JAKARTA--Perusahaan migas PT Pertamina terus meningkatkan kinerja bisnis di sektor pelumas. Hal tersebut dibuktikan dengan penandatangan perjanjian kontrak pembelian dengan PT Pelayan Nasional Indonesia (Pelni). Dalam perjanjian tersebut, Pertamina bakal memasok pelumas bagi sepuluh armada Pelni dalam jangka waktu tiga tahun.
Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Hanung Budya mengatakan, kontrak tersebut hasil akuisisi konsumen yang melalui proses panjang. Pertamina sudah menawarkan kerja sama tersebut sejak 2000. "Sayangnya, sewaktu itu masih belum ada respon. Setelah ada mak comblang, pak Sahala (Menjabat salah satu deputi BUMN saat itu, Red) pada 2009, akhirnya prosesnya bisa maju hingga penandatangan," ujarnya di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (5/4).
Dalam perjanjian tersebut, pihaknya mengaku akan memasok 50 ribu-100 ribu liter untuk penggantian pelumas 10 kapal tersebut. Pasokan tersebut bernilai sekitar Rp 20 miliar. "Setelah itu, bakal ada topping up (penambahan oli untuk perawatan, Red) dengan total 30 ribu liter setiap bulan. Nilainya kalikan saja Rp 20 ribu. Sekita Rp 6 miliar," ungkapnya.
Sebagai gambaran, produksi pelumas pertamina telah mencapai 600 ribu KL (kilo liter) per tahun. Jumlah tersebut membuat Pertamina menjadi produsen pelumas tebesar di Indonesia. Sekaligus, market leader produk pelumas dengan 60 persen pasar domestic.
Hanung berharap, kerja sama tersebut bisa berkembang. Sehingga, Pelni bisa menggunakan produk pelumas kapal Pertamina pada semua armada. "Produk kami sudah terbukti. Sudah dipakai oleh perusahaan pelayaran besar seperti SPIL dan Meratus. Kapal tanker kami pun juga menggunakan pelumas Pertamina. Jadi, semoga kerja sama ini membuat Pelni percaya Pelumas pertamina lebih menguntungkan. Baik dari sisi biaya maupun teknis," terangnya.
Harapan tersebut turut didukung Direktur Utama PT Pelni Jussabella Sahea. Menurutnya, tak ada salahnya menggunakan pelumas pertamina pada semua armada Pelni. Hanya saja, proses pergantian oli kapal memang cukup rumit. "Untuk mengganti seluruh oli, harus menunggu habis masa hidup mesin. Jadi, untuk sementara, kami ganti 10 dulu. Kalau hasilnya bagus, pasti kami terapkan ke sisa 25 unit kapal kami," ungkapnya.
Namun, dia menuntut pihak pertamina untuk mengembangkan proses distribusi untuk pengisian. "Produknya jangan dikirim ke gudang kami. Kalau bisa, langsung ada di pelabuhan. Entah melalui mobil tangki atau kapal tongkang. Soalnya, rute kami kan berlabuh di 95 pelabuhan. Dan tak semua kapal home base (pusat pemberhentian, Red) di Jakarta," tambahnya. (bil)
Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Hanung Budya mengatakan, kontrak tersebut hasil akuisisi konsumen yang melalui proses panjang. Pertamina sudah menawarkan kerja sama tersebut sejak 2000. "Sayangnya, sewaktu itu masih belum ada respon. Setelah ada mak comblang, pak Sahala (Menjabat salah satu deputi BUMN saat itu, Red) pada 2009, akhirnya prosesnya bisa maju hingga penandatangan," ujarnya di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (5/4).
Dalam perjanjian tersebut, pihaknya mengaku akan memasok 50 ribu-100 ribu liter untuk penggantian pelumas 10 kapal tersebut. Pasokan tersebut bernilai sekitar Rp 20 miliar. "Setelah itu, bakal ada topping up (penambahan oli untuk perawatan, Red) dengan total 30 ribu liter setiap bulan. Nilainya kalikan saja Rp 20 ribu. Sekita Rp 6 miliar," ungkapnya.
Sebagai gambaran, produksi pelumas pertamina telah mencapai 600 ribu KL (kilo liter) per tahun. Jumlah tersebut membuat Pertamina menjadi produsen pelumas tebesar di Indonesia. Sekaligus, market leader produk pelumas dengan 60 persen pasar domestic.
Hanung berharap, kerja sama tersebut bisa berkembang. Sehingga, Pelni bisa menggunakan produk pelumas kapal Pertamina pada semua armada. "Produk kami sudah terbukti. Sudah dipakai oleh perusahaan pelayaran besar seperti SPIL dan Meratus. Kapal tanker kami pun juga menggunakan pelumas Pertamina. Jadi, semoga kerja sama ini membuat Pelni percaya Pelumas pertamina lebih menguntungkan. Baik dari sisi biaya maupun teknis," terangnya.
Harapan tersebut turut didukung Direktur Utama PT Pelni Jussabella Sahea. Menurutnya, tak ada salahnya menggunakan pelumas pertamina pada semua armada Pelni. Hanya saja, proses pergantian oli kapal memang cukup rumit. "Untuk mengganti seluruh oli, harus menunggu habis masa hidup mesin. Jadi, untuk sementara, kami ganti 10 dulu. Kalau hasilnya bagus, pasti kami terapkan ke sisa 25 unit kapal kami," ungkapnya.
Namun, dia menuntut pihak pertamina untuk mengembangkan proses distribusi untuk pengisian. "Produknya jangan dikirim ke gudang kami. Kalau bisa, langsung ada di pelabuhan. Entah melalui mobil tangki atau kapal tongkang. Soalnya, rute kami kan berlabuh di 95 pelabuhan. Dan tak semua kapal home base (pusat pemberhentian, Red) di Jakarta," tambahnya. (bil)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Garuda Gandeng Empat Korporasi
Redaktur : Tim Redaksi