Pertempuran 10 November, Bung Tomo Mundur ke Mojokerto

Jumat, 10 November 2017 – 15:03 WIB
Rumah bangunan lama di Mojokerto sempat dijadikan Bung Tomo sebagai markas semasa pertempuran 10 November 1945. Foto: Rizal Amrullah/Radar Mojokerto

jpnn.com - Sebagai daerah tetangga Surabaya, Mojokerto tidak bisa lepas dari peristiwa Pertempuran 10 November 1945 yang hingga saat ini dijadikan sebagai Hari Pahlawan.

Pertempuran 10 November 1945 merupakan peristiwa perang pertama kali antara pasukan Indonesia dangan pasukan asing setelah proklamasi kemerdekaan.

BACA JUGA: Ayo, Kenali Pahlawan agar Cinta Indonesia

Bahkan peristiwa tersebut merupakan pertempuran terbesar selama masa revolusi di Indonesia.

Sedikitnya, 6 ribu hingga 16 ribu pejuang Indonesia gugur dalam pertempuran yang berlangsung sekitar tiga pekan itu.

BACA JUGA: Sandiaga Uno Sebut Pahlawan Zaman Now Adalah..

Sementara, ratusan ribu warga sipil juga memilih keluar dari Kota Surabaya untuk mengungsi. Sebagian ke Mojokerto.

Sejarawan asal Mojokerto, Ayuhanafiq menceritakan, dalam pertempuran yang tidak seimbang itu, pasukan Indonesia kalah dan terpukul mundur.

BACA JUGA: Tabur Bunga di KRI Soeharso Penuh Keharuan

Situasi pun berubah ketika Kota Surabaya jatuh, dan semua komponen perjuangan pindah ke daerah luar Surabaya. ”Salah satu pilihan tempat pemindahan adalah Mojokerto,” ungkap Yuhan.

Salah satu pejuang yang cukup berpengaruh dalam peristiwa tersebut adalah Sutomo atau Bung Tomo.

Mengenai Bung Tomo, Yuhan menceritakan singkat. Setelah Indonesia merdeka, Bung Tomo ikut dalam barisan besar pemuda Surabaya yang membentuk organisasi bernama Pemuda Republik Indonesia (PRI).

Namun, tidak lama setelah itu, Bung Tomo kemudian ikut PRI yang dikendalikan oleh golongan sosialis yang mungkin tidak cocok dengannya.

Bung Tomo kemudian membentuk organisasi sendiri yang diberi nama Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI).

Sebuah organisasi perjuangan yang pada awalnya merekrut para pekerja pinggiran, seperti tukang becak.

”Kemudian berkembang ke daerah lainnya, termasuk Mojokerto,” terang Ketua KPU Kabupaten Mojokerto ini

BPRI Mojokerto juga melebarkan sayapnya ke wilayah kecamatan-kecamatan. Meski begitu, kala itu, secara kuantitas anggota BPRI masih kalah dengan Hizbullah maupun PRI.

Tidak mengherankan, besarnya jumlah anggota Hizbullah dan PRI karena memiliki dukungan kuat di basis massa.

”Hizbullah disokong penuh oleh para kiai di Mojokerto. Sedangkan, PRI kuat karena di-back-up oleh Bupati Mojokerto dr Soekandar, yang juga pendiri PRI Mojokerto,” jelasnya.

Bung Tomo kemudian menjelma menjadi orator yang pidatonya mampu membius pendengarnya. Pernah suatu kali Bung Tomo mengajak untuk salat Idul Fitri di Surabaya.

Ajakan tersebut berarti merebut kembali Surabaya dari tangan musuh. Pidato itu direspons dengan menyiapkan serangan umum yang dikenal dengan pertempuran 10 November 1945.

Bung Tomo memang dikenang karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan emosi.

”Begitu kuatnya kata-katanya hingga banyak masyarakat bertindak tanpa memikirkan resiko,” cetus Yuhan.

Hingga akhirnya berdampak dengan banyaknya pejuang yang gugur. ”Mereka diadang lawan sebelum masuk ke Surabaya,” imbuhnya.

Pasca peristiwa bersejarah itu, Bung Tomo juga memilih mundur ke Mojokerto. Dia tempat singgah untuk merancang strategi untuk merebut kembali Surabaya dari tangan Sekutu.

Meski tidak berlangsung lama, namun momen tersebut terabadikan dalam sebuah foto ikonik.

Foto Bung Tomo sedang pidato itu diambil saat Bung Tomo melakukan orasi di salah satu lapangan di Mojokerto. Dan, foto tersebut diambil setelah pertempuran 10 November.

Sekitar tahun 1946 saat Presiden Soekarno beserta kabinet melakukan kunjungan ke Mojokerto untuk menggelar rapat umum.

Menurut Yuhan, rapat umum semacam itu lazim dilakukan, mengingat Mojokerto didapuk sebagai ibu kota Jatim karena Surabaya masih dikuasai sekutu.

”Rapat umum diselenggarakan di Alun-Alun. Bung Karno pidato di depan ribuan peserta rapat,” pungkasnya. (mj/ram/ris/JPR)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Makna Hari Pahlawan Bagi Anies Baswedan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler