkan supaya ekonomis. Namun, dia belum bersedia membeberkan insentif apa saja yang akan diberikan.
’’Karena itu PSC khusus yang berbentuk penugasan. Tidak melalui lelang,’’ tandasnya. Lebih lanjut Wirat menjelaskan, sampai saat ini, ada beberapa opsi yang perlu disiapkan. Opsi itu akan dilaporkan kepada Menteri ESDM untuk diputuskan mana yang terbaik bagi Pertamina.
BACA JUGA: BNI Syariah Hadirkan TapCash Edisi Khusus
Selain soal PSC, Wirat menjelaskan, rangkaian pengembangan migas di Block East Natuna adalah pembangunan kilang minyak mini. Rencananya, kapasitas terpasang 20 ribu barel per hari. Kapasitas itu sesuai dengan produksi minyak yang diperkirakan mencapai tujuh ribu–15 ribu bph.
’’Nanti dibangun di tengah laut di ujung Kepulauan Natuna. Minyaknya bisa dipakai warga sekitar dan bahan bakar kapal TNI,’’ ucapnya.
Sebelumnya, rencana untuk menandatangani PSC Block Natuna disampaikan SVP Upstream Strategic Planning and Operation Evaluation Pertamina Meidawati. Saat ini yang perlu didalami adalah soal term and condition. ’’Rencananya September. Kami sudah rapat dengan bagian legal Ditjen Migas,’’ katanya.
Selain dipastikan telah menggarap Block East Natuna, Pertamina mencari jalan untuk masuk ke negara-negara Afrika kaya minyak. Salah satu caranya adalah mengakuisisi perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Prancis, Maurel and Prom. Akuisisi EUR 201 juta itu membuat Pertamina memiliki share 24.53 persen.
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman menyatakan, Maurel and Prom memiliki posisi yang penting bagi Pertamina. Karena itu, sebenarnya, perusahaan bisa menyiapkan berapa pun anggaran untuk mendapatkan share. Dia menyatakan, saham perusahaan tersebut nanti dibiarkan tetap listed di bursa Perancis.
’’Kami ingin membuatnya tetap listed untuk akuisisi lanjutan. Sebab, Maurel and Prom juga bisa menjadi pintu masuk ke Gabon, Tanzania, atau negara afrika lainnya,’’ jelasnya. (dim/c5/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hari ini, Penerbangan Lion Air Pindah ke Terminal 1 Bandara Soetta
Redaktur : Tim Redaksi