Pertumbuhan Ekonomi Mengarah ke Batas Bawah

Rabu, 06 Agustus 2014 – 08:14 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Pengetatan ikat pinggang moneter serta perekonomian global yang lesu darah, makin menekan akselerasi produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Pada kuartal kedua tahun ini, pertumbuhan output ekonomi tanah air hanya 5,12 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Angka tersebut lebih rendah ketimbang pertumbuhan kuartal pertama yang sebesar 5,22 persen (yoy).

BACA JUGA: Kaji Ulang Kenaikan Tarif Listrik

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara memaparkan, kendati ekonomi melambat, akan tetapi pihaknya menilai masih sejalan dengan langkah pengelolaan stabilisasi makroekonomi yang dilakukan BI dan Pemerintah. Yakni untuk menekan inflasi dan defisit transaksi berjalan.

"Realisasi pertumbuhan PDB ini memang sedikit lebih rendah dari perkiraan kami. Namun kami bakal terus memonitor berbagai perkembangan domestik maupun eksternal," tuturnya kepada Jawa Pos, kemarin (5/8).

BACA JUGA: Pemindahan Pelabuhan Merak Bukan Solusi

Meski realisasi pertumbuhan ekonomi di bawah ekspektasi, Mirza menerangkan, pihaknya belum akan merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi.

"Full year 2014 di kisaran 5,1-5,5 persen. Pada kuartal tiga dan kuartal empat juga di kisaran tersebut. Tapi cenderung ke range bawah," tuturnya.

BACA JUGA: Pembatasan Waktu Solar Hanya Berlaku di 548 SPBU

Sebelumnya, BI sudah tiga kali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi. Yang terakhir, pada rapat dewan gubernur (RDG) pada Mei, BI memutuskan untuk merendahkan target akselerasi PDB ke level 5,1-5,5 persen.

Sebelumnya, pada Januari 2014, BI memproyeksi pertumbuhan ekonomi berada di level 5,8-6,2 persen. Selang dua bulan, tepatnya Maret 2014, otoritas moneter merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi pada rentang 5,5-5,9 persen.

Koreksi terakhir tersebut didasarkan oleh realisasi pertumbuhan ekonomi secara riil per kuartal pertama tahun ini yang melorot menjadi 5,21 persen, dari 5,72 persen pada kuartal empat 2013. Capaian pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan yang paling rendah sejak 2009 silam. Namun rupanya, ekonomi terus melambat pada kuartal kedua.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menambahkan, perlambatan tersebut disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan ekspor yang utamanya terjadi pada komoditas berbasis sumber daya alam.

Sebagaimana diketahui, sebagian ekspor barang tambang masih terhenti akibat kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah, padahal ekspor lainnya seperti dari komoditas batu bara dan CPO masih menghadapi pelemahan permintaan.

"Terkontraksinya belanja pemerintah dan kegiatan investasi nonbangunan sebetulnya juga memicu perlambatan ini," tuturnya.

Beberapa kontraksi belanja pemerintah tersebut, papar Tirta, di antaranya adalah penangguhan penyaluran dana bantuan sosial yang mengakibatkan turunnya belanja barang dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Di satu sisi, pertumbuhan investasi nonbangunan yang negatif terutama disebabkan oleh investasi alat angkutan luar negeri yang masih kontraksi sejalan dengan kinerja ekspor tambang yang belum membaik.

Namun demikian, menurut Tirta, Pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini 2014 ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga yang masih kuat. Antara lain sebagai dampak dari pelaksanaan Pemilu, seperti tercermin pada membaiknya kinerja industri makanan minuman dan industri kertas. Investasi bangunan juga masih tumbuh cukup baik.

"Impor yang menurun akibat moderasi permintaan domestik membantu mengurangi tekanan eksternal akibat penurunan ekspor," ujarnya. (gal)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Diprediksi Penghasilan SPBU Melorot 40 Persen


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler