jpnn.com, BAKU - PT Pertamina (Persero) mulai membuka peluang bisnis karbon dalam mengadaptasi semangat transisi energi untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060.
CEO Pertamina New and Renewable Energy John Anis dalam sesi panel di COP 29 Azerbaijan mengatakan Pertamina punya sejumlah strategi untuk pengembangan bisnis karbon.
BACA JUGA: SGN & PNRE Bakal Bangun Pabrik Bioetanol Pertama di Banyuwangi
John dalam paparannya potensi besar dari perdagangan karbon bagi perusahaan energi dan manfaatnya yang signifikan bagi lingkungan.
Indonesia memiliki potensi yang tidak kalah besar, salah satunya melalui solusi berbasis teknologi energi terbarukan serta proyek konservasi mangrove yang dilakukan Pertamina bekerja sama dengan mitra strategis.
BACA JUGA: Puncak Acara Pertamina Goes to Campus 2024 Segera Digelar di Unmul Samarinda
“Kami memiliki dua pendekatan utama dalam perdagangan karbon: yang pertama adalah solusi berbasis teknologi, seperti energi terbarukan yang telah kami kembangkan,"kata John.
Di sisi lain, lanjut John, ada solusi berbasis alam, di mana kami berkolaborasi dengan mitra strategis dalam berbagai proyek, seperti konservasi mangrove, yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk diformulasikan ke dalam bentuk kredit karbon.
BACA JUGA: Pertamina Tegaskan Komitmen Transisi Energi Berkelanjutan Lewat ZRF Initiative
Dengan permintaan yang terus meningkat dan proyeksi harga karbon yang semakin kompetitif di pasar global, termasuk Indonesia, John menekankan potensi perdagangan karbon di masa depan sangat menjanjikan.
"Pasar karbon di Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang, terutama ketika pemerintah mulai memperkenalkan mekanisme penyimpanan karbon secara lebih luas di tahun-tahun mendatang,” tambahnya.
PNRE juga menunjukkan komitmennya dalam mengurangi emisi domestik melalui berbagai inisiatif, seperti efisiensi energi di seluruh unit operasionalnya, eliminasi rutinitas zero flaring, dan penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture Utilization and Storage/CCUS).
"Ini bukan hanya tentang memenuhi target, tetapi bagaimana kami bisa menciptakan bisnis yang selaras dengan masa depan rendah emisi dan mendukung transisi energi yang berkelanjutan,"tegas John.
Dalam kolaborasinya dengan mitra internasional seperti ExxonMobil dan perusahaan Jepang, PNRE juga fokus pada pengembangan proyek penyimpanan CO2, dengan memanfaatkan reservoir minyak dan gas yang sudah tidak aktif di Indonesia.
Dia menjelaskan potensi penyimpanan karbon ini mencapai hingga 5 gigaton CO2, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi pengurangan emisi Indonesia di masa depan.
John juga menyoroti pentingnya kontribusi perusahaan dalam mendukung berbagai acara net zero melalui kompensasi kredit karbon dan mengadopsi sertifikasi net zero untuk kegiatan internal.
“Generasi muda sekarang semakin peduli dan ingin berkontribusi dalam pengelolaan risiko lingkungan. Langkah ini membuktikan bahwa Pertamina tidak hanya berfokus pada keberlanjutan bisnis, tetapi juga pada masa depan yang lebih hijau,” pungkasnya.
Dengan berbagai langkah tersebut, Pertamina menunjukkan posisinya sebagai pemimpin di industri energi yang berkomitmen pada bisnis berkelanjutan dan berperan aktif dalam upaya global mengurangi emisi karbon.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina. (mrk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hadiri COP 29 di Azerbaijan, Pertamina Tegaskan Komitmen Dukung Transisi Energi Nasional
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi