Pertamina Gandeng Perusahaan Jepang & ITB Studi CCUS di Lapangan Gundih

Sabtu, 19 Juni 2021 – 10:22 WIB
PT Pertamina (Persero) menggandeng perusahaan Jepang dan ITB Studi CCUS di lapangan Gandih. Foto: Pertamina

jpnn.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) terus berkontribusi mendukung komitmen pemerintah menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29 persen untuk mendukungan target internasional yang mencapai 41 persen pada 2030.

CEO Subholding Power and New & Renewable Energy Pertamina Dannif Danusaputro menyatakan komitmen global tersebut tertuang dalam Paris Agreement pada Konferensi Perubahan Iklim (The Conference of Parties-COP 21), di Paris.

BACA JUGA: Mantap! Satgas RAFI 2021 Pertamina Sukses Layani Pasokan Energi Selama Ramadan dan Idulfitri

Menurutnya komitmen tersebut juga sejalan dengan penerapan prinsip Environment, Social and Governance (ESG) Pertamina. Hal ini kembali dipertegas dengan menggandeng Jepang Group yakni JANUS, JGC Corporation, J-Power, dan Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Kesepakatan Kerjasama Studi (Joint Study Agreement) untuk mengkaji penerapan Carbon Capture, Utilization and Storage and Enhanced Gas Recovery (CCUS/EGR) pada proyek lapangan Gundih di Cepu, Jawa Tengah.

Penandatanganan JSA tersebut dilakukan secara virtual oleh Dannif Danusaputro selaku Chief Executive Officer (CEO) Subholding Power and New & Renewable Energy Pertamina bersama Kazuhiko Chikamoto, Representative Director and President of JAPAN NUS Co., Ltd, Yutaka Yamazaki Representative Director, President of JGC Corporation, Sugiyama Hiroyasu Director & Executive Vice President of Electric Power Development Co., Ltd (J-POWER) dan Prof. Ir. I Gede Wenten, M.Sc., Ph.D. sebagai Wakil Rektor Bidang Research & Innovation ITB.

BACA JUGA: Fresh Graduate, Siap-siap Yuk! Pertamina Group Buka Lowongan BPS 2021 Nih

Dannif menilai kesepakatan tersebut menjadi tonggak dan salah satu inisiatif Pertamina untuk mengurangi emisi karbon dengan potensi pengurangan CO2 sebanyak 300 ribu ton CO2 per tahun dari total 3 juta ton CO2 selama 10 tahun.

"Sekaligus berpotensi berkontribusi pada peningkatan produksi gas," katanya.

Dia menyatakan CO2 ini akan tersimpan di subsurface formation dan memberikan benefit Enhance Gas Recovery. CO2 yang tersimpan akan dinyatakan sebagai carbon credit yang akan dishare antara pihak Pemerintah Indonesia dan Jepang

“Kami diamanatkan untuk melakukan transisi, dari Pertamina sebagai perusahaan Migas menjadi perusahaan energi, dimana kita akan meningkatkan portofolio dan bauran energi dari Energi Baru Terbarukan (EBT) serta pengurangan emisi CO2 untuk dekarbonisasi,”ujar Dannif.


Saat ini, Pertamina sedang menyusun Roadmap Dekarbonisasi untuk mendukung pengendalian perubahan iklim global dan CCUS tersebut dan akan menjadi salah satu inisiatif yang dapat berdampak pada pengurangan karbon secara signifikan. Kerja sama studi kelayakan akan berlangsung dari Juni 2021 hingga Februari 2022. Selanjutnya akan dilaksanakan FEED dan EPC pada 2022-2024 dan diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2026.

“Kami berinisiatif untuk ikut terlibat Joint Study ini. Semoga kita bisa segera masuk ke komersialisasi. Saya sangat mengapresiasi semua pihak dan saya berharap kita dapat bertemu setelah pandemi ini berakhir dan mewujudkan terobosan tersebut,” imbuhnya.

Representative Director and President of JAPAN NUS Co., Ltd, Kazuhiko Chikamoto menilai dekarbonisasi adalah keharusan bagi pemerintah dan swasta di seluruh dunia.

Pemerintah Jepang telah menetapkan target ambisius untuk pengurangan emisi CO2 sebesar 46 persen pada 2030.

"Sehingga dilakukan perubahan bersama untuk mewujudkan tujuan aspirasi tersebut," katanya.

Dalam konteks ini, lanjut Kazuhiko, CCUS di Lapangan Gundih bukan hanya proyek dekarbonisasi, tetapi juga model praktik terbaik proyek dekarbonisasi di kawasan Asia.

Menurutnya, itu merupakan model yang sangat inovatif yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam waktu dekat.

“Kami sangat mengapresiasi Pertamina yang memberikan kami peluang besar di lapangan Gundih baru. Kerja sama ini ialah langkah besar yang belum pernah terjadi sebelumnya, ”ungkap Kazuhiko Chikamoto. (jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler