jpnn.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) akan membangun terminal energi ramah lingkungan dan tercanggih di Indonesia yang dinamakan Jakarta Integrated Green Terminal.
Terminal ini nantinya akan lebih besar dan lebih modern dari integrated terminal bahan bakar minyak (TBBM) Plumpang.
BACA JUGA: Desa Energi Berdikari Pertamina Terus Bertambah, Kini di 52 Titik Lokasi Seluruh Indonesia
Jakarta Integrated Green Terminal nantinya tidak hanya akan menampung bahan bakar, seperti LPG, BBM, Gasoline, dan Biodiesel.
Namun juga dirancang untuk bisa menampung LNG, CPO, UCO (Used Cooking Oil), dan petrokimia.
BACA JUGA: Pertamina Hulu Energi Optimistis Menuju Perusahaan Kelas Dunia
Bahkan, Jakarta Integrated Green Terminal juga bisa untuk menampung hidrogen yang diperkirakan akan tumbuh permintaannya di 2030.
Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina A. Salyadi Saputra menyampaikan terminal ini nantinya akan mendukung ketahanan energi nasional, dan berada di kawasan Kalibaru, Jakarta Utara.
“Jakarta Integrated Green Terminal dirancang untuk menjadi terminal energi dengan standar operasional terbaik di kelasnya dengan penerapan teknologi terbaru dan skala fleksibilitas terbaik untuk memenuhi kebutuhan energi di area Jabodetabek,” kata Salyadi.
Salyadi mengatakan Pertamina memberikan mandat kepada PT Pertamina International Shipping (PIS) selaku Sub Holding Integrated Marine Logistics yang selama ini fokus mengelola terminal energi strategis untuk mengerjakan dan mengembangkan Jakarta Integrated Green Terminal.
CEO PIS Yoki Firnandi menambahkan persiapan pembangunan Jakarta Integrated Green Terminal telah berjalan, di mana studi awal pengembangan konsep terminal baru ini sudah selesai dilakukan.
Jakarta Integrated Green Terminal rencananya dibangun di kawasan yang dikembangkan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) di area Kalibaru, Jakarta Utara.
Lokasi yang berada di daerah tepi laut ini memiliki area seluas 64 hektare dan diproyeksi memiliki kapasitas penampungan hingga 6 juta barel.
Tahap berikutnya, PIS berkoordinasi dengan Pelindo akan mulai menyusun feasibility study untuk pembangunan Jakarta Integrated Green Terminal.
Pembangunan terminal direncanakan berdasarkan perhitungan kebutuhan energi nasional yang akan terus meningkat dan semakin bervariasi selama beberapa tahun mendatang.
Lokasi ini dinilai cukup strategis dan bisa menjadi pintu gerbang ekosistem perdagangan energi (energy trading) melalui koridor Singapura - Indonesia yang memiliki porsi 30-35 persen alur perdagangan global untuk minyak dan LNG.
“Terminal ini sekaligus pelopor yang memasukkan faktor ESG dan konsep karbon netral dalam pembangunan, mulai dari tahap konstruksi hingga operasional," terang Yoki Firnandi.
Dari sisi teknologi, lanjut Yoki Firnandi, terminal ini juga menerapkan sistem digital yang akan membuat pengelolaannya lebih modern dan efisien.
"Kami akan pasang teknologi terbaik agar terminal ini dioperasikan dengan standar terbaik, efisien, aman, andal, juga tentunya emisinya lebih rendah,” kata Yoki.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menyampaikan pembangunan Jakarta Integrated Green Terminal ini mendukung program pemerintah terkait pencapaian Net Zero Emission.
“Sebagai salah satu green terminal yang akan dibangun, Pertamina mengaplikasikan teknologi terbaru dengan sistem digital yang lebih modern dan efisien, serta mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan dan ramah lingkungan (ESG),” ujar Fadjar.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s).
Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi