Pertempuran Tersengit di Damaskus

Selasa, 17 Juli 2012 – 09:09 WIB

DAMASKUS – Konflik bersenjata terus mengguncang Syria. Senin (16/7) pemerintahan Presiden Bashar al-Assad mengerahkan kendaraan tempur dan lapis baja ke sisi selatan Damaskus setelah pasukannya terlibat bentrok dengan pejuang oposisi. Di sisi lain, desakan agar Dewan Keamanan (DK) PBB segera menjatuhkan sanksi terhadap Syria makin menguat. 

Sejauh ini, DK PBB belum bersepakat soal resolusi atas Syria. Inggris bersikukuh segera diterapkan resolusi. Lewat draf resolusi yang beredar di antara negara-negara anggota DK PBB, Inggris mengusulkan sanksi nonmiliter terhadap rezim Assad. ’’Jika pemerintah Syria tidak menarik seluruh pasukan dan senjata berat dari wilayah permukiman dalam waktu 10 hari, sebaiknya DK PBB menjatuhkan sanksi,’’ desak Kemenlu Inggris dalam pernyataan resmi.

Kendati menuai dukungan dari beberapa negara Barat, draf resolusi Inggris itu menuai protes dari Rusia. Bahkan, Kremlin menuding Barat menerapkan metode pemerasan agar resolusi DK PBB itu bisa segera terbit. Meski negara-negara Barat tidak menyinggung soal aksi militer, Rusia khawatir sanksi itu bakal menjadi alasan untuk menyerang Syria.

Dengan alasan tak ingin ada kekacauan seperti di Libya akibat aksi militer Barat, Rusia melayangkan keberatan atas draf resolusi Inggris tersebut. Moskow mengusulkan draf tandingan. ’’Dengan menyesal, kami harus mengatakan bahwa ada unsur-unsur pemerasan di sana (draf Inggris),’’ ujar Menlu Rusia Sergei Lavrov.

Seusai bertemu Kofi Annan, Lavrov mengatakan bahwa sesuai Bab VII Piagam PBB, penerbitan resolusi DK PBB akan otomatis mengakhiri mandat tim pemantau PBB di Syria (UNSMIS). ’’Bagi kami, langkah itu akan berbahaya dan justru kontraproduktif. Kita tidak bisa lagi melakukan tawar-menawar melalui tim pemantau tersebut,’’ tuturnya.

Lavrov juga menegaskan kembali sikap Rusia terhadap Syria. Dia menyatakan bahwa pemerintahannya tidak asal mendukung rezim Assad. ’’Perubahan kekuasaan apapun di Syria harus dicapai lewat perundingan. Sayangnya, oposisi tidak mau berunding dengan rezim Assad. Padahal, sangat tidak masuk akal membujuk Assad meletakkan jabatan,’’ terangnya.

Sementara itu, karena aksi kekerasan yang meningkat, Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan Syria telah jatuh dalam perang sipil (perang saudara). Sebelumnya, zona konflik bersenjata noninternasional, istilah diplomatik untuk perang sipil, hanya terbatas di tiga provinsi. Yakni, Idlib, Homs dan Hama. Tapi, kini, area persebaran konflik itu sudah hampir merata di berbagai belahan Syria.

’’Kami memantau sejak April lalu. Kini, setiap terjadi bentrok, kondisinya bisa didefinisikan sebagai konflik senjata noninternasional,’’ ujar Jubir ICRC Alexis Heeb. PBB, lanjut dia, perlu menerapkan hukum kemanusiaan internasional di Syria demi melindungi rakyat tak berdosa.

Sejauh ini, konflik di Syria telah menelan puluhan ribu korban. Menurut oposisi, lebih dari 17.000 orang tewas selama 16 bulan terakhir.

Kemarin, sejumlah besar kendaraan lapis baja terlihat bergerak menuju kawasan al-Tadamon, selatan Damaskus. ’’Kendaraan-kendaraan militer pemerintah menuju wilayah selatan Damaskus,’’ tutur Samir al-Shami, aktivis oposisi.

Pertempuran sengit antara pasukan Suriah dan kelompok pemberontak dilaporkan menyebar di sejumlah lokasi dan jalan-jalan di Damaskus kemarin. Mengutip seorang saksi mata, kantor berita Reuters melaporkan bahwa pertempuran di jalanan ibu kota itu merupakan yang paling sengit sejak oposisi melakukan perlawanan terhadap rezim Assad.

Para aktivis oposisi menuturkan bahwa pasukan Assad telah menutup jalan-jalan menuju bandara serta berupaya mengepung posisi pejuang oposisi di kawasan al-Tadamon dan Hajar al-Aswad, selatan Damaskus. Sebuah laporan lain menyatakan bahwa pertempuran sengit juga menyebar di kawasan al-Lawan, pinggiran Damaskus.

’’Terdapat ratusan pejuang di Damaskus,’’ tutur seorang oposisi di ibu kota. ’’Jika mereka memukul kami di al-Tadamon, pertempuran akan terhenti. Tetapi, jika mereka gagal, kami akan terus bergerak maju,’’ tandasnya. (AP/AFP/RTR/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Banjir Bandang, Ratusan Ribu Warga Jepang Mengungsi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler